Aidan Caesar diberi kejutan oleh teman temannya yang datang tiba-tiba untuk membuat camping dadakan di halaman rumah barunya di LA. Namun berita mengejutkan malah diterima oleh Aidan dari Joona.
"Dia sudah mati, Joona. Aku dan Shawn yang membunuhnya!" ujar Aidan setengah berbisik. Arjoona hanya diam dan menoleh pada Shawn lagi yang terlihat sedikit menunduk.
"Yang jelas, orang-orang yang menusuk Shawn, menembak Arya dan membunuh Blue... adalah orang-orang Kanishka," jawab Arjoona lalu menelan ludahnya. Aidan nampak gusar lalu menyisir rambutnya dengan rasa cemas yang luar biasa.
"Kenapa ini tidak berakhir? Ini sudah hampir dua tahun dari semenjak kami menghabisi Kanishka. Mengapa dia belum mati? Tapi aku yakin sudah memastikan jika ia mati saat itu." Aidan bersikeras. Jayden yang mendengar bisik-bisik kemudian menghampiri.
"Kanishka memang sudah mati. Tapi Putranya belum," ujar Jayden pada Aidan. Aidan langsung melepas napas kesal, ia lalu memandang Shawn
MARKAS GOLDEN DRAGON "Hiyat ... hiyat ... ciyaatt!" Andrew, Ares dan Jupiter berlatih Wing Chun bersama Jayden Lin di markas Golden Dragon seperti biasanya. Selama tiga kali seminggu, putra-putra anggota The Seven Wolves akan berlatih beberap ailmu beladiri yang mereka pilih sendiri. Dari Wing Chun, Taekwondo, Karate sampai Aikido. Tiga sekawan Ares, Jupiter dan Andrew memilih Wing Chun sebagai pilihan. Selain juga Ares sudah lebih dahulu belajar Taekwondo dari sang ayah. Andrew lalu diajari oleh Jayden untuk berlatih menangkis serangan dari depan. Dimulai dengan gerakan dasar dan lambat karena Andrew masih kecil lalu sedikit lebih cepat sampai ia benar-benar hapal. Jayden lalu menyerang dengan pura-pura meninju perutnya. Andrew yang ceria malah jadi tertawa merasa ia digelitiki. "Om Jay!" Andrew mengikik. Ares yang melihat ada peluang untuk bercanda ikut datang dan ikut-ikutan menyerang Jayden. "Ciaaatttt!" pekik suara kecil Ares mencoba mengeluarkan jurus menendangnya yang baru
Mars hanya bisa menghela napas dan menghempaskan punggungnya ke sofa. Bryan hanya melihat saja pada Jayden dengan pandangan sedih bercampur miris."Aku tidak ingin kamu sakit lagi, Jay," ujar Bryan dengan nada sedikit lembut."Aku tidak sakit Bryan. Aku sehat!" Jayden memotong dengan cepat lalu menyisiri rambutnya gusar."Jay, please!" Mars mulai menyerah. Ia sudah tak sanggup jika harus melihat jayden kembali terpuruk stress seperti sebelumnya. Belum sempat Jayden menjawab, tiba-tiba terdengar bunyi bel di pintu depan Jayden. Semua orang kini menoleh, sementara Mars berdiri dan akan membuka pintu."Siapa yang datang!" Jayden bertanya dengan wajah bingung. Nathan langsung masuk ke apartemen Jayden buru-buru bahkan masih memakai scrub dokternya."Jay, kamu tidak apa-apa?" tanya Nathan begitu khawatir bahkan langsung memegang sebelah pipi Jayden. Namun Jayden melihatnya aneh."Untuk apa kamu kemari?""Lho, kata Arjoona kamu sakit lagi,"
21+Pulang dari pernikahan Anthony Lin dan Tantria Purnama, Shawn malah merasa panas. Entah mengapa ia merasa seperti selalu ingin dekat dengan Kiran. Tak jarang, ia malah memanggil istrinya untuk datang saat dirinya sedang bekerja hanya untuk melakukan hubungan intim di kantor.Tak ada yang tau karena Shawn memang memiliki ruangan di kantornya yang tersembunyi. Tapi Kiran pun tak menolaknya sama sekali.Malam ini juga sama, Shawn mengambil kesempatannya karena Andrew tidur lebih cepat setelah kelelahan dari pesta pernikahan itu. Usai membawa Andrew ke kamar tidurnya, Shawn tak membuang waktu sama sekali.Kiran yang baru saja selesai membuka anting-antingnya, langsung ditarik oleh Shawn ke arahnya. Tali pinggang pada mantelnya ditarik sampai terlepas dan Shawn langsung menyerang Kiran dengan ciuman panas.Sebelah tangan Shawn lantas menarik mantel yang dipakai Kiran sampai terbuka sementara bibirnya tak berhenti mengulum. Kiran tersenyum di sela ci
Jemari Shawn masih sedikit meremas rambut Kiran sambil mengatur napas dan tersenyum tipis. Ia bahkan belum melepaskan ikatannya dengan Kiran sama sekali. Kiran bahkan masih mendesah pelan melalui hembusan napasnya yang lembut."Daddy ... buka pintunya!" tiba-tiba terdengar suara Andrew di luar kamar mengejutkan Shawn yang baru saja selesai berhubungan dengan Kiran."Uh, Andy?" desah Kiran hendak melepaskan penutup matanya tapi tangannya dipegangi oleh Shawn."Biar aku yang urus!" gumam Shawn lalu memiringkan tubuh Kiran dan melepaskannya perlahan dari dirinya. Tak lupa Shawn langsung menarik duvet agar bisa menyelimuti tubuh Kiran yang polos."Daddy ... aku mimpi buruk!" ucap Andrew lagi masih memanggil Ayahnya."Aku akan segera kembali!" bisik Shawn pada Kiran tanpa membuka borgol ataupun penutup matanya sama sekali. Kiran hanya terlihat tersenyum dan merilekskan tubuhnya. Sementara Shawn lalu bangun dari ranjang dan mengambil celana lalu memakain
"Kamu mau apa cari tau soal mantan kekasihmu lagi? Apa kamu berniat kembali padanya!" tuduh Amy separuh memekik pada Blake dan itu cukup mengejutkannya. Amy memang terkenal dengan rasa cemburunya tapi selama ini Blake tak mempermasalahkan itu, baginya itu malah menyenangkan."Kembalikan ponselku!" sahut Blake dengan nada rendah masih mencoba bersabar. Amy langsung manyun dan mulai membuat tingkah yang menyebalkan."Kamu diam-diam mencari tau soal mantan kekasihmu di belakangku!" hardik Amy masih dengan nada kesal yang luar biasa. Blake jadi mendengus dan membuat wajah ke arah lain."Baby, aku tidak melakukan itu. Aku hanya iseng dan menemukan story itu di instagram, aku tidak berniat mencari atau membacanya!" jelas Blake mencoba bernegosiasi.Amy berdecis tak perduli, kali ini Blake sudah tertangkap basah tapi masih berkelit. Atau mungkin itu hanya kecemburuan Amy saja yang berlebihan."Kamu masih tak mau mengaku!" Amy masih marah dan menaikkan pon
Rohan Kanishka berjalan keluar dari mobilnya sambil membuka kacamata. Ia melihat ke lingkungan sekitar dengan pandangan angkuh dan ujung bibir yang sedikit terangkat."Silahkan Tuan!" tegur Arjan Dev menunjuk pada sebuah restoran India di belakang Rohan. Rohan menoleh ke belakangnya dan makin tak tersenyum."Jadi dia di sini?" Arjan mengangguk pada Rohan yang mendengus dengan kesal setelahnya. Rohan mengangguk pelan lalu memperbaiki jas-nya dan berjalan masuk ke arah restoran tersebut. Pintu lantas dibuka oleh Arjan Dev pada bosnya itu.Rohan masuk begitu pintu dibukakan untuknya. Tak ada yang spesial dari restoran itu kecuali beberapa pelayan tengah membereskan sebuah meja setelah pelanggan mereka pergi."Apa sudah merervasi, Tuan?" tanya seorang pelayan yang tiba-tiba muncul dihadapan Rohan. Rohan langsung mengernyitkan keningnya. Berani benar ada yang langsung bertanya seperti itu padanya?"Maaf, kami ingin bertemu dengan Ramdash Kanishka!" sahu
Seketika kepala Blake rasanya seperti berputar. Entah apa yang dipikirkan oleh Han sampai ia bisa bicara seperti itu pada dirinya."Maksudmu apa?" tanya Blake separuh sadar."Ya, hamil ... memangnya apa lagi maksudnya. Ya itu maksudku!" ujar Han sedikit kebingungan. Memangnya apa yang salah dari mengungkapkan pendapatnya?"Aku rasa Han mungkin ada benarnya juga, kamu harus mengecek Amy. Siapa tau dia memang sedang hamil itu sebabnya mengapa moodnya bisa berubah aneh seperti itu!" celetuk Glenn makin menambah keruwetan pikiran Blake. Kusut, pikiran Blake semakin kusut dengan pernyataan Han yang memberinya pandangan lain."Kenapa kamu bengong? Jangan bilang selama kalian tinggal bersama kalian tak pernah berhubungan seksual?" tanya Grey membuat Blake terjaga dari lamunannya. Blake sedikit tersentak dan melihat ke beberapa temannya bergantian."Tentu saja kami melakukan itu!""Setiap hari?" tanya Glenn entah sengaja polos atau sengaja menjebak.
Shawn terduduk di atas bangku membelakangi grand piano sambil menggesekkan kedua telapak tangannya bersamaan. Sikunya ia topang pada kedua lutut atas dan lengan kemejanya sudah dilipat sampai bawah siku. Dasinya telah dilepaskan dengan satu kancing terbuka di atasnya.Jemarinya lantas menyentuh cincin kawin yang melingkar di jari manis sebelah kiri. Shawn sudah memakainya pasca Andrew lahir enam tahun lalu.Sementara Kiran sedang menidurkan Andrew setelah berlatih piano bersama. Shawn masih sendirian di ruangan keluarga itu. Pikirannya masih dipenuhi dengan pembicaraan The Seven Wolves di apartemen Arjoona. James akan pindah malam ini dari Ritz karena Rohan sudah mengincarnya.Hanya tinggal masalah waktu sampai Rohan mengetahui seluruhnya dan mereka akan diburu satu persatu. Atau Rohan sudah mengetahui segalanya dan sedang memburu mereka tanpa ampun.Shawn menghela napas berat dan mengurut tengkuknya dengan sebelah tangan."Apa kamu baik-baik saja,
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia