“Apa daerah itu sama sekali gak ada cctv yang bisa kita selidiki?” tanya Altar. Karin menoleh kemudian duduk dan menggeleng.
“Daerah lokasi tempat kak Kevin kecelakaan cukup sepi, aku gak tau buat apa kak Kevin sampai ke daerah itu, apalagi kejadian kecelakaan terjadi di hari minggu, harusnya saat itu kak Kevin ada di rumah, waktu buat bersama anak dan istrinya. Ini udah sepuluh hari sejak hilangnya kak Kevin, Liora pasti cemas banget nunggu kak Kevin di temuin.”
Altar dan Karin juga sudah menyelidiki semua rumah sakit di daerah terdekat tempat kecelakaan, semua orang yang tinggal di dekat daerah itu juga di tanya, mungkin saja salah satu dari mereka menyelamatkan Kevin dan merawat Kevin di rumahnya, namun nihil, Kevin tak di temukan selama sepuluh hari
Tidak terasa sudah dua minggu, Liora mengalami turun berat badan beberapa kilo, pipi chubby nya banyak berkurang, bawah matanya ada lingkaran hitam karena sering begadang hanya untuk menerima kabar kalau Kevin sudah di temukan.Selama hilangnya Kevin, Liora kehilangan napsu makan, kebutuhan Varka masih tetap dari Liora meski pengeluaran asi tidak sebanyak saat pikirannya normal. Liora takut, takut jika Kevin tidak kembali.Liora duduk melantai, tangannya menggoyangkan ayunan Varka padahal bayi itu kini sedang menangis, tapi Liora seolah tidak mendengarnya. Pikirannya kini seolah pisah dengan raga.Ceklek.!Pintu terbuka, Sandra masuk ke kamar Liora tapi Liora tidak menyadari kedatangan Sandra. Ibu Kevin itu menggeleng, ia berjalan menghampiri Varka. Sandra tau bagaimana cemasnya Liora terhadap hilangnya Kevin, tak ada kabar sampai sekarang dan itu pasti membuat Liora stres.Selama ini, Kevin yang menemani Liora semenjak menikah, mereka jarang b
Kevin keluar dari kamar pada pukul lima dini hari, Almira tidur di kamar sebelah dengan Serifa. Dengan perlahan Kevin menutup pintu, berjalan ke dapur untuk meneguk air mineral, tenggorokannya terasa sangat kering.Setelahnya Kevin duduk, pikirannya saat ini sangat tidak beraturan, tapi satu hal yang tidak bisa Kevin lupakan, Varka. Namun semakin hari, ingatan Kevin semakin membaik, tapi tidak sepenuhnya, hanya Varka yang saat ini Kevin ingat dan sosok perempuan mungil yang bayangan wajahnya masih buram.Kevin kembali ke kamar, membongkar barangnya dan menemukan dompet di sana. Tapi tidak ada ktp ataupun sim dan benda pengenal lainnya, hanya beberapa lembar uang merah dan kartu debit.Dompet di kantungi oleh Kevin, tanpa ponsel ia pergi keluar dari rumah. Masih pukul lima, beberapa orang terlihat baru pulang dari masjid setelah sholat subuh.“Mas, warga baru ya?” tanya salah satu pria yang lewat di depan Kevin.“Ah, saya kur
Sesekali Dion menoleh ke arah Kevin yang duduk di sampingnya, sejujurnya Dion heran bagaimana cara Kevin bisa sampai Cianjur, padahal kecelakaan terjadi ada di daerah Bandung, apa iya Kevin mental? Sepertinya tidak mungkin mental sejauh itu.“Kak Kevin sebenarnya selama ini tinggal di mana?”Kevin tidak menjawab, ia juga tidak begitu yakin dengan tempat tinggalnya selama dengan Almira, dan Kevin juga tidak begitu yakin jika wanita itu adalah istrinya. Kevin sempat mendengar suara saat beberapa menit sebelum ia benar-benar sadar.“Kalau sadar nanti tolong maafkan aku, dan semoga saja kamu tidak ingat siapa keluargamu agar kita bisa memulai kehidupan baru.”Suara itulah yang membuat Kevin meragukan Almira. Seolah kalimat itu di sengaja, Almira menjauhkan ia dari keluarga meskipun Kevin tidak tau alasannya apa, saat ini pikirannya sedang belum membaik.Yang perlu Kevin syukuri adalah Almira memperlakukannya deng
Dion mengayunkan kakinya yang tergantung saat ia duduk di pos ronda, sesekali melihat jam dan melihat ke arah di mana terakhir Kevin tidak terlihat.“Ini kak Kevin udah hampir setengah jam kok gak nali-balik ya?” batin nya. Sembari menunggu Kevin kembali, Dion memilih mendengarkan musik dari eraphone nya.Sementara itu Kevin masih berada di rumah Almira, saat ini Kevin kesulitan mengendalikan emosi, bahkan rasa pusing yang kembali muncul di kelapanya tidak dapat mengurangi emosi yang Kevin rasakan.“Mana kartu identitasku yang asli, kamu pasti sembunyikan itu, kan?” tuding nya.“Kevin, aku gak akan biarin kamu pergi dari sini.” Almira dengan cepat langsung memeluk Kevin, melingkarkan tangan dengan erat.“Lepas.” ujar Kevin dengan dingin.“Aku gak akan lepasin kamu, aku ingin kamu tetap di sini. Kita akan menikah sungguhan dan aku akan jadi istrimu sama seperti Liora.”Kevin m
Liora terbangun dari tidurnya, hal pertama yang ia cari adalah Kevin. Liora takut yang semalam benar-benar mimpi, tempat di sampingnya kosong dan perasaan Liora nyaris kembali remuk. Tapi saat Liora menoleh, matanya melihat Kevin sedang menggendong Varka.Kekhawatiran Liora sirna, ternyata bukan mimpi, Kevin sudah kembali dan sekarang lelaki itu sedang menggendong putranya. Liora tersenyum haru, ia berjalan mendekati Kevin yang ada di balkon kamar, melingkarkan tangan mungilnya di perut Kevin.“Sudah bangun?”Liora mengangguk dengan posisi tak melepaskan pelukanya pada Kevin. Pipinya di dekatkan ke punggung Kevin, merasakan kehangatan di sana.“Aku kira semalam aku mimpi ketemu kamu, aku takut saat aku bangun semuanya berakhir, tapi ternyata kamu ada, kamu di sini.”Kevin tersenyum tipis, ia berbalik ke arah Liora yang sudah mendongak menatap wajahnya lebih dulu.“Maaf baru pulang sekarang, kamu pasti cemas bang
Kevin baru saja duduk saat teriakan sang adik mengganggu gendang telinganya.“KAK KEVIN..! KAAK..!”Brakk.!Pintu di buka kasar karena memang saat ini Kevin sedang berada di ruang kerja, itu ia lakukan untuk menghindari pertanyaan Liora. Dan sekarang, Karin datang dengan suara teriakan yang menggema sampai seisi rumah dengar semua, Karin sepertinya lupa jika dia sekarang adalah seorang ibu.Kevin ingin mengerjai Karin sedikit, kira-kira respon Karin nanti seperti apa.Ibu dari Saga itu menghampiri Kevin, menarik Kevin dari duduknya sebelum memeluk erat sang kakak dengan penuh kerinduan.“Aku gak pernah secemas ini sama kak Kevin, dua minggu hilang tanpa kabar kayak di telan bumi, kakak betah banget sih pergi dari rumah, kalau saja Dion tadi gak nelpon aku kalau kakak udah pulang, mana tau aku kalau kamu udah di rumah.”Setelah puas berucap, Karin melepaskan pelukan, menatap wajah Kevin yang tanpa ekspresi.
Udara pagi yang menyejukkan, Kevin mendorong kereta Varka, jalan-jalan santai di taman. Beberapa orang terlihat jogging, berlari dengan hewan peliharaan, ada pula yang menaiki sepeda.“Kamu setuju gak kalau kita luangkan waktu hanya berdua saja?”“Maksud kamu?” Liora menoleh.“Semenjak kita bersama, aku gak pernah ajak kamu jalan-jalan, kita sebentar lagi mau setahun loh, emang kamu gak pernah berpikir punya waktu berdua aja sama aku? Kayak honeymoon gitu.”“Kita udah punya Varka, bukannya orang honeymoon itu pengen punya anak? Lah kita udah punya anak.” Liora berucap polos membuat Kevin gemas.Gak semua orang liburan honeymoon itu hanya karena pengen anak, Kevin mengajak Liora liburan karena ia memang tidak pernah mengajak Liora kemana-mana, Liora lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama Varka, kadang juga di butik Karin untuk ikut mendesain pakaian.“Kamu beneran gak mau liburan
Matahari bersinar terang di atas langit, saat ini pukul dua belas, di bawah pohon yang cukup menyejukkan, Kevin dan Liora duduk di bangku kayu dengan menyantap bakso yang mangkal di dekat taman.Ternyata hanya berjalan juga dapat membuat perut kelaparan, Kevin sudah mencari penjual seblak tapi tidak menemukan, alhasil mereka memilih makan bakso. Varka ada di depan mereka, jika sampai Varka hilang mungkin Liora bisa jadi gila.“Jangan kebanyakan sambelnya, nanti perut kamu sakit.” tegur Kevin ketika melihat Liora menambah sambel pada kuah baksonya.“Gak kok, dikit aja.”Selesai menyantap bakso, mereka duduk menikmati semilir angin selama beberapa menit sebelum memutuskan untuk pulang. Di rumah, Sandra juga sudah kembali dari Jakarta. Melihat putranya pulang membuat ibu dua anak itu merasa lega, segera ia memberikan pelukan pada Kevin.“Kevin, mama khawatir banget kamu hilang. Tapi syukurlah kamu masih ingat di mana ruma
Ke esokan harinya, Liora terbangun dengan badan pegal-pegal, kepalanya menoleh melihat sang suami yang masih tidur. Liora sedikit merenggangkan tangannya, sejak permainnya dengan Kevin untuk membuat adik untuk Varka selesai, tubuhnya terasa tidak bersahabat kali ini.Liora turun dari tempat tidur, meraih bajunya yang jatuh di bawah tempat tidur untuk ia pakai sebelum ke kamar mandi, di tatapnya wajah yang sedikit bulat itu di kaca besar.“Aku sudah telat berapa hari ya?” gumamnya. Tanpa sepengetahuan Kevin, Liora mencoba alat tes kehamilan, dalam hitungannya ia sudah tidak mendapatkan bulanan sekitar lima hari, Liora sangat berharap jika sekarang ada yang sudah tumbuh di dalam rahimnya, sudah tujuh belas tahun sejak ia melahirkan Varka, Tuhan masih belum mengijinkannya untuk mengandung lagi.Sembari menunggu hasil tes keluar, Liora kembali menghampiri Kevin yang masih terlelap dalam tidurnya. “Sayang, bagun. Kamu kan harus kerja hari ini.
Seorang remaja memasuki sebuah rumah besar menggunakan kendaraan roda dua, motor hitam dengan sedikit corak berwarna merah tersebut lantas berhenti di depan rumah, helm yang di gunakan remaja tersebut di lepas, lantas ia pun masuk ke dalam rumah yang tak di jaga.“VARKA!” serunya. Namun yang di panggil tak menyahut, remaja itu pun berjalan cepat ke arah kamar Varka namun remaja yang ia cari juga tak ada di kamar, sampai ia kembali turun ke lantai utama, mencari ke belakang rumah di mana ada kolam renang di sana.“Woy! Kamvret lu! Gak ingat ini hari apa!” bentak Saga dengan Varka yang sedang asik bermain air seperti ikan lumba-lumba.Varka berenang menepi, sedikit mendongak melihat ke arah Saga. “Napa sih lo! Pagi-pagi dah ngajak ribut aja!”“Eh sompret! Buruan ganti baju, ini kepala isinya apa sih, dasar tukang lupa padahal masih muda. Tante Liora nyuruh aku buat manggil kamu.”Varka mencebikkan
17 tahun kemudian. “Mami!” seorang remaja berlari setelah memakirkan kendaraannya di depan rumah tanpa peduli jika kendaraan tersebut akan menghalangi kendaraan lain yang akan lewat. “MAMI!” kembali ia meneriaki salah satu penghuni rumah, “Mami kemana sih.” sambil berlarian di rumah yang sangat besar itu sendirian. Sementara itu. Orang yang di cari ada di dalam ruang kerja Kevin, setelah memikirkan cukup panjang akhirnya Kevin dan Liora memutuskan untuk tidak pindah ke jakarta meski hal itu mengharuskan Kevin sering pulang balik jakarta sampai tujuh kali sebulan atau bahkan lebih. “Udah tujuh belas tahun, apa kita akan terus menunda untuk kasih adik buat Varka?” Liora menatap pantulan dirinya di depan cermin yang tergantung di dekat pintu sebelum berbalik mendekati Kevin, suaminya itu akhir-akhir ini sibuk dengan layar laptop, Liora mendengus. Kevin terlihat sangat fokus sampai tidak memperhatikan Liora sedetik pun. Merasa di abaikan, Liora mendekat, menutup layar laptop tanp
“Gimana? Sudah kamu temuin?” Airin duduk di samping Gim yang memangku laptop, keduanya sibuk menjelajah internet bersamaan sampai ada sebuah link web yang mengarahkan Gim mengklik link tersebut sehingga membawanya ke sebuah informasi yang sejak kemarin ia dan Airin cari.Airin menepuk bahu Gim dengan cukup keras. “TUH KAN!” ujarnya, Gim meringis akibat pukulan refleks dari Airin. “Apa aku bilang.” lanjutnya sembari menatap Gim dengan senyum lebar.Saat malam hujan kembali turun, langit gelap dan angin yang ikut serta menggoyangkan dedaunan pohon yang basah. Liora sejak tadi memperhatikan Kevin yang sibuk memeriksa informasi dari orang-orang suruhannya dan juga website yang memposting informasi anak hilang.Sudah semakin larut, ketika Kevin menoleh ia melihat Liora tertidur di sofa dengan posisi meringkuk kedinginan. Matanya sedikit bengkak karena banyak menangis. Kevin berdiri dari duduknya menghampiri Liora, mengangkat istrin
Tiga hari kemudian.Selama itu Kevin jarang pulang untuk mencari keberadaan Varka yang tak kunjung di temukan, padahal sudah cukup banyak informasi yang di sebar, mulai dari internet bahkan koran dengan mencantumkan nominal angka yang cukup banyak bagi siapapun yang berhasil menemukan Varka.Namun Varka masih belum bisa di temukan sampai sekarang.“Kenapa cairan asi yang kamu sedot makin hari makan banyak?” tanya Karin, hari pertama satu botol, dan sekarang hari ke tiga Liora bisa menghasilkan asi tiga botol, Karin bahkan tidak bisa mengeluarkan asi nya sebanyak itu untuk Saga.“Kamu gak lagi maksain diri, kan?” Karin menyentuh tangan Liora. “percaya sama kak Kevin, dia pasti bisa bawa Varka pulang dengan selamat.”“Karin, aku kangen sama Varka. Siapa yang penuhi kebutuhan Varka di luar sana? Ini sudah tiga hari Varka di luar jangkauan aku.”“Percaya deh, Varka pasti kembali.” u
Liora merasakan dadanya nyeri, cairan yang harusnya di habiskan oleh Varka kini menetes sia-sia. Dan dari pada harus membiarkan cairan itu terbuang semakin banyak, Liora mengambilnya menggunakan alat agar bisa di berikan untuk Saga.Sudah pukul sepuluh malam dan Kevin masih belum kembali, di luar juga hujan, Liora cemas jika Varka tidak di temukan. Setelah selesai mengambil asupan gizi bayi, Liora menyimpan cairan putih itu ke tempat khusus agar tetap bisa di pakai sampai besok.Sejam kemudian, suara mobil terdengar, Liora sudah siap berdiri menyambut kedatangan Kevin dan Varka, sejak tadi Liora sangat cemas sampai terus berdebar-debar.“Kamu berhasil membawa Varka?!” seru Liora tepat saat Kevin baru saja membuka pintu, harapan yang terpancar di wajah Liora menghilang begitu melihat Kevin datang seorang diri.“Varka mana, Vin?” Liora berlari keluar, mungkin seseorang yang membawa Varka, tapi sebelum Liora keluar, tangan Kevin
Hari sudah malam, di hari yang sama saat kehilangan sang ibu, Kevin juga harus kehilangan putranya yang di culik oleh Almira. Pihak IT yang Kevin miliki telah melacak posisi terakhir nomor Almira yang menghubunginya berada.Kevin juga tidak jadi menghubungi Polisi, jangan sampai Almira mencelakai Varka saat kondisinya terpojok.“Bawa Varka kembali dengan selamat.” pesan Liora, ia tidak ikut saat Kevin akan pergi, Liora takut jika ia ikut nantinya malah menjadi beban untuk Kevin. Tapi tetap saja Liora cemas, ia tak berhenti berdoa agar nanti Kevin kembali membawa Varka.“Aku akan berusaha bawa Varka pulang.”Kevin mengecup singkat kening Liora sebelum pergi ke lokasi Almira berada setelah tim IT berhasil mendapatkan lokasi perempuan itu.Sementara itu, Almira menatap bayi yang amat mirip dengan Kevin masih menangis di atas tempat tidur, Almira tidak diam saja, ia sudah memberikan su-su untuk Varka dan untuk beberapa saat bayi itu sem
Masalah yang di terima oleh keluarga Kevin tak berhenti begitu saja, sepulangnya mereka dari pemakaman. Seluruh penghuni rumah terlihat panik, termasuk para pembantu di rumah besar tersebut, bahkan pak security yang berjaga di luar pun ikut panik di dalam rumah.Kevin mendekati salah satu pembantu di rumahnya. “Bik, ada apa?” tanya Kevin. Tak lama mbak Nunik lari menuruni tangga dan mbak Husni lari dari arah belakang rumah.“ADEN VARKA HILANG, DEN.” seru mbak Nunik panik, kepanikan itu spontan mempengaruhi keterkejutan Kevin dan Liora.“Kok bisa?! Varka masih dua bulan, gimana caranya bayi dua bulan hilang?” Liora kini ikut mencari, si mbok terlihat mencari di kamar Liora sampai bawah kolong tempat tidur. Meskipun mustahil bayi dua bulan merangkak ke bawah tempat tidur.“Periksa keamanan CCTV!” teriak Kevin memerintah. Dan keamanan pun mulai siaga, mereka sigap mematuhi perintah yang Kevin berikan.
Varka di titpkan ke mbok di saat Kevin dan Liora bergegas ke rumah sakit yang menampung para korban kecelakaan pesawat. Kevin bahkan tidak menoleh ke arah Liora karena fokusnya hanya ke depan untuk segera melihat kondisi ibunya, memastikan Sandra baik-baik saja. Meski kemungkinan itu tipis, Kevin tau ibunya tidak bisa berenang.“Kak Kevin juga di sini?” Kevin menoleh sekilas melihat Karin juga datang bersama Altar. “Keadaan mama bagaimana kak?”Kevin juga tidak tau, ia tidak menjawab pertanyaan Karin dan langkahnya terus mencari ruangan para korban. Karin mengikuti di belakang, Liora juga mengikuti sambil berlari.Mereka tiba di ruangan di mana ada tiga mayat di ruangan tersebut yang tertutup oleh kain berwarna putih. Ada seorang penjaga di luar ruangan, satu dokter yang baru saja keluar setelah memastikan para korban tidak bisa di selamatkan.Karin tanpa takut ataupun ragu membuka satu persatu kain putih itu untuk memastikan Sandr