Celine memeluk Deon yang menangis di pelukannya dan berteriak pada orang-orang yang berlalu lalang menyita barang-barang mewah di mansion Kindle.
“Jangan sentuh barang-barang kami! Kalian tidak menyita semuanya!”
Namun tidak ada yang mendengarkannya. Semua orang sibuk menempelkan kertas merah yang bertanda di sita. Sebagian mengangkat barang-barang keluar.
Celine berlari mencoba menghentikan orang yang membawa piano antik dan mahal.
“Kalian tidak bisa membawanya! Apa kamu tahu berapa harga piano itu! Ayah mertua mendapatkannya puluhan tahun silam!”
“Nyonya Kindle, piano ini bahkan tidak bisa menutupi utang yang kalian miliki. Semua barang-barang di sini termasuk rumah ini sudah disita. Kalian tidak bisa memiliki satu barang pun di sini. Semua barang-barang branded punyamu juga kami sita.”
Seorang pria menarik Celine menjauh dari piano itu dan menyuruh orang untuk mengangkut piano itu keluar.
“
Hakim membuka sidang dan membaca kasus kejahatan Sherly di depan semua orang.Sherly menatap sang hakim tanpa ekspresi.“Aku memang mengenal Feliks Carrey, tapi tidak terlibat dengan pembunuhan berencana yang kalian tuduhkan. Apa kalian konyol menuduhku hanya karena aku mengenalnya?! Aku ingin tahu siapa yang melaporkan aku dalam tuduhan konyol ini?!” serunya tidak terima.Sang hakim terdiam dan berdiskusi dengan yang lain. Mereka mengangguk pada seorang pengacara pria yang duduk di meja panel pengacara.Pengacara itu menganggukkan kepalanya dan berdiri.“Tuan hakim, izinkan saya memanggil Nona Flint untuk bersaksi.”Semua orang langsung menoleh pada seorang wanita cantik yang duduk di bangku penonton. Tatapan Sherly sangat gelap dan dia memelototi Yuriel.Yuriel memakai gaun terbaiknya dan merias dirinya dengan sangat cantik.Dia sangat glamor dan memesona.Sherly mengapalkan tangannya deng
Aleandro tetap berada di ruang sidang yang kosong dan merenung bagaimana dia bisa mendapatkan hati Yuriel sekali lagi.Seorang pria berkaca mata ganggang datang menghampirinya.“Tuan, kami sudah mendapat kabar tentang Gerard Kindle,” ujar Viktor memberi tahu dengan hormat.Wajah Aleandro tanpa ekspresi. Dia memasukkan tangannya di saku celana dan menatap Viktor, menunggunya berbicara.“Gerrad Kindle melarikan diri menggunakan jalur kapal. Dia bersembunyi dari pantauan kita dan polisi dengan menggunakan kapal nelayan yang dia sewa pada seorang nelayan dan membawa semua uangnya. Namun nelayan yang dia sewa menjadi serakah melihat uang yang Gerard Kindle bawa. Nelayan itu berkelahi dengannya untuk mendapatkan uangnya dan akhirnya membunuh Gerard Kindle di kapal di tengah laut.”Viktor berhenti sejenak untuk menarik napas. Sementara Aleandro mendengarnya tanpa ekspresi.“Karena khawatir ketahuan membunuh orang, nela
“Yuriel Flint, semuanya salahmu! Kamu di sini untuk mengejekku, kan?! Kamu puas sekarang!” Sherly seperti orang gila menerjang ke depan.Namun dahinya menabrak panel kaca anti peluru dengan keras. Dia mengaduh kesakitan sambil memegang dahinya.Yuriel menyeringai dan menatapnya provokatif.“Kamu tidak bisa menyerangku di sini. Sia-sia saja marah,” ujarnya menyilangkan tangannya di depan dada, menatapnya provokatif.Sherly menggeram marah dan memukul kaca sambil meraung.“Yuriel Flint! Tunggu saja kamu! Begitu aku keluar dari sini aku akan—““Tahanan nomor 167, jangan membuat keributan!” Sipir yang mengantar Sherly memukul punggungnya.Sherly meringis kesakitan dan terpaksa duduk kembali di kursinya sambil menggertakkan gigi memelototi Yuriel.“Aku pikir begitu datang, aku akan melihat penyesalanmu dan rasa bersalahmu. Namun tampaknya kehidupan di penjara tidak membuatm
Kuburan itu sepi dan khusyuk. Yuriel tidak bisa kesedihannya memandang kuburan Yunifer. Masih segar dalam ingatannya bagaimana dia menyaksikan saudara kembarnya meninggal dalam kecelakaan mobil.Dia meletakkan bunga tulip putih di makan Yunifer dan menatap wajah saudara kembarnya yang tersenyum lembut dalam bingkai foto. Senyumnya polos, lembut dan tampak tidak bersalah dalam foto itu. Itu membedakan antara Yuriel dan Yunifer.“Yunifer, sudah lama sekali sejak terakhir kali aku menemuimu. Maaf baru mengunjungimu.” Yuriel membuang dan menarik napas dalam-dalam untuk mengusir sesak di dadanya.“Aku sudah membalaskan dendam pada orang yang merengut nyawamu dari kami, apa kamu sudah tenang di sana?”Angin sepoi-sepoi berembus lembut seolah menggambarkan senyum lembut dari wajah wanita itu.“Ya, kamu pasti sudah tenang.” Yuriel menghela napas lalu memandang Ginny dan Lewis yang berdiri di sebelahnya.Mata
“ Aku tidak ingin pusing dengan surat perceraian sekarang selama aku bisa menjauh darinya dan tidak menggagu kehidupan kami,” balasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela mobil.“Tapi mengapa kamu tidak memberitahu Yuri bahwa kalian berpisah dan meninggalkan Capital. Kamu akan kewalahan jika dia bertanya tentang ayahnya,” ujar Ginny mengelus rambut hitam Yuri dengan penuh sayang.Yuriel menoleh dan menatap Yuri yang tertidur di pangkuan Ginny dengan ekspresi bersalah. Dia tidak memberitahu putrinya bahwa mereka akan meninggalkan ayahnya dan berpisah.“Aku menjelaskan saat kita sudah kembali ke Kingstown. Aku tidak Yuri bergantung pada Aleandro. Aku ingin membesarkan Yuri sendiri untuk menebus lima tahun kami yang hilang,” ujarnya mengelus rambut hitam Yuri dengan ekspresi bersalah.“Baiklah kalau itu keputusanmu.” Ginny menghela napas dan dia tidak berbicara lagi.Lewis tetap diam dan tidak me
Mobil limosin berhenti di halaman depan sebuah manor mewah dan besar. Remix yang pertama keluar dari kursi pengemudi dan membuka untuk Lewis.Lewis keluar dan membuka pintu untuk Ginny sambil mengulurkan tangannya pada wanita itu.Ginny menerima uluran tangan Lewis dan keluar dari mobil. Dia memandang sebuah manor di rumahnya. Sorot matanya tampak berkilat dingin seperkian detik sebelum menghilang.“Sudah lama sekali aku meninggalkan tempat ini. Aku harap Kak Audrey bisa menerimaku lagi,” ujarnya menatap Lewis dengan tatapan penuh makna.Raut wajah Lewis acuh tak acuh saat dia menjawab.“Itu pasti. Kalian berdua sudah seperti saudara perempuan dua puluh lima tahun yang lalu.”Apa yang disenangi seorang pria adalah memiliki beberapa wanita di sisi mereka dan saling akur berbagi pria yang sama.Lewis termasuk salah satu di antara mereka, berpikir seperti seorang kaisar yang memiliki selir di harem.Saudara
“Ini aku, Kak Audrey. Lewis membawaku ke sini untuk tinggal di sini. Kamu tidak keberatan kan, 'kakak'? Lagi pula kita pernah tinggal di rumah yang sama dua puluh tahun yang lalu.” Ginny tersenyum lembut menekan kata ‘kakak’ seperti saudari perempuan.Namun di mata Audrey itu senyum memprovokasi. Wajahnya masih cantik dan awet. Dia bahkan tidak melihat kerutan di bawah kelopak mata wanita itu. Dia masih cantik seperti dulu dan tampak cocok bersanding di sebelah Lewis yang tampan.Kulit Ginny yang kencang dan awet muda di sebelah Lewis, Audrey merasa seorang ibu mertua yang menyambut menantunya di depan pasangan itu.Dia mengepalkan tangannya menatap Ginny dengan penuh kecemburuan dan kebencian. Mengapa wanita itu mendapatkan apa yang paling dia inginkan!“Halo, Bibi? Kamu masih mendengar kami?” Yuriel melambaikan tangannya di depan Audrey yang terdiam syok menatap Ginny.Audrey mengerjapkan matanya dan perlahan m
Satu tahun kemudian.Seorang gadis kecil berlari turun dari mobil mewah dan berlari masuk ke manor mewah.“Nona muda kecil, tolong pelan-pelan. Anda bisa jatuh.” Pengasuh berusia paruh baya memperingatinya sambil mengejar langkah kaki kecil Yuri.Yuri menoleh sambil menjulurkan lidah pada pengasuhnya.“Tidak mau! Yuri mau main sama adik!” Dengan itu dengan dia berbalik naik ke lantai dua.“Nenek!” panggil Yuri saat melihat Ginny hendak pintu kamar Yuriel sambil membawa nampan berisi obat herbal.Dia melemparkan tas sekolahnya ke lantai dan berlari memeluk kaki Ginny.Pengasuh di belakangnya terengah-engah.Ginny menoleh dan tersenyum lembut melihat Yuri mengenakan seragam sekolah TK berlari kecil memeluk kakinya.Pengasuh mengambil tas Yuri yang dilemparkan ke lantai dan menyapa Ginny dengan sopan.“Nona Ginny, selamat siang.”Karena ada Nyonya sah dan status