“Heuh, membantuku? Mungkin saja dia senang aku mengalami kelumpuhan atau sedih karena aku selamat dari kecelakaan maut itu,” celetuk Jason sinis.
“Jason?!” pekik Brian murka. “Jaga mulutmu! Arka tidak seperti yang kamu pikirkan. Elsa dan Arka—““Apa?!” sentak Jason memotong penjelasan ayahnya.Wajah Brian kembali tersentak. Ia tampak terkejut, anak lelakinya berani meninggikan suaranya. Jason lantas menarik dasi berwarna biru tua, agar saluran pernapasannya sedikit lebih lega.“Papa sudah berkhianat pada mama dengan menikahi sekretaris sialan itu dan membawa anaknya ke rumah! Aku tidak sudi berbagi dengan anak tiri kesayangan Papa itu!” Jason berkata dengan nada penuh penekanan, menandakan amarahnya yang tak tertahan.CEO muda itu menghela napas sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. “ABR Company Group adalah perusahaan yang dibangun oleh mamaku, jadi aku akan mempertahankannya dan tak kuijinkan anak sialan itu menyentuhnya,” pungkas JasNamun, saat mulut Yuna hendak bersuara Jason memindahkan diaphragm dari dadanya pada dokter di hadapannya. “Bagaimana suara detak jantungmu?”Jason menatap tepat pada kedua netra Yuna. Seketika jantung dokter cantik itu berdetak lebih kencang, bahkan suaranya lebih kencang dari Jason. Gendang telinganya hampir pecah.Yuna refleks memundurkan tubuhnya dan Jason pun melepaskan diaphragm dari tangannya. Ia tersenyum puas menyadari Yuna tampak panik, hingga melepaskan kasar earpieces stetoskopnya. Kedua pipi dokter cantik itu tiba-tiba merah merona.“Sepertinya hasil tensinya sudah keluar,” ucap Jason menyadarkan Yuna.“Ah, i—iya,” sahut dokter cantik itu salah tingkah.Dokter cantik itu benar-benar seperti orang linglung. Hampir sana ia menarik paksa manset yang melingkar di lengan Jason. Untunglah CEO tampan itu cepat menahannya. Akan tetapi, kedua netranya kembali bertemu. Detak jantung Yuna kembali berdetak cepat. Ia seolah bisa mendengar detak jantungnya tanpa bantuan stetoskop.“Te
Ryan panik. Wajahnya tampak salah tingkah. Ia tak mungkin meninggalkan Yuna, sebab dirinya tengah membujuk dokter cantik tersebut.“Pergilah! Jangan sampai karena menahanku kamu kehilangan kesempatan untuk naik jabatan,” celetuk Yuna santai.“A—aku ... maafkan aku, Yuna. Nanti kita bicara lagi, ya!” ucap Ryan gagap lalu bersiap berlari menuju lift.Yuna tersenyum kecut memandangi lelaki itu panik. Bukankah terlihat jelas seperti apa kesungguhan Ryan. Lelaki itu lebih takut kehilangan kesempatan untuk naik jabatan daripada membujuk dirinya.“Jangan harap aku mau kembali lagi padamu, dasar pengkhianat!” kesalnya.“Dokter Yuna!” Dokter cantik itu langsung menoleh ke arah suara. Pak Rama, sopir pribadinya Jason mengangguk sopan padanya. Yuna pun langsung bergegas menghampirinya.“Maafkan saya, Pak Rama jadi menunggu lama,” ucap Yuna sungkan setelah berada di hadapan pak Rama.“Tidak apa, Dokter Yuna ... silahkan masuk!” sahut pak Rama seraya membukakan pintu untuknya. “Tuan Jason memint
Yuna hampir tersentak saat ia baru saja duduk di meja kerjanya, pintu ruangan Jason terbuka. Seorang lelaki muda berpakaian formal, memasang raut wajah kesal. Lelaki itu bahkan membanting kasar pintu ruangan Jason.“Hei, kamu dokter pribadinya Jason?” tanyanya hampir mengejutkan Yuna.Wajah Yuna sedikit bingung. Namun, ia segera mengenali lelaki tersebut. Arka Wijaksono—saudara tirinya Jason. Yuna hanya membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai salam hormat.“Benar, Tuan. Saya dokter yang pribadinya tuan Sean,” jawab Yuna membenarkan.Arka mencibir. “Sebaiknya kamu hati-hati dengan Jason. Dia itu—““Tuan Arka!” tegur Adam memotong ucapan Arka.
“Kenapa kamu tak melarangku meminum obat dan vitamin yang diberikan bi Nani?” tanya Jason menatapnya curiga. “Maafkan aku, Tuan Jason. Saat pagi tadi aku masih ragu dan belum yakin ... apalagi sepertinya Tuan sangat mempercayai bi Nani,” jawab Yuna lalu menundukkan pandangannya, menunjukkan rasa penyesalannya. Jason menghela napas pendek. Tentu saja ia tak bisa menyalahkan Yuna. Bukankah dokter cantik itu sudah menyelamatkan dirinya? Lebih baik ia mencari tahu alasan kenapa pelayannya tega melakukan hal tersebut. Tidak! Jason tahu siapa pelakunya dan ia yakin sekali bi Nani hanyalah disuruh. Seseorang yang menginginkan perusahaannya dan tak menyukai keberadaannya. Akan tetapi, tetap saja pelayan itu berkhianat dan hampir mencelakainya. Jason, lantas menatap wajah Yuna yang masih memasang ekspresi bersalah. “Maafkan aku, Dokter Yuna. Aku tak bermaksud menyalahkanmu,” ucap Jason pelan. Ia berdeham pelan sebelum melanjutkan ucapannya. “Sekarang bagaimana kondisiku?” Yuna refleks men
“Diam!” sentak Yuna pada ketiganya saat mereka saling membuka mulutnya melakukan pembelaan. “Apa pun yang keluar dari mulut kalian, sangatlah tidak pantas! Apalagi kalian masih mengais rezeki dari perusahaan orang kalian hina!” Yuna tak terima mereka menghina Jason. Dokter cantik itu bisa saja menahan diri jika dirinya yang digosipkan atau dihina. CEO itu bukan hanya sekedar pasien untuknya, tetapi Jason menjadi jalan untuknya merubah masa depannya. Serentak ketiganya hanya bisa menunduk, takut dan cemas. Kemudian mereka memberi jalan pada Yuna yang bergerak maju menuju wastafel untuk membasuh tangannya. Tatapan dokter cantik itu masih menatap wajah mereka dari cermin di hadapannya seraya membilas sabun pada tangannya. “Maafkan kami, Dokter. Kami bersalah,” ucap salah satu dari ketiganya memberanikan diri untuk bersuara. Yuna mendesis sinis. “Syukurlah kalian sadar dan aku harap kalian memang menyadari tindakan bodoh tersebut, bukan menyesal karena sudah ketahuan,” ujarnya seraya m
“Maafkan aku terlalu lama meninggalkan meja kerjaku, Tuan,” ucap Yuna menunjukkan wajah penuh sesal setelah berada di hadapan Jason.“Tidak apa-apa. Cairan infusnya sudah mau habis, karena itulah aku memanggilmu ... aku sudah tak nyaman rasanya,” sahut Jason tanpa menatap wajah dokternya.Tangan Jason hanya menggulir malas kursor pada laptopnya. Ia lantas melirik wajah Yuna yang tengah memperhatikan sisa cairan infusnya. “Sepertinya masih lama, Tuan. Mungkin setengah jam baru bisa kulepas,” ucap Yuna bingung.“Ah, aku akan mempercepat saja, 15 menit lagi baru bisa dilepas. Tolong bersabar sebentar lagi, Tuan,” pinta Yuna seraya mengatur laju tetesan air infusnya.“Baiklah kalau begitu,” sahut Jason berat.Yuna langsung mengukir senyuman untuk Jason saat CEO tampan itu menatap ke arahnya. “Terima kasih atas kesabarannya, Tuan,” ucapnya tulus.Jason membalas senyuman Yuna tipis saja. Kemudian ia memandangi dokter cantik itu meninggalkan ruangan kerjanya. Namun Jason refleks menoleh pada
“Kamu mengerti?” tanya Jason masih dengan kedua tangan berada pada daun telinga Yuna dan menatapnya kedua netranya tegas.Yuna refleks mengangguk. Jason tersenyum tipis lalu melepaskan pelukannya dan meluruskan punggungnya. Sesaan Yuna tampak linglung, ia masih menatap senyuman Jason.Detik ketiga, ia langsung tersadar segera bangkit berdiri. Akan tetapi tangannya berpegangan pada tepian meja samping papan nama bertuliskan CEO’s Jason Abraham. Kaki dan tubuhnya mendadak lemas oleh tatapan Jason.Yuna memejamkan kedua bola matanya sebentar seraya menggelengkan kepalanya dan mengatur napas, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Sementara Jason tampak menahan tawanya. CEO itu mengalihkan perhatiannya pada berkas di hadapannya dengan membukanya sembari menunggu Yuna sadar.
Tiba-tiba Ryan semakin menambah kecepatan mobilnya semakin kencang. Tentu saja Yuna panik. Ia tak ingin mati sia-sia.“Ryan hentikan!” teriak Yuna kencang.“Aku tidak akan berhenti sampai kamu minta maaf dan berjanji kita tak akan putus!” seru Ryan tanpa menoleh pada Yuna.“Kamu gila, Ryan!” pekik Yuna keras.Semuanya pilihan sulit. Namun, ia tak akan sudi untuk kembali pada Ryan. Tangannya mencengkeram kuat pegangan di dekat kepalanya berjaga-jaga jika tubuhnya terpental. “Lebih baik aku mati daripada harus kembali denganmu!” teriak Yuna keras dan lantang. Mati sekarang lebih baik dibandingkan ia harus menderita di kemudian hari.“Apa?” Ryan terkejut.Kakinya refleks melepaskan pedal gas dan berpindah pada rem sedalam mungkin, hingga terdengar bunyi derit. Tangannya langsung membanting setir ke arah kiri, hingga menabrak pembatas jalan. Yuna panik dan memekik kuat. Tangan kanannya menahan dadanya, memastikan sabuk pengaman pada tubuhnya terikat kencang.“Argh!”Akan tetapi, tetap sa
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman