Shawn menarik napas dan menyimpan kembali ponselnya. Jayden dan Aidan masih tarik menarik becanda soal siapa yang paling jahat sebenarnya antara dirinya dan Hiroshi Kagawa. Sementara yang lain mendengarkan dan ikut tertawa, kini Shawn hanya menanggapinya dengan senyuman tipis.
Hatinya sakit. Jika dia harus bercerai maka ia takkan pernah bisa memiliki Kiran sampai kapanpun lagi. Ini bukan semudah seperti Arjoona yang bercerai dan kini kembali lagi bersama Claire meski mereka belum mendeklarasikannya lagi. Namun setidaknya, mereka sudah tinggal bersama sekarang.
Tiba-tiba Shawn merasa dirinya sendirian. Ia sudah mengharapkan sebuah cinta dari hubungan palsu yang dibangunnya bersama wanita yang awalnya tak ia kenal. Tapi perasaannya bukan palsu, ia benar-benar tertarik pada Kiran. Tidak, mungkin lebih dari itu.
Kenapa semuanya malah jadi lebih sulit? Harusnya bukan seperti yang ia inginkan akan terjadi? ia tak ingin berakhir seperti Joona yang akhirnya bertekuk
Shawn tak membiarkan paha Kiran lepas sama sekali. Setelah membuat Kiran klimaks akibat permainan lidahnya, kini ia sudah naik ke atas siap melepaskan Naga yang sudah meronta meminta keluar dari sangkarnya.Shawn begitu cepat membuka celananya dan mengelap mulut sebisanya. Tak ada jeda bagi Kiran, Shawn tak membuang waktu untuk menanggalkan semuanya.“Admiral ... uh ... k-kapan kamu pulang? Huh ... uh!” tanya Kiran terengah pada suaminya yang mulai menaikkan sebelah kakinya agar ia bisa masuk. Kiran masih sama seperti pertama, Shawn harus mencari celah untuk bisa memasukkan miliknya.“Uhm ... entahlah, aku rasa 20 menit lalu ... uh ... aku langsung pulang begitu ... uh ... selesai!” Shawn berbicara sambil mendorong miliknya perlahan pada Kiran yang sudah berpelumas hebat. Dia begitu menyukai sensasinya.Shawn tak mau memakai pelindung apa pun dari sejak pertama menyentuh Kiran. Ia tidak ragu sama sekali, seolah pernikahannya memang
Meskipun Kiran tak keluar rumah dan sibuk mempersiapkan Karva Chauth sendirian, ia tak lupa masih tetap melayani suaminya yang hendak pergi. Kiran tak bertanya ke mana Shawn pergi dengan kaos berhoodie dan terlihat begitu santai.“Ingat, aku tidak mau melihatmu keluar hari ini. Kamu harus tetap di rumah selama berpuasa. Semua makanan dan kebutuhanmu akan disiapkan oleh Blue. Aku mungkin tak akan pulang semalaman bahkan sampai puasamu selesai,” ujar Shawn sambil berdiri di dekat pintu keluar dan membelai lengan Kiran.“Aku berharap kamu pulang sebelum aku melihat bulan, Admiral. Aku ingin buka puasa denganmu.” Shawn tersenyum lalu mendekat dan mencium kening Kiran.“Aku akan pulang sebelum itu. Aku janji!” gumamnya lalu memiringkan wajahnya mencium bibir Kiran dengan lembut. Shawn hampir saja kelupaan waktu jika saja ia tak ingat bahwa mobil Aidan sudah menunggu di lobi. Memang bibir Kiran adalah candu baru baginya.&ldq
Karva Chauth adalah festival satu hari dalam masyarakat Hindu India dimana wanita yang sudah menikah akan berpuasa satu hari mulai matahari terbit hingga terbitanya bulan untuk mendoakan keselamatan dan panjang umur suaminya.Saat Shawn keluar dari Penthouse-nya Kiran mulai mempersiapkan puasanya untuk esok hari. Kiran juga menyiapkan feni, yaitu hidangan tradisional berisi kacang Arab (Garbanzo) dengan susu dan gula di malam sebelum perayaan. Sebelum matahari terbit, pagi-pagi sekali ia bangun dan makan dan minum lalu memulai puasanya.Meskipun seharusnya Kiran berkumpul dengan teman-teman wanita yang melakukan perayaan yang sama tapi karena ia tak boleh keluar, Kiran melakukan semua ritualnya dengan ditemani oleh Bibi Shimla yang khusus datang untuknya. Ia juga memanggil seorang perias Henna untuk menghiasi tangannya sebagai salah satu ritual menyelesaikan puasa.Tak lupa, Kiran berdoa pada Dewa sambil menyanyikan lagu-lagu pujian pada kuil k
Shimla langsung pergi begitu Shawn mencium Kiran di balkon penthouse mereka. Tugasnya menemani Kiran dan menuntun Shawn sudah selesai. Ia tak ingin menganggu dan memilih masuk kamar.Sementara Shawn masih terus menempelkan keningnya pada Kiran. Shawn belum pernah jatuh cinta dan Kiran adalah cinta pertamanya.“Admiral, kamu tampak tampan dengan pakaian ini. Ini suatu kejutan untukku,” puji Kiran masih memegang lengan Shawn dan suaminya masih menempelkan kening padanya.“Aku melakukan ini untukmu. Aku mencintaimu,” bisik Shawn sambil tersenyum tulus. Kiran ingin menjawab hal yang sama tapi seperti ada yang tengah mengunci mulutnya.“Kamu tidak makan seharian kan?” Kiran mengangguk kemudian. Sambil tersenyum, Shawn menarik lembut pergelangan tangan istrinya ke ruang makan. Di sana terhidang berbagai hidangan dari ayam tandoori, samoosa, naan, gulab jamun sampai nasi biryani.Untuk Shawn, Bibi Shimla juga memasakkan
Shawn mengikuti Chris Baker masuk ke dalam kantornya untuk bicara. Dengan santai, Shawn tak mau duduk dan memilih berdiri.“Aku minta kamu untuk mengembalikan daftar rahasia itu, Shawn. Kamu harus memberikannya padaku sekarang!” ujar Chris, ayahnya tanpa basa basi sama sekali. Shawn menyengir dan mendengus sambil tertawa.“Apa tidak salah kamu meminta itu padaku? Seingatku yang kamu berikan padaku adalah daftar palsu!” kilah Shawn dengan nada mengejek. Chris berjalan mendekat pada putranya itu. Shawn tak pernah takut pada Ayahnya.Ia berhadapan dengan Chris Baker tanpa emosi sama sekali. Sementara Chris pun takkan melepaskan Shawn kali ini.“Shawn, kamu sudah melanggar banyak peraturan. Dan kamu bisa dianggap pengkhianat jika tak mau menyerahkan daftar itu!” Shawn masih emmandang Chris dengan geraman di rahangnya yang muali mengeras.“Aku tidak perduli pada aturanmu!”“Kamu adalah seorang
Ramdash sibuk mondar-mandir di depan kamar anaknya. Sonia tiba-tiba pingsan dan langsung dibawa ke kamarnya oleh beberapa pelayan. Dokter pun segera dipanggil. Ramdash berlari ke mobilnya dari tempatnya bekerja setelah diberitahukan oleh salah satu pelayan tentang keadaan putrinya.Ramdash juga sedang kesulitan karena sang Ayah, Yousef melarikan diri dan kini berada di Puerto Rico. Hanya Ramdash yang mengetahui sementara Rohan tak perduli apapun. Dia sibuk dengan pernikahan dan hidup barunya. Bahkan tak perduli jika sang Ayah menghilang usai berkonfrontasi dengan sang menantu, Shawn Miller.Sebagai anak tertua, Ramdash memikul kewajibannya sendiri dari carut marut keluarganya. Itulah sebabnya mengapa istri Ramdash, Anita Singh meninggalkannya begitu saja.Namun Ramdash tak pergi. Ia tetap setia pada keluarganya sambil merawat putrinya sendirian. Sekarang ia tengah ketakutan karena Sonia tiba-tiba pingsan. Begitu sampai di mansion Kanishka, Ramdash langsung ke ka
“Dasar pria brengsek!” Shawn mengumpat dan hendak merebut ponsel Kiran. Tapi delikan mata indah Kiran membuat Shawn jadi menurunkan tangannya.“Kenapa pria itu menghubungimu lagi? Apa aku harus menghabisinya!” Shawn begitu ketus dan setengah mengambek pada istrinya.“Tapi ini bukan Robert ... sebentar!” Kiran pun mengangkat sambungan telepon itu sebelum Shawn bicara lagi.“Halo?”“Halo ... Kiran. Ini aku Ramdash.” Kiran sedikit membesarkan matanya dan menelan ludah. Shawn masih duduk disana memperhatikan ekspresi istrinya yang terlihat sedikit aneh.“Apa kabar, Ramdash?” Shawn langsung mengangkat dagunya. Untuk apa putra Yousef Kanishka menghubungi Kiran?“Aku baik-baik saja. Bolehkah, aku minta bantuanmu?” “Tentu saja. Apa yang bisa aku lakukan untukmu?” tanya Kiran langsung menawarkan. Shawn sempat membuang sejena
Sonia meninggal hari Selasa malam pukul 10.30. Ramdash tak dapat menahan isakannya setelah Sonia pergi. Ia tak perduli bahkan jika musuh ayahnya, Shawn melihatnya begitu saja. Tapi bagi Shawn, kali ini ia memang harus menjaga rasa kemanusiaannya agar tak hilang.Shawn membantu pemulangan jenazah Sonia sambil terus menghibur Kiran yang terlihat begitu sedih. Sementara Ramdash membiarkan Shawn yang mengurus segalanya. Ia sudah kehilangan putrinya dan masih duduk dibangku rumah sakit menunggu segalanya selesai.Baik Shawn maupun Ramdash tak saling bicara. Tapi Ramdash sudah mau membuka mulutnya untuk bicara beberapa hal dengan Kiran. Kremasi Sonia akan dilakukan dengan tata cara Hindu di dekat kediaman Kanishka keesokan harinya.Shawn pun mengikuti acara itu meski matanya kadang sesekali melirik pada anggota keluarga atau para pengawal Yousef yang mengelilinginya. Shawn tahu jika ia sedang berada di sarang musuh tapi ia melakukan semua itu demi Kiran. Shawn lebih s
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia