Pada saat semua hening, Nayla terdiam dan menatap pria yang memegangi lengannya dengan lembut. Pria itu mungkin lebih tinggi dari 180 cm, memiliki fisik yang baik, fitur wajah yang bagus dan rapi. Ok, hentikan ini. Tidak peduli bagaimana penampilannya, mata pria itu memberikan perasaan yang terlalu penuh ‘kasih sayang’?
Berdasarkan pendapatnya, setelan jas yang pria ini kenakan cocok untuk tubuh jangkungnya dan untuk harga tidak akan murah pastinya, setelan ini bukanlah sesuatu yang dibeli dari pasar yang harganya 100.000 rupiah dapat tiga. Pria ini adalah repersentatif dari penampilan dan uang yang nyata. Nayla merenungkannya selama tiga detik sebelum dengan tenang menepuk tangan yang memegang tangannya sebelum terbatuk, "Kamu adalah ..."
“Kak Nata!” Gina memandang Nata yang berdiri di samping Nayla dengan heran. Kapan Nayla dan Kak Nata memiliki hubungan yang dekat? Tidak, sejak kapan wibawa seorang Kak Nata menurun ? Tidak apa-apa jika Kak Nata suka Nayla, tapi mengapa dia menggunakan cara dramatis masuk dalam konfrontasi ini?
Gina dengan santai mengambil jeruk dari samping dan mulai mengupasnya dengan tenang. Dunia benar-benar berkembang terlalu cepat dan dia merasa sudah tua sekarang, ia akan menonton ini.
Ekspresi Ray berubah saat melihat Nata memegangi lengan Nayla. Dia tahu siapa Nata. Saat pertama kali masuk universitas, Nata adalah ketua dari Badan Eksekutif Mahasiswa. Saat itu, Nata sudah menjadi sosok yang berpengaruh di universitas dan ketika dia lulus, Ray menjadi ketua baru tetapi hal-hal tentang Nata masih disebutkan oleh banyak mahasiswa lain.
Bagi mahasiswa laki-laki, Hadinata ini adalah seseorang yang mereka kagumi dan juga iri, tetapi khusus Ray membenci Nata. Tidak peduli siapa itu, ketika mereka yang terbiasa menjadi yang teratas pada akhirnya masih dibawah orang lain, maka rasa kebencianlah yang hadir.
Meskipun Nayla tetap diam, kerumunan itu tidak lagi memandangnya dengan simpati tetapi memendam iri. “Kak Nata, Saya tidak pernah berpikir saya akan melihat anda di sini,” Ray berdiri dan bibirnya menunjukkan sedikit senyuman dangkal sebelum mengulurkan tangannya, “Lama tidak bertemu, Kak Nata masih berwibawa seperti biasa.”
Nata berjabat tangan dengan Ray dengan sopan dan dengan sopan pula bertanya, "Dan siapa ini?"
Senyuman di wajah Ray menegang. Tidak setelah dua bulan berlalu sejak dia masuk universitas dan dia sudah menjadi salah satu orang paling terkenal. Dia tidak pernah menyangka malam ini, Nata akan langsung bertanya siapa dia. Ray menata emosinya dan dengan ringan menjawab “Kak Nata sekarang adalah elit di dunia industri jadi wajar jika anda tidak mengenali saya. Izinkan saya untuk memperkenalkan diri. Saya lebih muda dua tahun, Ray. "
“Ah, jadi kau Ray,” Nata melepaskan tangan Ray dan segera menundukkan kepalanya untuk melihat Nayla yang hanya setinggi bahunya, “Mau minum? Aku akan mengambilkannya untukmu."
Gina yang masih menonton, memasukkan sepotong jeruk ke dalam mulutnya dan menghela nafas dengan sedih. Ray dianggap bagus dengan segala yang melekat padanya. Tapi di depan Kak Nata, dia bukan apa-apa.
Gina mengangkat matanya untuk melihat Elena yang kini memiliki ekspresi jelek. Gina tertawa dingin. Betapa bodohnya wanita ini untuk mengandalkan seorang pria, jika bukan karena adegan sebelumnya yang Elena buat sendiri, Elena tidak akan kehilangan seluruh harga dirinya. Dalam konfrontasi ini, Elena dan Ray kalah telak. Yah, orang baik pasti di jaga tuhan.
Gina menatap Nayla yang tetap tenang, Gina menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Tidak akan pernah ada hari, Nayla tiba-tiba memiliki keterampilan untuk berurusan dengan semua jenis pria. Bahkan ketika Kak Nata yang berdiri di sampingnya, Nayla hanya akan tetap tenang tapi lebih tepatnya, itu lebih mirip ekspresi kosong dan kebingungan.
Nayla tidak dapat memahami mengapa orang ini tiba-tiba membantunya dalam konfrontasi ini, tetapi Nayla adalah orang yang bisa beradaptasi dengan keadaan. Meskipun niat pria tidak jelas baginya untuk saat ini, Nayla tidak akan menempatkan penyelamatnya dalam posisi yang canggung ketika dia baru saja membantunya. Sambil tersenyum menawan pada Nata, dia berbicara, "Aku tidak haus, terima kasih.” Nayla mengambil tasnya dari sofa dan menambahkan, "Kalian semua bisa terus mengobrol, aku akan ke toilet sebentar."
Ray meletakkan kedua tangannya ke dalam saku celana saat dia melihat Nayla pergi dan duduk di sofa di satu sisi. Tak lama kemudian, sudah ada teman sejawat lain yang menyapa dan mengobrol menyenangkan dengannya.
"Ternyata, Nayla kenal Kak Nata," kata Elena sambil mencoba tersenyum sambil melihat kelompok yang mengelilingi Nata. Matanya menjadi gelap dan penuh sini. Nayla selalu seperti itu, hanya ketika mengira dia akan menang, Nayla akan membalas dengan keras.
“Nayla! Nayla lagi!” Pikiran Elena dipenuhi dengan kebencian dan dia segera meninggalkan ruangan, berjalan menuju toilet di sudut.
***
Nayla menghela napas dan melihat dirinya di cermin. Meskipun penampilannya di atas rata-rata, dia juga tidak terlalu cantik. Mengatakan bahwa Kak Nata jatuh cinta padanya pada pandangan pertama tidak mungkin itu imajinasi yang terlalu tinggi, menurutnya Kak Nata hanya mengembangkan rasa kasihan setelah menyaksikan situasinya dan membantunya melarikan diri, keberuntung apa ini. Sesunggunya Nayla lebih suka percaya dia memenangkan lotere saat ini dibandingkan mendapatkan keburuntungan semacam ini.
Membuka tasnya, dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Dewi tetapi dia melihat Elena memasuki kamar kecil. Nayla tidak mau repot dan pusing menghadapinya jadi dia berbalik untuk pergi.
“Nay, tidak heran kau begitu mudah mencampakkan Ray. Jadi pandangan mu sekarang tertuju pada Kak Nata. Kamu benar-benar memiliki kemampuan. " Elena berbicara sambil menghadap cermin untuk merias wajahnya, "Kau selalu seperti ini, berpura-pura menjadi wanita yang kuat dan mandiri, tetapi pada akhirnya, kamu tidak berbeda dari wanita lain."
Nayla menghentikan di langkahnya. Dia menemukan kata-kata Elena konyol dan dia menyilangkan lengannya di depan dada, “Elena, jika kamu benar-benar menyukai Ray. Maka lebih perhatikan apa yang kamu katakan. Melakukan hal-hal semacam ini di depan Ray, Apakah kamu tidak takut dia akan merasa risih padamu? And, Jangan sama kan aku dan kamu.” Nayla memperhatikan Elena dari atas ke bawah “Kita berbeda.”
“Hmph,” Elena memasukkan kembali lip glossnya ke dalam tasnya dan merapikan rambutnya, “Laki-laki, mereka mengatakan mereka menyukai wanita yang baik dan berbudi pekerti yang baik, tetapi pada kenyataannya, tetapi sebernarnya ingin melihat wanitanya bersaing dan cemburu karena dia. Semakin banyak wanita cemburu, semakin bahagia perasaan pria. Mengapa Ray selingkuh? Bukankah karena kamu terlalu rasional. Pria adalah tipe hal yang menunjukkan betapa mereka menghormati wanita, tetapi sebenarnya, yang mereka cari adalah agar wanita untuk saling bertarung demi mereka sehingga ego pria mereka dapat dipuaskan. "
Nayla memandang Elena tetapi tidak mengatakan apa-apa, Nayla tidak pernah berpikir seorang wanita yang sama sepertinya akan mengatakan sesuatu seperti ini. Tapi melihatnya dari sudut lain, apa yang dikatakan Elena tidak salah juga. Meskipun Elena berusaha meremehkannya, benar-benar ada beberapa pria di dunia ini yang menikmati adegan wanita mereka memperjuangkannya sebagai bukti daya tariknya.
Sekali lagi ia memahami, ego binatang pada beberapa pria yang sering kali membuat wanita menurunkan IQ mereka.
Melihat Nayla tidak bisa berkata-kata, Elena mencibir, "Ada apa, kamu merasa seperti kamu telah kalah?"
Nayla berkedip bingung, "Mengapa saya harus cemburu untuk ego seorang pria? Apakah itu sebanding dengan harga diri saya?" Senyum di wajah Elena membeku.
“Saya memiliki banyak hal yang ingin saya lakukan, jadi mengapa membuat skema demi seorang pria dan kehilangan harga diri saya tanpa alasan?” Nayla tersenyum, “Saya harus berterima kasih karena saya setidaknya dapat mengetahui tipe pria seperti apa itu Ray sebelum terlambat. Luangkan waktumu untuk merias wajahmu, aku akan pergi dulu. "
Segera setelah itu, Elena juga meninggalkan kamar mandi, hanya untuk melihat Nata berdiri tidak jauh darinya. Ketika Nata melihat Nayla meninggalkan kamar mandi, dia pergi ke arahnya dan mengatakan sesuatu dengan lembut kepada Nayla. Elena tetap diam di pintu masuk kamar kecil tetapi ekspresinya berubah beberapa kali. Pada saat dia akan pergi, dia juga melihat Ray pergi menuju Nayla dan Nata.
Saat Nayla melihat Nata, dia merasakan kepalanya pening tiba-tiba. Dan saat Ray juga melihatnya, dia bisa merasakan perutnya melilit. Nayla menganggukkan kepalanya ke arah mereka berdua secara bergantian. Meskipun dia dan Ray sudah berpisah, masih ada kebutuhan untuk mempertahankan penampilan yang bersahabat di permukaan untuk acara seperti ini.
Adapun Nata, ketika dia melihat Ray berjalan ke arah mereka, dia melangkah di sekitar Nayla dan berdiri di sebelah kirinya, ini tampak seolah-olah Nata sedang menjaganya. Namun dari aksinya itu memang membuat langkah kaki Ray terhenti.
"Nay Nay," kata Ray sambil melirik Nata di samping Nayla, "Mari kita bicara secara pribadi."
Senyum di wajah Nayla berangsur-angsur semakin sulit dipertahankan ketika dia mendengar Ray, Nayla berkata dengan sopan “Saya tidak tahu ada yang tersisa diantara saya dan anda bicarakan. Ray, kekasih anda berdiri tepat di belakang saya. Jika ada yang ingin Anda katakan secara ‘pribadi’, katakan padanya. "
Ray mengalihkan pandangannya ke arah Elena yang berdiri beberapa langkah lagi dan kembali menatap Nayla sebelum berkata mengejek, “Kamu tidak berubah, selalu sangat rasional hingga menjengkelkan. Aku benar-benar tidak tahu siapa yang nantinya benar-benar membuat mu mengubah diri mu sendiri dengan sukarela. ”
Setelah Nayla mendengar itu, dia tidak bisa tidak menganggapnya lucu karena pada saat Ray mengejarnya, Ray berkata dia mengagumi kekuatan karakter dan rasionalitasnya. Tetapi sekarang setelah masalah muncul dalam hubungan mereka, Ray pergi mencari wanita lain di belakangnya dengan alasan yang sama dengan karakteristik yang awalnya Ray kagumi padanya. Karena rasionalitasnya? Ini semakin lucu, otak pria ini telah di kuasai hormone testosteron terlalu banyak sehingga pikirannya buram.
"Jika kamu benar-benar menyukai seseorang, maka kamu tidak ingin dia mengubah apapun yang ada dalam dirinya," Nata merasa tidak ada yang salah untuk berada di samping Nayla dan mendengarkan percakapan mereka. Adapun gangguannya pada percakapan, Nata juga tidak merasa malu sedikit pun. “Selalu ingin orang lain berubah untuk itu, itu keegoisan, bukan cinta.”
Nayla menyipitkan mata pada Nata seolah dia sedang mengukurnya dan berfikir, Nata ini sepertinya suka menjadi orang yang berwibawa, jadi mengapa dia melibatkan dirinya dalam urusan orang lain? Nayla memasang ekspresi sangat tidak puas yang palsu dengan gangguan Nata. “Hei, setidaknya izinkan aku mengatakan apa yang kuinginkan.”
Setelah Nayla berbicara dengan sedikit kesal, Nata tersenyum pada Nayla, senyumnya seperti bunga yang mekar di musimnya.
Nayla mengabaikan senyuman yang cukup untuk menangkap hati banyak wanita itu dan melirik Ray. Nayla benar-benar tenang, rasional dan sopan ketika dia berbicara, “Maaf Ray, saya pikir pasti ada sesuatu yang tidak Anda jelaskan. Pada saat Anda bergumul dengan wanita lain, kami telah putus. Seperti apa karakteristik saya, saya tidak membutuhkan kritik diri dari Anda. Aku, Nayla, dapat bergantung pada tuhan dan diriku sendiri, tetapi saya tidak akan pernah bergantung orang lain untuk hidup. Saya pikir Anda terlalu banyak mengontrol ke hidupan orang lain. Itu membosankan, Ray." Setelah berbicara, dia bahkan tidak melirik wajah pucat Ray dan berjalan pergi dengan sepatu hak tingginya membuat suara klik.
Nata menunggu Nayla berada di kejauhan sebelum tanpa ekspresi menatap Ray dengan aneh dan kemudian pergi juga.
***
"Ray, ayo pergi bersama, makan malam akan segera dimulai," Elena tersenyum dan dengan terampil mengaitkan tangan dengan Ray. “Tadi, aku secara khusus memberi tahu yang lain untuk memesan beberapa hidangan favorit mu. Cobalah makan itu dan lihat apakah itu enak. Jika ya, kita bisa datang lagi di masa depan. "
Ray memandang Elena tetapi dia tetap diam dan kemudian berbalik menuju ruang VIP. Ray tidak mau repot-repot memberi tahu Elena bahwa ini bukan tempat terbaik untuk makan. Jika itu Nayla, dia pasti tidak akan mengatakan hal seperti itu karena harga, porsi dan rasanya tidak sesuai. Tapi hanya dari memikirkan Nayla, ekspresinya berubah menjadi jelek lagi.
Elena tampaknya tidak menyadari perubahan mood Ray dan menyandarkan kepalanya di bahunya dengan intim. Hanya, tangan Elena yang mencengkeram tas mengencang.
***
Sebelum memasuki ruang VIP, Nayla dengan setengah berbisik berterima kasih kepada Nata,
"Kak Nata, terima kasih atas bantuan Anda hari ini." Nata tersenyum hangat, “Tidak perlu seperti itu. Kamu adalah adik tingkat ku, itu wajar untuk membantu. " Nayla hanya bisa membalas kalimat itu dengan senyum sopan.Diam-diam, Nayla membuka pintu ruang VIP dan melihat orang-orang di dalam yang berpakaian formal sebelum melihat kembali Ray dan Elena yang ada di sudut.
Pikiran Nayla sedikit rancu, “Tidak mungkin Kak Nata melihat orang-orang di sini sebagai idiot*, yang tidak faham dengan sikapnya padanya kan?” (* = bodoh)
Maka saat ini Nayla merasakan kesalahpahaman yang aneh terjadi antara ia dan Nata.
Hanya setelah Nayla memasuki ruangan VIP itu, matanya menyipit melihat Dewi. Gadis itu sudah duduk di sudut sambil menggigit roti kering saat mengobrol dengan seorang pria di sampingnya. Pria ini pasti orang yang tampan karena Dewi sepertinya tidak memperhatikannya masuk.Berjalan menuju Dewi, Nayla duduk di sampingnya dan dengan hati-hati memeriksa pria itu. Tidak peduli bagaimana penampilan Nyala, pria itu tampak sangat akrab namun dia tidak dapat mengingat siapa dia."Ini teman baikmu dari universitas, Nayla kan? " Pria itu segera mengenali Nayla ketika dia melihatnya, “Nayla, lama tidak bertemu. Saya tidak berpikir Anda akan berada di kota ini. "Untuk saat ini, Nayla tidak bisa mengenali siapa orang ini, tetapi melihat sikap Dewi, dia dan Dewi pasti berteman. Nayla juga tersenyum dan menganggukkan kepalanya, “mmm, benar. Setelah saya lulus, saya selalu tinggal di kota ini untuk bekerja, tetapi saya tidak pernah berpikir kamu akan berada di sini
Setelah mereka pergi keluar, Nata memanggil taksi. Dia telah minum alkohol selama makan malam sehingga dia tidak berencana untuk mengemudi. Nata hendak membuka pintu taksi untuk Nayla ketika Nayla pergi untuk membuka pintu sendiri dan duduk di taksi tanpa merasa malu sedikit pun.Nata tertawa kecil sebagai tanggapan dan juga masuk ke taksi. Melihat dagu runcing Nayla, dia sedikit mencubit alisnya. Setelah Nayla memberi tahu pengemudi tentang alamatnya, dia menoleh dan menghadap Nata, “Saya sangat berterima kasih untuk malam ini. Jika bukan karena Anda, saya akan terseret untuk bernyanyi di karaoke.” Memijat dahinya yang sedikit pusing, Nayla berhenti sejenak dan berbicara lagi, "Juga, tanpa bantuanmu, aku akan kesulitan dalam bersosialisasi." Memikirkan Ray dan Elena, dia mencubit alisnya lagi."Jika kamu benar-benar ingin berterima kasih padaku, maka traktir aku makan," Nata tersenyum dan dengan santai mengeluarkan teleponnya, "Berapa nomor teleponmu?"
Setelah mereka pergi keluar, Nata memanggil taksi. Dia telah minum alkohol selama makan malam sehingga dia tidak berencana untuk mengemudi. Nata hendak membuka pintu taksi untuk Nayla ketika Nayla pergi untuk membuka pintu sendiri dan duduk di taksi tanpa merasa malu sedikit pun.Nata tertawa kecil sebagai tanggapan dan juga masuk ke taksi. Melihat dagu runcing Nayla, dia sedikit mencubit alisnya. Setelah Nayla memberi tahu pengemudi tentang alamatnya, dia menoleh dan menghadap Nata, “Saya sangat berterima kasih untuk malam ini. Jika bukan karena Anda, saya akan terseret untuk bernyanyi di karaoke.” Memijat dahinya yang sedikit pusing, Nayla berhenti sejenak dan berbicara lagi, "Juga, tanpa bantuanmu, aku akan kesulitan dalam bersosialisasi." Memikirkan Ray dan Elena, dia mencubit alisnya lagi."Jika kamu benar-benar ingin berterima kasih padaku, maka traktir aku makan," Nata tersenyum dan dengan santai mengeluarkan teleponnya, "Berapa nomor teleponmu?"
Rumah Nata lebih sederhana dari yang diharapkan Nayla. Itu adalah rumah dengan dua lantai. Di luar, ada taman yang tidak terlalu besar, di satu sisi ada tanaman dan bunga dan di sisi lain ada beberapa sayuran yang ditanam.Di dalam rumah, sangat rapi dan halus tetapi tidak ada perasaan nyaman. Nayla melongo saat dia berdiri di pintu masuk. Sebagai seorang wanita lajang memasuki rumah seorang pria, dia akan melanggar aturan nomor satu keselamatan pribadi wanita.Sepasang sandal diletakkan di depannya sebelum Nayla fokus lagi. Nata berdiri kembali, dengan senyum hangat di wajahnya yang tampan, “Ganti sandal. Itu akan lebih nyaman.”"Ah, terima kasih," Nayla melepas sepatu hak tingginya dan melihat ke sandalnya yang empuk. Bahkan ada kucing lucu yang tercetak di sandal. Sepasang sandal tampak baru dan belum pernah dipakai.Nata meletakkan bahan-bahan di atas meja dan berbalik ke ruang tamu untuk bertanya kepada Nayla, "Apakah kamu mau teh atau ko
Sore itu seorang pria sedang bergumul dengan wanita ramping di pelukannya, dan mereka berdua sedang berciuman seolah besok adalah akhir dari dunia. Sehingga mereka tidak dapat lagi memperhatikan sekeliling mereka.Nayla berdiri di ambang pintu. Dia tidak yakin emosi mana yang dia rasakan saat ini. Marah? Sedih? Kecewa? Mungkin ke semuannya. Sebelum dia tinggal di keluar kota untuk pergi ke universitas, Kakak perempuan Nayla menyuruhnya untuk tidak pernah memiliki hubungan cinta dengan pria yang kaya dan tampan. Karena, tipe pria seperti itu mampu membuat mu terpesona hingga lupa daratan, tetapi juga sulit ditangani. Bodohnya, nasihat itu segera ia bantah dengan optimisme yang dangkal, "Kakak, saya orang yang berkepala dingin." Saat itu kakaknya tidak terlalu serius saat memberikan nasehat, terlebih lagi Nayla sebagai pendengarnya. Tetapi memikirkannya, Nayla sekarang harus mengakui bahwa
“Nay, aku cinta kamu.” Senyum Ray secerah matahari pagi di hari musim hujan. Dia mengenakan setelan kantor yang serasi dengan tubuh tegapnya. Ray sangat mencerminkan orang yang berintelektual. Sayangnya, Pria ini bisa menjadi intelektual yang menawan tetapi dia juga bisa menjadi bajingan. Nayla memandang pria itu dari sudut matanya.Pikirannya seketika gelap karena bahkan dalam mimpinya, Ray masih terlihat sombong dan tak tau malu.***“Nay nay nay, jika kau masih belum bangun, tidak ada sarapan untuk mu.” Nayla duduk di tempat tidur dengan setengah sadar dan melihat Dewi memegang sandwich. Menata rambutnya yang berantakan, dia berbicara, "Kau makan aja dulu, aku lagi enggak pengen makan."“Hei, apakah kau mogok makan karena putus?” Dewi berjalan ke tempat tidur dan duduk sambil berkata dengan kagum, “Aku berkata, Nay nay, penampilanmu tidak buruk dan kulitmu juga putih serta lembut. Bagaimana Elena, wanita simp
Pada hari itu, cuacanya bagus sangat terang sehingga Nayla tidak dapat menemukan alasan untuk tidak menghadiri reuni. Nayla merasa Elena dan Ray, pasangan selingkuh ini, akan muncul bersama di reuni. Sejak pertama kali Nayla dan Elena mengenal satu sama lain, Elena selalu suka bersaing dengannya di segala aspek kehidupan mereka. Kali ini, Elena telah mencuri Ray langsung dari Nayla dan dengan kepribadian Elena, dia pasti akan menggunakan reuni sebagai kesempatan bagus untuk pamer ‘barang curian’ ini. Lagi pula di universitas, Ray cukup kaya dan salah satu pria paling tampan di fakultas. Nayla tidak tahu apa yang dia lakukan pada Elena hingga melihat dirinya sebagai saingan, tetapi Nayla tidak pernah menganggapnya sebagai saingan karena bersaing dengan seseorang terus-menerus terlalu melelahkan dan tidak seru. Sayangnya, Elena tidak berpikir seperti itu dan dengan senang hati bersaing dengannya. Setelah menerima telepon dari HR perusahaan yang memberitah
Rumah Nata lebih sederhana dari yang diharapkan Nayla. Itu adalah rumah dengan dua lantai. Di luar, ada taman yang tidak terlalu besar, di satu sisi ada tanaman dan bunga dan di sisi lain ada beberapa sayuran yang ditanam.Di dalam rumah, sangat rapi dan halus tetapi tidak ada perasaan nyaman. Nayla melongo saat dia berdiri di pintu masuk. Sebagai seorang wanita lajang memasuki rumah seorang pria, dia akan melanggar aturan nomor satu keselamatan pribadi wanita.Sepasang sandal diletakkan di depannya sebelum Nayla fokus lagi. Nata berdiri kembali, dengan senyum hangat di wajahnya yang tampan, “Ganti sandal. Itu akan lebih nyaman.”"Ah, terima kasih," Nayla melepas sepatu hak tingginya dan melihat ke sandalnya yang empuk. Bahkan ada kucing lucu yang tercetak di sandal. Sepasang sandal tampak baru dan belum pernah dipakai.Nata meletakkan bahan-bahan di atas meja dan berbalik ke ruang tamu untuk bertanya kepada Nayla, "Apakah kamu mau teh atau ko
Setelah mereka pergi keluar, Nata memanggil taksi. Dia telah minum alkohol selama makan malam sehingga dia tidak berencana untuk mengemudi. Nata hendak membuka pintu taksi untuk Nayla ketika Nayla pergi untuk membuka pintu sendiri dan duduk di taksi tanpa merasa malu sedikit pun.Nata tertawa kecil sebagai tanggapan dan juga masuk ke taksi. Melihat dagu runcing Nayla, dia sedikit mencubit alisnya. Setelah Nayla memberi tahu pengemudi tentang alamatnya, dia menoleh dan menghadap Nata, “Saya sangat berterima kasih untuk malam ini. Jika bukan karena Anda, saya akan terseret untuk bernyanyi di karaoke.” Memijat dahinya yang sedikit pusing, Nayla berhenti sejenak dan berbicara lagi, "Juga, tanpa bantuanmu, aku akan kesulitan dalam bersosialisasi." Memikirkan Ray dan Elena, dia mencubit alisnya lagi."Jika kamu benar-benar ingin berterima kasih padaku, maka traktir aku makan," Nata tersenyum dan dengan santai mengeluarkan teleponnya, "Berapa nomor teleponmu?"
Setelah mereka pergi keluar, Nata memanggil taksi. Dia telah minum alkohol selama makan malam sehingga dia tidak berencana untuk mengemudi. Nata hendak membuka pintu taksi untuk Nayla ketika Nayla pergi untuk membuka pintu sendiri dan duduk di taksi tanpa merasa malu sedikit pun.Nata tertawa kecil sebagai tanggapan dan juga masuk ke taksi. Melihat dagu runcing Nayla, dia sedikit mencubit alisnya. Setelah Nayla memberi tahu pengemudi tentang alamatnya, dia menoleh dan menghadap Nata, “Saya sangat berterima kasih untuk malam ini. Jika bukan karena Anda, saya akan terseret untuk bernyanyi di karaoke.” Memijat dahinya yang sedikit pusing, Nayla berhenti sejenak dan berbicara lagi, "Juga, tanpa bantuanmu, aku akan kesulitan dalam bersosialisasi." Memikirkan Ray dan Elena, dia mencubit alisnya lagi."Jika kamu benar-benar ingin berterima kasih padaku, maka traktir aku makan," Nata tersenyum dan dengan santai mengeluarkan teleponnya, "Berapa nomor teleponmu?"
Hanya setelah Nayla memasuki ruangan VIP itu, matanya menyipit melihat Dewi. Gadis itu sudah duduk di sudut sambil menggigit roti kering saat mengobrol dengan seorang pria di sampingnya. Pria ini pasti orang yang tampan karena Dewi sepertinya tidak memperhatikannya masuk.Berjalan menuju Dewi, Nayla duduk di sampingnya dan dengan hati-hati memeriksa pria itu. Tidak peduli bagaimana penampilan Nyala, pria itu tampak sangat akrab namun dia tidak dapat mengingat siapa dia."Ini teman baikmu dari universitas, Nayla kan? " Pria itu segera mengenali Nayla ketika dia melihatnya, “Nayla, lama tidak bertemu. Saya tidak berpikir Anda akan berada di kota ini. "Untuk saat ini, Nayla tidak bisa mengenali siapa orang ini, tetapi melihat sikap Dewi, dia dan Dewi pasti berteman. Nayla juga tersenyum dan menganggukkan kepalanya, “mmm, benar. Setelah saya lulus, saya selalu tinggal di kota ini untuk bekerja, tetapi saya tidak pernah berpikir kamu akan berada di sini
Pada saat semua hening, Nayla terdiam dan menatap pria yang memegangi lengannya dengan lembut. Pria itu mungkin lebih tinggi dari 180 cm, memiliki fisik yang baik, fitur wajah yang bagus dan rapi. Ok, hentikan ini. Tidak peduli bagaimana penampilannya, mata pria itu memberikan perasaan yang terlalu penuh ‘kasih sayang’?Berdasarkan pendapatnya, setelan jas yang pria ini kenakan cocok untuk tubuh jangkungnya dan untuk harga tidak akan murah pastinya, setelan ini bukanlah sesuatu yang dibeli dari pasar yang harganya 100.000 rupiah dapat tiga. Pria ini adalah repersentatif dari penampilan dan uang yang nyata. Nayla merenungkannya selama tiga detik sebelum dengan tenang menepuk tangan yang memegang tangannya sebelum terbatuk, "Kamu adalah ..."“Kak Nata!” Gina memandang Nata yang berdiri di samping Nayla dengan heran. Kapan Nayla dan Kak Nata memiliki hubungan yang dekat? Tidak, sejak kapan wibawa seorang Kak Nata menurun ? Tidak apa-apa jika Kak Na
Pada hari itu, cuacanya bagus sangat terang sehingga Nayla tidak dapat menemukan alasan untuk tidak menghadiri reuni. Nayla merasa Elena dan Ray, pasangan selingkuh ini, akan muncul bersama di reuni. Sejak pertama kali Nayla dan Elena mengenal satu sama lain, Elena selalu suka bersaing dengannya di segala aspek kehidupan mereka. Kali ini, Elena telah mencuri Ray langsung dari Nayla dan dengan kepribadian Elena, dia pasti akan menggunakan reuni sebagai kesempatan bagus untuk pamer ‘barang curian’ ini. Lagi pula di universitas, Ray cukup kaya dan salah satu pria paling tampan di fakultas. Nayla tidak tahu apa yang dia lakukan pada Elena hingga melihat dirinya sebagai saingan, tetapi Nayla tidak pernah menganggapnya sebagai saingan karena bersaing dengan seseorang terus-menerus terlalu melelahkan dan tidak seru. Sayangnya, Elena tidak berpikir seperti itu dan dengan senang hati bersaing dengannya. Setelah menerima telepon dari HR perusahaan yang memberitah
“Nay, aku cinta kamu.” Senyum Ray secerah matahari pagi di hari musim hujan. Dia mengenakan setelan kantor yang serasi dengan tubuh tegapnya. Ray sangat mencerminkan orang yang berintelektual. Sayangnya, Pria ini bisa menjadi intelektual yang menawan tetapi dia juga bisa menjadi bajingan. Nayla memandang pria itu dari sudut matanya.Pikirannya seketika gelap karena bahkan dalam mimpinya, Ray masih terlihat sombong dan tak tau malu.***“Nay nay nay, jika kau masih belum bangun, tidak ada sarapan untuk mu.” Nayla duduk di tempat tidur dengan setengah sadar dan melihat Dewi memegang sandwich. Menata rambutnya yang berantakan, dia berbicara, "Kau makan aja dulu, aku lagi enggak pengen makan."“Hei, apakah kau mogok makan karena putus?” Dewi berjalan ke tempat tidur dan duduk sambil berkata dengan kagum, “Aku berkata, Nay nay, penampilanmu tidak buruk dan kulitmu juga putih serta lembut. Bagaimana Elena, wanita simp
Sore itu seorang pria sedang bergumul dengan wanita ramping di pelukannya, dan mereka berdua sedang berciuman seolah besok adalah akhir dari dunia. Sehingga mereka tidak dapat lagi memperhatikan sekeliling mereka.Nayla berdiri di ambang pintu. Dia tidak yakin emosi mana yang dia rasakan saat ini. Marah? Sedih? Kecewa? Mungkin ke semuannya. Sebelum dia tinggal di keluar kota untuk pergi ke universitas, Kakak perempuan Nayla menyuruhnya untuk tidak pernah memiliki hubungan cinta dengan pria yang kaya dan tampan. Karena, tipe pria seperti itu mampu membuat mu terpesona hingga lupa daratan, tetapi juga sulit ditangani. Bodohnya, nasihat itu segera ia bantah dengan optimisme yang dangkal, "Kakak, saya orang yang berkepala dingin." Saat itu kakaknya tidak terlalu serius saat memberikan nasehat, terlebih lagi Nayla sebagai pendengarnya. Tetapi memikirkannya, Nayla sekarang harus mengakui bahwa