"Kita mulai!" ujar Mars memberi aba-aba pada seluruh anggotanya. Malam ini dia akan memulai misi perampokan di klub Kagawa milik pemimpin Yakuza Kenji Kagawa.
Jayden keluar dari mobilnya bersama Bram dan keduanya berjalan lalu memecarkan diri.
Sementara Jayden di luar, Kazuya Han sudah keluar dari mobilnya dan berjalan menuju sebuah klub. Ia melewati Jayden dan Bram yang mengalihkan perhatian penjaga sehingga ia bisa menyusup lewat jalan belakang dengan pengawasan Grey Hunter, PA James Harristian dari balik teropongnya.
"Dia sudah masuk," lapor Grey Hunter pada timnya. Grey bertugas sebagai pemantau dan berada bersama Aidan di atas salah satu bangunan di seberang klub itu.
"Aku sudah siap pada posisiku, apa semua bisa mendengarku?" ujar Aidan Caesar dengan senjata sharpshooter jarak jauh dari salah satu gedung tinggi di sebelah timur bangunan klub itu.
"Aku bisa mendengarmu, Tuan Caesar. Aku sudah siap," ujar Blake Thorn, salah satu PA Arjoona Harr
Mata Kiran sukses membesar saat mendengar bisikan Robert. Ia menoleh dengan bola matanya yang indah itu dan menemukan Robert menyengir dengan santainya.“A-Apa?” sahut Kiran sedikit terbata karena ia takut jika rahasia tentang pernikahannya akan terungkap sekarang. Apakah Robert mengetahui pernikahannya dan Shawn Miller?“Kenapa kamu kaget seperti itu? Kamu tidak tau ya jika dia sudah menikah?” Kiran tidak menggeleng dan tidak fokus lagi pada penjelasan ketua jaksa penuntut di depannya.“Malah aku dengar gosipnya dia sudah menikah dengan Amelia Baker, itu sebabnya mengapa ia mengundurkan diri agar tak ada suara-suara miring tentang dirinya dan posisisnya sekarang.” Kiran seperti separuh menarik napas lega.“Biarpun sebenarnya rumor dan gosip tentang Shawn Miller sudah santer terdengar sejak lama, jadi aku tidak heran!” sambung Robert lagi begitu yakin dengan informasinya yang ia rasa paling valid.&ld
“Jangan Admiral, biar aku saja!” ujar Kiran menghalangi Shawn yang ingin membuka pintu. Kiran bahkan masih tersengal dan kesusahan tapi ia masih berusaha tersenyum. Shawn lalu mengambil handuk kecil di kamar mandi dan mengeringkan sisa air di bibir Kiran.“Biar saja. Jangan dibuka!” gumam Shawn dengan suaranya yang dalam. Kiran kemudian memegang sebelah lengan Shawn dan tersenyum menggeleng.“Kalau aku tidak buka, maka tamu yang di depan itu bisa curiga. Kamu tunggu disini dulu Admiral. Aku akan segera kembali!” ujar Kiran lagi melepaskan pegangan Shawn darinya.Shawn benar-benar kesal, ketukan di pintu itu tak berhenti. Ia akhirnya besembunyi di balik dinding kamar mandi seperti seorang selingkuhan.Ia sebenarnya ingin marah pada Kiran karena bicara begitu dekat dengan Robert padahal sudah dilarang. Namun begitu Kiran muntah seperti tadi, Shawn kehilangan seluruh rasa marahnya. Rasa sayangnya pada Kiran terlalu besar.
Shawn berjongkok di samping lutut Kiran yang terbuka karena ia memakai rok sepaha. Tangannya sedang membuka tali sepatu pump heels milik Kiran lalu melepaskannya. Shawn melepaskan sepatu tersebut dengan lembut satu persatu tanpa menaikkan pandangannya pada Kiran.“Admiral,” tegur Kiran lembut agar Shawn melihatnya. Shawn menaikkan pandangan dan mendengus tapi ia tak tersenyum dan itu membuat Kiran jadi sedih. Ia seakan sudah melakukan dosa yang begitu besar sehingga membuat suaminya kecewa.“Kamu sudah berjanji padaku tidak akan dekat-dekat dengan pria itu lagi. Kenapa kamu masih bicara padanya dan membiarkan dia mencium tanganmu!” Shawn terdengar kesal dan masih berlutut di dekat kaki Kiran.“Robert adalah partnerku di kejaksaan, Admiral. Aku tidak mungkin tidak bicara dengannya,” sanggah Kiran mencoba memberikan alasan.“Kamu kan bisa menghindar!” cetus Shawn juga tak mau kalah. Kiran sedikit meringis tapi
Blake mendengus kesal karena fotonya bersama Amy tersebar sudah di instagram. Setidaknya teman-temannya di The Seven Wolves pasti akan menginterogasinya. Namun begitu Blake melirik pada Amy di sebelahnya, wanita itu malah tertawa sendiri seolah yang dilakukannya untuk Blake adalah sesuatu yang lucu.“Sudah, jangan khawatir. Dia pasti ingin minta berbaikan denganmu!” kedua alis Amy naik bersamaan seakan menggoda Blake. Oh ingin sekali Blake mencubit hidung cantik itu tapi tidak. Ia tak boleh malah terbawa perasaan.“Teman-temanku pasti akan salah sangka!”“Hahaha ... jelaskan saja pada mereka!” Andai semudah itu, pikir Blake dalam hatinya. Ia kemudian menegak sisa Whiskey dan separuh mambanting gelasnya lalu berdiri.“Kamu mau kemana, David?” tanya Amy masih dalam mode mabuk beratnya.“Aku mau ke kamar mandi!” jawab Blake ketus dan langsung pergi.Di kamar mandi pria, Blake cukup lam
Perlahan Shawn melepaskan pelukannya pada Kiran lalu mengecup kening, pipi dan bibir Kiran dengan lembut. Kiran tak terbangun sama sekali dan itu membuat Shawn tersenyum kecil. Ia kemudian sedikit memendekkan tubuhnya ke bawah dan mencium perut Kiran lembut.“Jaga Mommy, Daddy akan segera kembali, hhmm. Selamat tidur, bayiku!” gumam Shawn usai memberi kecupan dan kemudian beranjak perlahan dari ranjang. Tak lupa, Shawn menarik selimut sampai ke batas pundak Kiran sebelum memberikan kecupan terakhir di kepalanya.Shawn lalu celingukan ke kanan dan kiri mencari sebuah kertas yang bisa ia gunakan untuk menuliskan pesan agar Kiran tak kalang kabut mencarinya. Setelah merogoh tas kerja istrinya, Shawn menemukan sebuah yellow notes dan itu digunakan Shawn untuk meninggalkan pesan bagi Kiran.Ia lantas menempelkan kertas itu di tudung lampu di sebelah tempat tidur agar lebih mudah bagi Kiran menemukannya nanti.Shawn lalu keluar dari kamar Kiran meng
Polisi datang tak lama kemudian dan meringkus ke sepuluh pria yang dituduh akan melecehkan Amy Baker. Shawn masih berada di sana untuk mengurus semuanya. Ia tak akan membiarkan Amy disakiti seperti itu, biar bagaimanapun Amy masih sedarah dengannya.“Jangan sampai kasus ini diketahui media sama sekali. Dan bukti rekaman itu, jangan sampai tersebar. Hancurkan begitu selesai!” ujar Shawn memberikan perintah pada kepala detektif di kepolisian NYPD.“Baik, Admiral!” jawab detektif tersebut dan mencatat beberapa hal sebelum memasukkan buku catatan kecilnya di balik jaket biru gelap bertuliskan NYPD di punggung.“Apa kamu akan menutut hotel juga?” tanya Detektif itu lagi.“Ya, tentu saja. Mereka membiarkan satu gadis masuk dengan sepuluh pria, itu sudah sebuah kejahatan!” tegas Shawn lagi. Ia lalu menoleh pada Amy yang sedang diperiksa fisiknya oleh Paramedis.“Aku akan mencatat laporanmu untuk
Tak ada yang diucapkan oleh Shawn selama perjalanan pulang bersama Blake Thorn menggunakan taksi ke hotel tempat ia menemukan Amy. Keduanya lantas berpisah setelah keluar dari taksi dan masuk ke dalam mobil masing-masing.Shawn tak mau menunggu sampai proses pemeriksaan pada Amy selesai dilakukan. Ia seperti tak ingin dikejutkan jika mungkin kenyataannya Amy bisa saja sudah diperkosa.Dengan perasaan yang bercampur aduk tak tenang, Shawn kembali ke hotel tempat Kiran menginap. Hari sudah mulai pagi dan Kiran pasti akan sudah membaca pesan yang ditinggalkan oleh Shawn di dekat ranjang.Seperti saat ia pergi, Shawn kembali dengan cara menyusup yang sama. Bedanya kali ini ia memakai jaket sebagai luaran. Setelah memastikan tak ada yang melihatnya, Shawn menempelkan kartu kamar Kiran dan masuk.Kiran tak berada lagi di ranjangnya dan dari kamar mandi terdengar suara percikan air tanda istrinya sedang mandi. Shawn pun membuka topi dan duduk di pinggir ranjang
Shawn datang lagi ke rumah sakit tempat Amy dirawat dan langsung bertemu dengan Chris di depan ruang perawatan.“Apa kita bisa bicara sebentar?” ajak Chris Baker sedikit mendekat pada Shawn.“Aku datang kemari karena Amy yang meminta.”“Aku tahu. Hanya sebentar saja!” Chris lalu berjalan ke arah kanan yang merupakan pintu keluar bagian samping. Shawn menghela napas dan mengikuti Chris yang membawanya ke sebuah cafetaria. Dua orang pengawal menteri ikut bersama mereka dan berdiri menjaga keduanya.“Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Shawn tanpa basa basi setelah duduk di depan Chris. Chris menyeruput kopi dan meletakkan cangkirnya.“Aku ingin berterima kasih atas penyelamatanmu pada Amy. Jika kamu tak datang mungkin, aku takkan bisa melihat putriku lagi,” ujar Chris dengan nada rendah. Shawn hanya memperhatikan saja dan menghela napas panjang.“Aku juga ingin menyampaikan ra
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia