Ramdash Kanishka berjalan terlebih dahulu daripada Shawn Miller ke arah restoran hotel The Grand Tondland. Shawn tak percaya pada salah satu anggota keluarga Kanishka, itulah mengapa ia meminta Ramdash untuk berjalan terlebih dahulu.
Ramdash duduk di sebuah meja bundar yang diperuntukkan untuk santai. Seorang pelayan lantas datang menanyakan pesanan dari keduanya. Shawn memilih untuk tidak memesan dan hanya duduk saja di depan Ramdash.
“Kamu mau bicara apa?” tanya Shawn mulai ketus.
“Aku tahu kamu pasti sudah mendapatkan informasi soal Ayahku. Dia ... sudah melarikan diri kan?” Ramdash langsung menebak dengan benar. Shawn mengernyitkan kening dan menelan ludahnya sebelum menjawab.
“Bagaimana kamu bisa tahu?” pelayan tadi kemudian kembali lagi dan memberikan minuman pesanan Ramdash.
“Karena dia adalah Ayahku!” jawabnya singkat lalu menyesap minuman bir yang ia pesan. Shawn menarik oksigen ke paru-parun
“Apa ada yang terjadi pada Kiran? Apa kamu tahu sesuatu, Blue?” tanya Shawn Miller dengan wajah sedikit terperangah.Blue ikut-ikutan terlihat aneh dan mengatupkan bibirnya. Apa yang sebenarnya terjadi sampai Shawn bertanya seperti itu? kecurigaan Blue akan dugaan Kiran tengah hamil sepertinya ikut menghampiri Shawn.“Apa yang sebenarnya terjadi di dalam, Admiral? Aku tidak melihatmu di perjamuan tadi?” Blue balik bertanya membuat Shawn menyandarkan punggungnya pada jok mobil.“Aku baru saja bicara dengan Ramdash. Dia bilang Kiran sedang ... terjadi sesuatu padanya. Tapi dia tidak bilang itu apa. Dia malah memberiku ucapan selamat!” Blue tampak bingung mendengar cerita Shawn.“Aku terus mendesak dia bercerita tapi dia bilang hanya Kiran yang berhak memberitahukan aku apa yang terjadi. Blue ... sebenarnya ada apa? Apa Kiran-ku sedang sakit? Kenapa semua orang tak berhenti membuat aku khawatir!” keluh Shawn de
Shawn sudah bersiap untuk pergi ke perkara perceraiannya dengan Kiran Kanishka. Ia memakai jas lengkap dengan rambut coklat rapinya. Namun sebelum pergi, Shawn harus menyelesaikan beberapa hal. Salah satunya adalah membaca surat wasiat ibunya, Kiriko Matsui.Shawn duduk dengan tenang di sofa ruang kerja miliknya. Ia melipat kaki dan membuka amplop tersegel yang berisi surat dari ibunya.‘Shawn, putraku. Aku sangat senang karena belakangan ini hubungan kita semakin membaik. Tidak seperti sebelumnya, ketika kita mendiamkan satu sama lain.Taukah kamu? itu terjadi setelah kamu dan Kiran menikah. Ibu sangat menyukai istrimu. Dia wanita yang begitu lembut namun cerdas. Dan yang paling penting dia bisa mengendalikanmu yang sedikit menyeramkan ...’Shawn mendengus tersenyum membaca kalimat dari ibunya itu, dan ia melanjutkan lagi,‘Apa kamu ingat kita pernah bicara soal warisan keluarga Matsui yang begitu besar? Aku sudah menuliskan nama
“Aku sudah di luar, Admiral. Apa yang mau kamu bicarakan?” tanya Kiran usai keluar dari ruangan sidang cerainya dan menutup pintunya kembali.“Kenapa kamu tidak mau menerima pemberianku? Aku tidak akan menuntut apapun,” jawab Shawn masih lewat ponsel. Padahal Shawn berdiri di belakang Kiran tepatnya di balik sebuah dinding. Matanya menatap punggung Kiran yang menerima sambungan panggilan darinya.“Aku tidak mau uangmu, Admiral!” suara Kiran terdengar sedikit merajuk dan itu sempat membuat Shawn mendengus tersenyum.“Kalau begitu kamu tak perlu bercerai dariku, Little Flower!”“Sebenarnya apa maumu? Kenapa kamu mempermainkan aku seperti ini?” Shawn pun makin mendekat dan sudah berdiri di belakang Kiran lalu bicara lebih keras.“Aku ingin mencoba lagi denganmu, maukah kamu mengurungkan niat untuk bercerai dan menerimaku kembali?” Kiran membesarkan matanya. Mengapa suaranya begitu
“Lalu, kapan kamu mau aku bicara?” Kiran terdiam lagi dan berpikir sejenak. Ia tak mungkin serta merta membeberkan pernikahannya begitu saja. Biar bagaimanapun reputasi Shawn sangat dipertaruhkan. Dan sesunguhnya Kiran tak rela jika Shawn sampai harus mengundurkan diri.“Mungkin ketika semuanya selesai,” jawab Kiran pada akhirnya. Shawn pun terdiam sejenak sebelum kemudian terdengar dengusan napasnya.“Baik. Aku akan mengumumkannya ... setelah aku yakin jika semuanya sudah baik-baik saja. Bagaimana?”“Ya, itu lebih baik.” Kiran tersenyum tapi kemudian mengernyitkan keningnya seketika.“Tapi aku kan belum bilang akan kembali padamu, Admiral!” protes Kiran tiba-tiba dengan nada separuh memekik. Shawn sontak terkekeh dan terdengar sedang menertawakan Kiran.“Ya sudah, kita lihat saja nanti ya. Sebaiknya kamu beristirahat, jangan sampai kamu sakit.” Kiran mengulum senyuman tipis da
Ramdash Kanishka masih sibuk di kantornya dengan berbagai macam tagihan dan administrasi restorannya. Di dekatnya, tabletnya terus memutar berita pagi tentang kriminal, ekonomi dan bisnis serta seputar kehidupan sehari-hari. Ramdash sesekali menengok pada tablet yang ia letakkan sedikit bersandar tersebut.Sampai ia mendengar nama Ayahnya disebut dalam salah satu berita semacam breaking news. Ramdash langsung mengambil tablet tersebut dan menyaksikannya dengan seksama.Berita itu adalah berita tentang kematian seorang pengusaha yang sedang dicari oleh interpol, Yousef Kanishka. Berita tersebut mengungkapkan penyebab kematian Yousef Kanishka adalah karena serangan jantung mendadak saat ia tengah minum kopi di sebuah cafe.Yousef ditemukan telah tewas setelah lama tak bergerak dengan wajah tertutup topi. Para saksi mengatakan jika Yousef terlihat tertidur dengan kepala menengadah ke atas dan mata tertutup. Setelah diperiksa dan dibawa ke rumah sakit, Yousef dinyat
Tak hanya membuat rangkuman dakwaan bersama, kedua Jaksa yaitu Kiran Kanishka dan Robert Grisham bahkan makan malam bersama. Keduanya makan bertiga dengan Shimla di meja makan sederhana di apartemen tersebut.Setelah makan malam, Kiran dan Robert kembali duduk di sofa ruang tengah untuk melanjutkan pekerjaan. Keduanya begitu asik berbincang dan menganalisa kasus yang akan ditangani.Beberapa kali juga Robert mencuri-curi pandang dengan menatap Kiran diam-diam. Hal itu sempat dipergoki oleh Shimla tapi ia hanya bisa memicingkan mata. Untuk mencegah agar Robert tak memandangi Kiran berlebihan, Shimla sampai menginterupsi mereka dengan menyajikan makanan ringan.Bahkan hingga pukul 11 malam pun, Robert belum pulang dan masih berada di apartemen Kiran. Shimla mulai tak suka dengan kehadiran Robert yang tak mau pulang meskipun pekerjaan mereka sudah selesai.Terlihat Kiran seperti tak enak jika harus mengusir. Robert benar-benar menikmati waktunya bersama Kira
Kiran benar-benar kaget ketika tubuhnya diangkat ke atas oleh Shawn yang menerobos masuk tiba-tiba. Terlebih Shimla seperti sudah memprediksi dan begitu santai saat Shawn masuk. Bukankah tadi Bibi Shimla mengatakan jika dia ingin tidur? Lalu mengapa setelah Robert pulang dan bel berbunyi, ia tiba-tiba keluar dan membukakan pintu untuk Shawn.Kiran tak sempat memproses semua informasi karena pertama ia digendong oleh Shawn, kedua ia melihat bergantian Shawn dan Shimla yang dengan santai memberikan kode di depannya.“Ahhh ... Admiral, turunkan aku!” pekik Kiran benar-benar terkejut melihat Shawn yang berjalan dengan santai menggedong dirinya ke kamar tidur Kiran.Shawn membuka pintu lalu menghidupkan lampu dan menurunkan Kiran di pinggir ranjang pada akhirnya. Wajah Kiran masih separuh ketakutan separuh kaget melihat Shawn dengan santainya membuka jas lalu setengah melempar ke sebuah kursi di depan cermin.Shawn lantas mendekat dengan merentangk
Kiran mulai menggeliat bangun dan tak menemukan Shawn di ranjangnya lagi. Ia berbalik dengan cepat dan sedikit tertegun. Rasanya semalam bukan mimpi, Shawn memang datang menemuinya.Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan Shawn masuk dengan sebuah nampan berisi sarapan pagi untuk Kiran.“Kamu sudah bangun, Little Flower?” sapa Shawn tersenyum membawa nampan bersamanya ke atas ranjang.“Aku kira kamu sudah pulang, Admiral!” gumam Kiran pelan. Shawn menaikkan pandangannya dari sandwich yang ia buat jadi memandang wajah Kiran.“Bagaimana aku bisa pulang dan meninggalkan istriku sendiri di sini?” balas Shawn membuat Kiran tertegun.“Aku membuatkanmu sarapan pagi. Coba lihat ini, kamu pasti suka sandwich buatanku!” tawar Shawn lagi sambil tersenyum. Kiran masih tertegun dengan sikap Shawn yang begitu manis. Ia meletakkan rambutnya ke belakang telinga dan dengan sedikit menundukkan wajahnya.&ldqu
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia