Shawn Miller mengalah untuk Arjoona Harristian dalam perlombaan menembak di lapangan latihan kuda milik Joona di mansionnya. Sehingga helikopter pribadinya, ia serahkan sebagai hadiah untuk Joona sesuai dengan pertaruhan yang ia sepakati.
“Terima kasih sudah mau mengalah padaku, hehehe!” goda Arjoona sambil menyengir dan menyalami Shawn yang ikut menyengir. Teman-teman yan lain yang menemani mereka ikut terkekeh dan memberi selamat pada keduanya.
Arjoona kemudian dihampiri Jayden dan James mengingatkan lagi pada janjinya.
“Sekarang ... kita bisa pakai helikopter itu untuk ke Little Haiti. Bagaimana?” tawar Jayden merangkul Joona. Joona mendecis dan menggelengkan kepalanya.
“Ayolah, kita naik mobil saja. Kami duluan ya, ada yang harus diselesaikan!” ujar Arjoona sambil pamit pada Shawn dan Caleb.
“Memangnya kalian mau kemana?” Shawn balik bertanya sambil membuka sarung tangannya.
“Hanya se
Shawn menggeram kesal menatap Yousef yang juga melakukan hal yang sama.“Kau sudah memberikanku daftar palsu, Admiral. Jangan kira aku akan membiarkanmu begitu saja!” ujung bibir Shawn lantas naik dan ia menyengir jahat.“Kau pikir aku akan memberikan rahasia negara padamu begitu saja? Aku bukan orang bodoh, Kanishka. Aku tahu kau hanya ingin memanfaatkan aku untuk mendapatkan daftar itu. Dan beruntung aku tidak melubangi kepalamu sampai saat ini!”“Aku tidak memberikan jaminan putriku padamu untuk daftar itu. Aku tidak ingin kau menipuku tapi kamu memang manusia paling licik, Admiral Miller!” balas Yousef lagi. Keduanya seperti siap menerkam dan berkelahi sampai mati jika perlu.“Kalau begitu jangan harap akan mendapatkan jaminanmu kembali jika aku tidak mendapatkan separuh dari daftar itu dengan utuh. Aku bukan orang yang suka bermain-main, Kanishka!” geram Shawm makin mengancam.“Berikan putr
Rohan jadi mengernyitkan keningnya mendengar perkataan Sonia. Apa maksudnya jika Kiran tak ada di rumah, memangnya dia diusir?“Apa maksudmu bicara seperti itu, Sonia?” tanya Rohan sambil mengernyitkan keningnya.“Memangnya Bibi Kiran diusir ya?” sambungnya lagi. Ramdash yang mendengar perkataan Sonia kemudian memperjelas saja perkataan putrinya.“Bukan Sonia ... Bibi Kiran hanya menikah dan sekarang tinggal bersama suaminya,” ujar Ramdash mengoreksi putrinya Sonia. Rohan menatap Ramdash lagi yang juga ikut menatapnya.“Tapi bukankah mereka bisa tinggal di sini bersama? Seperti kita?” tanya Sonia lagi pada Ayahnya. Ramdash kembali mendekat dengan senyuman sementara Rohan sudah berdiri lagi mendengarkan mereka bicara.“Tidak, Sayang. Suami Bibi Kiran memiliki rumahnya sendiri. Jadi dia tidak mungkin tinggal di sini!” jawab Ramdash menjelaskan pada Sonia, putrinya. Sonia lalu menoleh pada Ro
Shawn Miller mungkin memang seorang pemimpin dan Jenderal besar, tapi dia juga seseorang yang memiliki jiwa pengusaha. Perusahaan warisan keluarga Ibunya adalah salah satu yang menjadi tanggung jawabnya kini. Shawn tak bisa terlibat secara langsung dalam bisnis seperti Arjoona Harristian atau Bryan Alexander.Jadi tugasnya adalah memeriksa kinerja CEO yang ia angkat sebagai perwakilannya. Industri kapal pesiar cukup maju pesat dan perusahaan itu bergerak di bidang yang hampir sama dengan VanAlex. Bedanya mereka tidak memproduksi tapi bergerak di bidang jasa pelayanan pelayaran dan wisata.Selain juga harus menganalisa perusahaannya sendiri, Shawn juga memiliki tugas untuk membantu Arjoona. Ia sedang menganalisa dokumen saham atas nama Arjoona Harristian yang ia dapatkan dari pemiliknya langsung.Sedang asik menganalisa, pintu kamar kerjanya di ketuk oleh seseorang. Shawn sedikit menaikkan pandangannya dan Bibi Shimla masuk dengan senyumannya dan segelas susu. Ia
Shawn benar-benar kesal setelah berpapasan dengan Amelia Baker, anak Menteri Pertahanan Christoper Baker itu. Ia sampai membanting pintu mobil saat masuk dan Blue yang membawa mobil hanya bisa menggelengkan kepalanya."Aku tidak mengerti kenapa gadis itu selalu saja mengangguku!" sunggut Shawn mengomel entah pada dirinya sendiri atau pada Blue."Dia menyukaimu, Admiral," jawab Blue mencoba memberikan penjelasan."Apa tidak salah? Dia itu anak Ayahku!" sahut Shawn masih dengan nada ketus. Blue tersenyum dan mengangguk."Tapi kan dia tidak tau. Tidak ada yang tahu jika kamu adalah anak dari pernikahan rahasia Menteri Baker.""Bukan pernikahan ... Ibuku memang cuma jadi simpanannya saja!" Shawn masih terdengar kesal. Ia begitu marah dengan status Ibunya yang terus disembunyikan oleh Ayah kandungnya itu."Jangan seperti itu, Admiral. Kamu beruntung masih memiliki seorang Ibu," tegur Blue masih menyetir tanpa menoleh ke belakang. Shawn terdiam da
Shawn menyengir jahat bukan hanya karena Yousef Kanishka yang menghubunginya tapi karena ia teringat dengan rencananya dan Arjoona yang mereka susun saat berada di pertemuan pengusaha yang mempertemukan Shawn dengan Keith Barnett serta Fernando Lopez.Kini sebelum ia menuai hasil dari provokasinya pada para pemegang saham dan investor di Winthrop Motors, ikan sudah terjerat di jaring lebih awal.“Apa maksudmu ingin menawarkan saham Winthrop Motors padaku? Apa kamu ingin menipuku lagi, Kanishka!” jawab Shawn memakai teknik tarik ulur agar Yousef yakin jika Shawn bisa dijebak dengan mudah.“Untuk apa aku menipumu lagi. Justru sebaliknya. Aku yakin kamu tak kan menipu jika tahu keuntungan yang akan kamu dapatkan jika berbisnis denganku!” sahut Yousef dengan percaya diri. Alis Shawn naik dan ia menyengir lagi. Sambil melihat permainan golf yang menyedihkan dari para pengusaha itu, Shawn masih menerima sambungan panggilan dari Yousef.&
"Aku tidak mengambil apapun, jika itu maksudmu. Seluruh ahli waris dan pemilik saham Winthrop setuju memberikannya padaku, dimana salahku?" sahut Keith membalas. Jika saja Arjoona tidak memiliki kendali pada dirinya, ia sudah membunuh Keith Barnett saat ini juga. Arjoona sedikit mengangguk dan membuang muka."Menipu adalah profesimu bukan. Menurutku, kamu tidak cocok memakai jas mahal seperti itu Tuan Barnett. Sangat bertolak belakang dengan kepribadianmu," ujar Arjoona makin menuang bensin pada percikan api. Sambil menaikkan ujung bibirnya, Keith makin mendekati Arjoona dan menggeram dengan kesal karena tersinggung."Kamu... bukan lawanku, Arjoona Harristian. Jangan pikir karena sudah menjadi pemilik Kim Corp kamu bisa menyentuhku, tidak masih sangat jauh. Kamu masihlah anak kecil," ejek Keith. Arjoona tersenyum pada gongongan Keith yang terpancing pada provokasinya. Fernando Lopez kemudian datang kemudian hendak membantu Keith setelah melihat sosok Arjoona."A
Napas Kiran tersengal dan matanya membesar. Tangannya mengepal. Ia tak sempat membereskan apapun di atas meja kerja itu termasuk balpoin yang terlepas dari tangannya seketika ia bersembunyi di dalam kolong meja.‘Bagaimana ini?’ keluh Kiran dalam hatinya. Ia benar-benar meringkuk di bawah meja.Sementara orang berjalan melewati ruangan itu terpaku dan menoleh ke arah jendela yang terbuka. Shawn tak pernah melihat jendela itu dibuka sebelumnya. Maklumlah, ia juga jarang berada di rumah jadi kadang-kadang ia tak begitu ingat beberapa spot di rumahnya sendiri.Shawn pulang lebih awal karena harus mengambil beberapa berkas dari sebuah brankas di kamar pribadinya. Tapi ia kemudian berhenti di depan sebuah ruangan karena melihat jendelanya terbuka. Tak hanya itu, saat Shawn berjalan mendekat, sebuah meja kerja kecil penuh dengan beberapa berkas dan stempel dari kantor kejaksaan.Senyum Shawn tak sadar mengembang, Kiran sebelumnya ada di sana. Tapi k
Kehebohan terjadi saat pesta baby shower Claire yang gagal. Sebenarnya bukan pestanya yang gagal tapi ternyata Arjoona diusir Claire padahal dia adalah pihak yang telah membuat pesta perayaan itu. Walhasil, Joona pun uring-uringan dan malah pergi ke Golden Dragon untuk menembak.Dia marah dan kesal. Arjoona menghabiskan banyak peluru karena penolakan Claire yan sangat terang-terangan. Padahal sebelumnya ia sudah sesumbar akan kembali bersama Claire setelah pesta itu.Shawn hanya bisa mengikuti saja beberapa temannya yang akhirnya pergi ke Golden Dragon untuk menemani Arjoona. Tapi setelah Arjoona yang kesal pergi meninggalkan tempat latihan tembak setelahnya, Shawn akhirnya berakhir di klub milik Aidan.Ruang RED room itu mempertontonkan secara gamblang dan langsung adegan dewasa di antara pemainnya, seorang pria dan wanita. Gerakan-gerakan ranjang tanpa sehelai benang ditunjukkan seolah mereka adalah pasangan resmi.Sementara James dan Aida sedang menikm
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia