Shawn masih menatap mata itu saat ia baru saja terbangun dari tidurnya yang tak terlalu pendek. Tapi bayangan genangan air mata tak bisa ditepis Shawn, ia tahu Kiran sedang bersedih.
“Apa yang membuatmu sedih, Little Flower?” gumam Shawn bertanya pada Kiran yang sedikit menaikkan senyumannya.
“Aku bukan sepenuhnya bagian dari keluarga Kanishka. Aku adalah anak dari seorang wanita yang disimpan oleh Ayahku,” aku Kiran tiba-tiba tanpa ada basa-basi terlebih dahulu. Kiran sudah berpikir semalaman tentang semua perhatian yang diberikan Shawn untuk dirinya.
Rasanya tak pantas ia menerima semua itu. Kiran tahu siapa dirinya. Ketika ia mengingat seperti apa Shawn Miller meninggalkannya di ranjang pengantin, maka itu mungkin memang harga yang pantas ia dapatkan.
Sedangkan Shawn yang tak tahu menahu soal masa lalu Kiran atau asal usulnya sebenarnya sangat kaget. Tapi ekspresi wajah Shawn yang sering kali tanpa emosi tak berubah sama s
Shawn benar-benar pintar memprovokasi Yousef dengan kedatangannya. Yousef tak pernah menyangka jika Shawn berani datang dan membuatnya jadi lebih berang.“Apa kau sudah melanggar perjanjian dengan menyentuh Putriku, Admiral?” geram Yousef lagi pada Shawn yang hanya mendengus dan sedikit tergelak.“Entahlah, sampai kapan aku bisa menahan diri!”“Jangan macam-macam denganku. Aku bisa membunuhmu!” ancam Yousef hampir saja menarik kerah kemeja Shawn. Ia tak bisa melakukannya karena Kiran ada di sana. Jadi dirinya hanya bisa mengepalkan tangan dengan deru napas marah yang seolah bisa membakar Shawn. Tapi Shawn begitu tenang, ia tau harus bertindak seperti apa.“Di perjanjian itu hanya ditulis aku tidak boleh bersetubuh dengannya. Artinya ... aku bisa melakukan hal yang lain, bukan begitu, Tuan Kanishka?” Shawn makin memprovokasi Yousef yang hampir saja memukul Shawn.“Untuk saat ini aku adalah suami
Shawn Miller menghubungi salah satu hakim yang biasa menangani kasus militer sekedar untuk bercakap-cakap. Namun ternyata ada prediksi kasus yang akan menimpa Shawn lagi.“Aku kira Ozuna tidak akan melepaskanmu begitu saja. Ia sudah bersiap dengan laporan baru,” ujar hakim tersebut pada Shawn yang masih diam dan berpikir. Shawn sesungguhnya tak peduli dengan Ozuna, dia bisa saja melenyapkannya dengan mudah. Yang ia pikirkan adalah bagaimana mempergunakan kasus itu untuk membantunya mencuri daftar tersebut.“Admiral Stone, aku ingin bertanya padamu. Jika aku menggunakan Jaksa Kiran Kanishka untuk menjadi pembelaku, apa itu diperbolehkan? Mengingat dia adalah pembela Ozuna saat kasusku dulu?” tanya Shawn mencoba berbicara sehati-hati mungkin.“Kenapa kamu ingin menggunakannya, Admiral Miller?”“Aku merasa dia sangat berbakat dan cerdas dan aku pikir jika aku mengajukan permintaan agar dia menjadi p
Kiran harus menahan pekikan kesakitan dengan menutup mata erat-erat. Ia sakit bukan karena bersenggama tapi karena dirinya mulai diserang kecemasan. Sementara Shawn benar-benar melakukan hubungan intim vanila-nya dalam keadaan sadar. Kali ini tanpa pengaruh obat sama sekali.“Peluk aku, Sayang. Berpeganganlah pada pundakku ... jangan takut, katakan jika aku meyakitimu, uhh ...” ujar Shawn bergumam sedikit menjarakkan wajahnya dari Kiran. Kiran tak mengangguk dan berusaha mengatur napasnya.Saat Shawn menekan lagi agar miliknya sepenuhnya masuk, Kiran makin menggeraskan rahangnya.“Lihat aku ... lihat aku. Tidak apa-apa,” bujuk Shawn lagi dengan sebelah tangannya memegang pipi Kiran sambil mengusapnya perlahan dengan jarinya. Shawn bernapas sedikit tersengal sembari menempelkan hidungnya di pipi Kiran.Ia menekan lagi sampai seluruhnya tuntas dan sedikit tersenyum kemudian. Kiran sudah sedikit lebih tenang meski keringatnya mulai ba
Shawn mengikuti Arjoona masuk dan memasang wajah dingin dan angkuhnya seperti biasa. Di belakang mereka seorang perwakilan dari perusahaan penerbit surat-surat berharga itu juga ikut masuk ke dalam ruangan tersebut.“Apa-apaan ini!” hardik Yousef berdiri dari kursi pimpinannya saat melihat Shawn Miller ikut datang bersama seorang pria yang pernah ia lihat saat pesta beberapa waktu lalu.“Aku datang kemari untuk mengklaim sahamku. Aku adalah pemilik 60 persen saham mayoritas Winthrop Motors yang sesungguhnya,” ujar Arjoona menjawab semua pertanyaan yang akan ditujukan padanya. Beberapa orang yang sudah mendengar berita tentang Arjoona mulai mengalihkan pandangan pada Yousef meminta penjelasannya."Aku... adalah pemilik perusahaan ini. namaku Arjoona Harristian," sambung Arjoona memperkenalkan diri dengan nada angkuh. Mata Yousef terbelalak dan ia memandang Arjoona seolah akan membunuhnya."Kau tidak punya bukti." Arjoona meminta seo
Kiran sedikit terkejut saat mendapatkan surat penugasan untuk pindah ke New York. Semula ia berpikir akan mengurus kasus Shawn di Boston tapi kemudian kantor Kejaksaan memindahkan dirinya mulai esok hari ke New York.“Kenapa bisa tiba-tiba seperti ini?” tanya Robert begitu ia mengetahui Kiran mendapatkan surat tersebut dari atasan mereka. Kiran awalnya hanya diam dan membaca lagi surat pemindahan tersebut.“Di sini disebutkan jika aku akan menjadi pembela Admiral Shawn Miller. Dia akan menjalani pengadilan untuk kasus pemukulan Kapten Ozuna. Dia naik banding tapi kali ini, dia mengajukannya ke pengadilan tinggi. Admiral Stone sudah mengizinkannya,” jawab Kiran memperlihatkan surat tersebut pada temannya itu. Robert membaca surat itu dengan seksama mencoba menelaah apa yang terjadi.“Bagaimana bisa Admiral itu memintamu untuk menjadi pembelanya? Bukankah dia tidak menyukaimu!” sahut Robert berasumsi. Kiran hanya tersenyum tipis
Bukan Shawn yang akan menjemput langsung bidadari dari mansion, melainkan Blue Handerson yang sudah siap membawa Kiran menggunakan pesawat komersil yang telah dipersiapka oleh Shawn.Blue akan mengawasi keberangkatan Kiran menggunakan penerbangan komersil Virgin Atlantic. Kiran tak bisa dibawa menggunakan pesawat pribadi Shawn Miller untuk mencegah kebocoran atau gosip. Selain juga ia tak ingin jika istrinya itu akan diganggu oleh sang Ayah, Yousef karena dianggap dilarikan oleh Shawn.Setelah menimbang dengan berbagai hal, Shawn akhirnya memberikan ijin pada Blue untuk membawa Kiran menggunakan penerbangan komersil dengan berbagai persyaratan. Salah satunya adalah untuk menjaga jarak.“Admiral sudah menunggumu di New York, Nyonya Kiran. Aku harap kamu bisa nyaman bepergian dengan pesawat komersil.” Kiran hanya tersenyum saja pada Blue yang memakai pakaian sipil biasa lalu membawa Kiran Kanishka masuk ke dalam bandara Boston Logan International Airpo
Tak lama kemudian, Shawn Miller, James Harristian dan Aidan Caesar datang bersamaan ke coffee shop rumah sakit tepat Claire Winthrop akan melahirkan. Mereka bertemu di parkiran dan sama-sama membawa banyak balon serta kado.“Kamu baru darimana?” tanya Aidan begitu melihat Shawn yang tak memakai seragam di jam kerja.“Dari pengadilan!” jawabnya santai.“Maksudmu?” James ikut bertanya.“Kasusku dibawa ke pengadilan sipil dan Kiran yang menjadi pembelaku!” Shawn sedikit tersenyum. Aidan dan James langsung membulatkan mulut mereka lalu mengangguk mengerti. Mereka tak berhenti berjalan selagi mengobrol.“Itu mereka!” tunjuk James dengan dagunya."Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Aidan dengan pandangan mengarah kepada Bryan. Ia pikir hanya Jayden yang datang."Kami sedang mencari dalang dari kejadian ini," jawab Bryan dan diberi anggukan oleh Aidan dan James.“A
Shawn menarik napas dan menyimpan kembali ponselnya. Jayden dan Aidan masih tarik menarik becanda soal siapa yang paling jahat sebenarnya antara dirinya dan Hiroshi Kagawa. Sementara yang lain mendengarkan dan ikut tertawa, kini Shawn hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. Hatinya sakit. Jika dia harus bercerai maka ia takkan pernah bisa memiliki Kiran sampai kapanpun lagi. Ini bukan semudah seperti Arjoona yang bercerai dan kini kembali lagi bersama Claire meski mereka belum mendeklarasikannya lagi. Namun setidaknya, mereka sudah tinggal bersama sekarang. Tiba-tiba Shawn merasa dirinya sendirian. Ia sudah mengharapkan sebuah cinta dari hubungan palsu yang dibangunnya bersama wanita yang awalnya tak ia kenal. Tapi perasaannya bukan palsu, ia benar-benar tertarik pada Kiran. Tidak, mungkin lebih dari itu. Kenapa semuanya malah jadi lebih sulit? Harusnya bukan seperti yang ia inginkan akan terjadi? ia tak ingin berakhir seperti Joona yang akhirnya bertekuk
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia