Sebelum pulang, Shawn tak lupa mampir ke sebuah butik perhiasan ternama untuk mengambil pesanan cincin berlian yang ingin ia hadiahkan untuk Kiran.
Usai makan siang itu, Shawn sudah berpikir, perhiasan apa yang cocok untuk bidadari di mansionnya itu. Kiran bahkan tak memakai perhiasan apa pun kecuali jika ia memakai sari dan pakaian panjang. Itu pun hanya aksesoris biasa. Ia wanita sederhana dan tidak mencolok.
Pulang ke mansionnya, Shawn punya semangat baru. Ia tau jika istrinya pasti sudah tiba lebih dulu. Namun begitu ia masuk ke melewati lobi dan beberapa pengawal memberikan hormat, ponsel Shawn bergetar.
“Hai, J!” sapa Shawn dengan suara husky-nya yang khas. Ia masih terus berjalan masuk, tujuannya adalah mencari Kiran.
“Aku dengar Barnett dan Kanishka bertengkar. Grey yang melaporkan, Kanishka datang melabrak Barnett!” lapor James Belgenza langsung pada Shawn Miller. Ujung bibir Shawn naik dengan sorot wajah angkuh d
Masih dengan remah laddu di bibirnya, Shawn mendekat dan mengecup bibir Kiran perlahan. Lidah Shawn lalu sedikit keluar dan menjilati bibir sebelum mengulum bibir Strawberry Kiran lagi.“Admiral ...” desah Kiran mencoba menjauhkan bibir Shawn darinya.“Ahh ... aku ...” Shawn hanya bisa berhenti dan terpana menatap mata Kiran. Gairahnya naik lagi sampai Shawn harus mengepalkan tangannya.“Aku ingin memilikimu,” gumam Shawn berbisik tanpa sadar. Ia tak bisa mengendalikan diri di depan wajah Kiran. Mata itu seakan memiliki mantera untuk menghipnotis Shawn Miller, si Admiral angkuh.“Apa maksudmu, Admiral?” Kiran balik bertanya dengan suara lembutnya. Shawn baru ingat jika ia memiliki perjanjian dengan Yousef, ayah Kiran. Perjanjian yang memaksa Shawn untuk menjauh dan tak boleh menyentuh Kiran sama sekali.Tapi ia sudah melanggar kontrak jaminan itu berkali-kali. Sementara Kiran tak mengetahui apapun jik
Shawn dan Kiran tidur di satu ranjang yang sama untuk pertama kali, tapi sayangnya tak ada yang terjadi selain hanya berciuman. Shawn tak berani menyentuh Kiran meski ia sudah tak tahan.Tubuhnya begitu menginginkan Kiran tapi hatinya terus menahan. Sikap kasar Shawn di ranjang, ia tak ingin melakukan hal seperti itu pada Kiran sama sekali.Bibir Shawn hanya menempel pada tekuk Kiran dan ia bernapas di sana. Pagi hari, Kiran adalah yang paling pertama terbangun. Ia mencoba berpaling tapi terhalang oleh ciuman kecil Shawn di tekuknya.“Admiral ...” rengek Kiran bergumam kecil. Shawn tidak melepaskan dan malah makin menciumi tekuk sampai pundak istrinya.“Aku malas pergi,” gumam Shawn dengan suara berat dan serak. Ia terdengar begitu seksi dengan suaranya itu.“Akan kusiapkan sarapan dan seragammu dulu, Admiral.” Shawn makin manja dan membenamkan wajahnya di leher Kiran. Kiran sedikit tergelak meski malu-malu denga
Shawn Miller tiba dengan mobil Cadillac yang ia kendarai sendiri. Arjoona dan Earth baru saja tiba dengan mobil yang berbeda. Begitu pula dengan teman-temannya yang lain, kecuali Bryan Alexander yang lebih memakai SUV BMW mewah karena ia membawa Claire bersamanya. Claire sedang hamil besar dan lebih nyaman baginya daripada naik mobil sport.Arjoona dan Shawn tiba di waktu yang bersamaan. Mereka kemudian berjalan bersama melewati beberapa wartawan yang sempat mengambil foto. Pengusaha-pengusaha super kaya dari seluruh Amerika berkumpul di pesta itu termasuk pesaing terberat King Enterprise, Jared Wright. Tapi Mars King malah memilih tidak hadir karena konfrontasi terakhirnya dengan Jared yang membuatnya kalah tender di stadion football.Jayden dan James tiba di saat yang bersamaan dan disambut oleh Aidan Caesar. Dan seperti model catwalk ketiganya berjalan melewati lampu blitz yang sedikit menyilaukan mata.Keenam sahabat itu sengaja pergi dan berkumpul terpisah
Shawn sedikit melirik pada Jayden saat Kiran meminta persetujuannya untuk datang mengunjungi sang mertua, Yousef Kanishka. Jayden memang belum mengetahui apa yang sebenarnya tengah dibicarakan oleh Shawn di ponselnya. Namun melihat raut wajah Shawn yang tak enak, sudah pasti ia sedang berhadapan dengan masalah.“Little Flower, apa maksudmu? Kamu ingin pergi kemana?” tanya Shawn lagi pura-pura tidak mendengar jelas apa yang dimaksudkan Kiran.“Aku sudah lama tidak melihat keadaan Ayah. Aku kira, Ayah akan datang mengunjungiku tapi dia tidak datang.” Shawn menaikkan dagunya pada jawaban yang diberikan Kiran.“Aku tidak bisa memberi ijin padamu untuk bepergian selain ke kantor Jaksa. Terlebih selama aku berada di luar dan belum pulang,” jelas Shawn memberi larangan pada Kiran. Kiran tampak tak bicara dan membantah apapun.“Little Flower, aku tidak ingin kamu berkeliaran di luar rumah. Aku tidak ingin ada yan
Shawn masih menatap mata itu saat ia baru saja terbangun dari tidurnya yang tak terlalu pendek. Tapi bayangan genangan air mata tak bisa ditepis Shawn, ia tahu Kiran sedang bersedih.“Apa yang membuatmu sedih, Little Flower?” gumam Shawn bertanya pada Kiran yang sedikit menaikkan senyumannya.“Aku bukan sepenuhnya bagian dari keluarga Kanishka. Aku adalah anak dari seorang wanita yang disimpan oleh Ayahku,” aku Kiran tiba-tiba tanpa ada basa-basi terlebih dahulu. Kiran sudah berpikir semalaman tentang semua perhatian yang diberikan Shawn untuk dirinya.Rasanya tak pantas ia menerima semua itu. Kiran tahu siapa dirinya. Ketika ia mengingat seperti apa Shawn Miller meninggalkannya di ranjang pengantin, maka itu mungkin memang harga yang pantas ia dapatkan.Sedangkan Shawn yang tak tahu menahu soal masa lalu Kiran atau asal usulnya sebenarnya sangat kaget. Tapi ekspresi wajah Shawn yang sering kali tanpa emosi tak berubah sama s
Shawn benar-benar pintar memprovokasi Yousef dengan kedatangannya. Yousef tak pernah menyangka jika Shawn berani datang dan membuatnya jadi lebih berang.“Apa kau sudah melanggar perjanjian dengan menyentuh Putriku, Admiral?” geram Yousef lagi pada Shawn yang hanya mendengus dan sedikit tergelak.“Entahlah, sampai kapan aku bisa menahan diri!”“Jangan macam-macam denganku. Aku bisa membunuhmu!” ancam Yousef hampir saja menarik kerah kemeja Shawn. Ia tak bisa melakukannya karena Kiran ada di sana. Jadi dirinya hanya bisa mengepalkan tangan dengan deru napas marah yang seolah bisa membakar Shawn. Tapi Shawn begitu tenang, ia tau harus bertindak seperti apa.“Di perjanjian itu hanya ditulis aku tidak boleh bersetubuh dengannya. Artinya ... aku bisa melakukan hal yang lain, bukan begitu, Tuan Kanishka?” Shawn makin memprovokasi Yousef yang hampir saja memukul Shawn.“Untuk saat ini aku adalah suami
Shawn Miller menghubungi salah satu hakim yang biasa menangani kasus militer sekedar untuk bercakap-cakap. Namun ternyata ada prediksi kasus yang akan menimpa Shawn lagi.“Aku kira Ozuna tidak akan melepaskanmu begitu saja. Ia sudah bersiap dengan laporan baru,” ujar hakim tersebut pada Shawn yang masih diam dan berpikir. Shawn sesungguhnya tak peduli dengan Ozuna, dia bisa saja melenyapkannya dengan mudah. Yang ia pikirkan adalah bagaimana mempergunakan kasus itu untuk membantunya mencuri daftar tersebut.“Admiral Stone, aku ingin bertanya padamu. Jika aku menggunakan Jaksa Kiran Kanishka untuk menjadi pembelaku, apa itu diperbolehkan? Mengingat dia adalah pembela Ozuna saat kasusku dulu?” tanya Shawn mencoba berbicara sehati-hati mungkin.“Kenapa kamu ingin menggunakannya, Admiral Miller?”“Aku merasa dia sangat berbakat dan cerdas dan aku pikir jika aku mengajukan permintaan agar dia menjadi p
Kiran harus menahan pekikan kesakitan dengan menutup mata erat-erat. Ia sakit bukan karena bersenggama tapi karena dirinya mulai diserang kecemasan. Sementara Shawn benar-benar melakukan hubungan intim vanila-nya dalam keadaan sadar. Kali ini tanpa pengaruh obat sama sekali.“Peluk aku, Sayang. Berpeganganlah pada pundakku ... jangan takut, katakan jika aku meyakitimu, uhh ...” ujar Shawn bergumam sedikit menjarakkan wajahnya dari Kiran. Kiran tak mengangguk dan berusaha mengatur napasnya.Saat Shawn menekan lagi agar miliknya sepenuhnya masuk, Kiran makin menggeraskan rahangnya.“Lihat aku ... lihat aku. Tidak apa-apa,” bujuk Shawn lagi dengan sebelah tangannya memegang pipi Kiran sambil mengusapnya perlahan dengan jarinya. Shawn bernapas sedikit tersengal sembari menempelkan hidungnya di pipi Kiran.Ia menekan lagi sampai seluruhnya tuntas dan sedikit tersenyum kemudian. Kiran sudah sedikit lebih tenang meski keringatnya mulai ba
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia