"Lepaskan Pak!" seru Sarah semakin meninggi seiring dengan kekesalan terhadap Dava.Lelaki itu tampak begitu lancang melakukan itu pada dirinya.Hingga tidur baby Amanda pun terusik, bayi itu menangis.Membuat Dava pun segera melepaskan Sarah dengan segera."Dasar aneh!" Sarah pun melayangkan tangannya, ingin memukul wajah Dava.Tapi tangan Dava berhasil menghalanginya, hingga membuat Sarah merasa kecewa."Amanda menangis!" kata Dava sambil menunjuk bayi itu.Dengan segera Sarah pun bangkit dari duduknya, kemudian berjalan ke arah baby Amanda."Masalah kita belum selesai!" ancaman masih saja keluar dari bibir Sarah.Karena Dava yang belum mendapatkan pukulan dengan tangannya sendiri.Bagaimana pun Sarah harus membalas apa yang barusan diperbuat oleh Dava.Tapi untuk kali ini tidak, Sarah harus bersabar untuk sejenak demi memenangkan baby Amanda."Aku mandi dulu!" Dava pun segera masuk ke dalam kamar, terserah pada wanita itu mau mengatakan apa pada dirinya."Pak, ini Amanda gimana?""
"Apa yang kau lakukan?" Bertapa shock nya Dava melihat Sarah yang sudah melepas kemejanya, kemudian kembali mengguyur tubuhnya di bawah shower.Mungkin saja wanita itu belum sadar dengan apa yang sedang dia lakukan saat ini.Tapi bagaimana dengan Dava?Meskipun Dava punya prinsip dasar untuk tidak menyentuh wanita sebelum dinikahinya tapi bukan berarti dirinya tidak bisa merasa panas dingin jika sudah melihat wanita di hadapannya hanya dengan memakai bra saja."Akhirnya," Sarah pun merasa lebih baik, karena kini tak lagi merasa kepanasan, "ini gara-gara Bapak! Lihat!" Sarah pun membusungkan dadanya.Di sana tampak ada sesuatu yang terlihat akibat terkena air panas."Dasar wanita aneh, apa kau tidak sadar dengan yang kau lakukan? Kau tidak lihat tubuh mu sekarang?" Dava pun menunjuk Sarah.Akhirnya Sarah pun tersadar dengan dirinya saat ini."Ya ampun," Sarah pun menyilangkan kedua tangannya di dada, dirinya juga bingung mengapa bisa begitu."Sudahlah, aku keluar dulu. Aku ambilkan ha
"Bapak! Sakit tahu!" ringis Sarah sambil menggosok kepalanya yang terasa cukup nyut-nyutan itu.Tapi apakah Dava perduli? Sepertinya tidak sama sekali."Apa yang sedang kamu pikirkan tentang aku?""Aku curiga Bapak ini sebenarnya tidak normal!" akhirnya Sarah pun menyampaikan apa yang membuatnya melihat Dava tanpa hentinya.Mungkin saja ada satu hal yang mengganjal hingga dirinya butuh penjelasan.Tentu."Maksud mu?""Bapak, bahkan nggak ada rasa apa-apa waktu lihat perempuan? Padahal tadi--" Sarah pun lagi-lagi terdiam.Bertanya-tanya tentang Dava yang mungkin memiliki selera yang berbeda dari lelaki normal pada umumnya.Itu sepertinya tidak lagi diragukan, karena memang sangat tidak mungkin seorang pria hanya biasa saja melihat wajah berpenampilan seperti tadi di depan matanya sendiri."Memang begitu!" jawab Dava dengan pasti."Nggak mungkin, Sarah curiga kalau Bapak itu sebenarnya pencinta sesama, 'kan! Akui aja! Sarah sudah benar-benar yakin!" kali ini Sarah tampak begitu yakin ak
Sarah yang kini berada di dalam kamarnya cukup kesal memikirkan ponselnya yang masih tertinggal di apartemen Dava.Padahal dirinya sangat membutuhkan ponselnya tersebut.Bagaimana pula bisa teledor seperti ini, melupakan sesuatu yang selalu saja berada di tangannya.Sarah benar-benar tidak mengerti mengapa ini bisa terjadi."Kesel banget sih, gimana nggak kesal coba? Mampus aja tuh orang sekalian!" ucap Sarah penuh dengan kekesalan, bahkan sambil membayangkan Dava sedang di hadapannya langsung, mungkin bisa mencabik-cabik wajah pria gila itu."Kamu ngomong sama siapa?" Buk Sumi yang baru saja masuk ke kamar anaknya juga bingung melihat mulut Sarah yang komat-kamit.Bahkan Sarah tak memiliki lawan bicara di sana, artinya putrinya itu bicara sendirian."Ibu?" Sarah pun terkejut melihat kehadiran Buk Sumi yang tiba-tiba."Kamu itu kenapa lho, kok tiba-tiba ngomong sendiri tidak jelas begitu?""Itu Buk, Pak Dava. Ngeselin banget, ngasih tugas banyak, motor Sarah belum di balikin, sekarang
"Itu dia!"Sarah tersenyum saat melihat punggung Dava yang tengah berdiri di depan daun pintu ruangan.Tangan pria itu tampaknya akan memutar gagang pintu, agar bisa masuk ke dalam sana.Tapi Sarah dengan cepat menghampiri Dava, membuat pria itu sejenak urung untuk masuk ke ruangannya."Pak!" Huuuufff.Dava pun menarik napas dengan berat, pagi-pagi sekali sudah dikejutkan dengan seorang wanita aneh, padahal untuk malam tadi saja dirinya sudah begitu pusing.Penyebabnya tak lain adalah Sarah.Mengapa Sarah? Padahal wanita itu berada di rumahnya, jelas keduanya berada di tempat yang berbeda.Tentu penyebabnya karena bayangan wanita aneh itu terus saja membayanginya."Pak Dava, ponsel Sarah ketinggalan di Apartemen. Ada bawakan?" tanya Sarah sambil melihat ke arah tangan Dava.Tanpa tahu jika sebenarnya orang yang ada di hadapannya itu tidak baik-baik saja karena masalahnya saat malam tadi."Ponsel?""Iya, kayaknya ketinggalan di apartemen," jelas Sarah lagi sambil mangguk-mangguk.Men
Sarah meletakan bolpoin pada hidungnya, dengan sedikit menghimpit bagian bibirnya ke atas.Agar bolpoin itu tidak terjatuh, dirinya terus fokus mengerjakan tugas yang diberikan oleh Dava.Demi dua hal.Pertama ponsel dan kedua bisa ditemani menghadiri acara pernikahan mantan kekasihnya.Sedangkan Dava hanya memperhatikan gerak-gerik Sarah.Hingga Sarah pun menoleh padanya tanpa sengaja, bahkan membuat tatapan mata keduanya saling bertemu.Sejenak keduanya terdiam tanpa ada yang memutuskan terlebih dahulu, namun sesaat kemudian Sarah pun kembali melihat ke depan.Fokus pada tugasnya."Kenapa tugas mu tidak pernah selesai tepat waktu?""Gimana mau selesai tepat waktu Pak? Kemarin itu motor Sarah lecet, pulangnya terpaksa dengan Bapak. Bahkan, sampai tengah malam, abis itu kemarin juga udah jagain anaknya Nada. Terus pulang ke rumah Sarah udah kecapean banget, gimana dong Pak?" tanya Sarah dengan malasnya.Dirinya benar-benar merasa kesal jika di salahkan terus-menerus, apa lagi keadaann
Bertapa bahagia hati Sarah, selain sepeda motornya yang sudah kembalikan lagi padanya. Kini juga bisa menghadiri acara pernikahan mantan kekasihnya bersama dengan Dava."Kenapa kamu lama sekali?" "Namanya juga perempuan Pak, dandan dulu dong," Sarah pun kembali masuk ke dalam mobil.Karena dirinya sudah sangat tidak sabar untuk sampai di acara pernikahan mantan kekasihnya itu.Begitu pun juga dengan Dava yang kini akhirnya ikut masuk ke dalam mobil.Dari tadi dirinya hanya diam di teras menunggu Sarah yang katanya hanya berganti pakaian saja.Namun, rasanya yang terjadi bukan hanya mengganti pakaiannya. Bahkan Dava curiga jika Sarah juga tidur sejenak, sebab waktu yang dibutuhkan untuk berganti pakaian saja sampai satu jam."Buruan dong Pak!"Dava pun segera menyalakannya mesin mobilnya, meskipun sebenarnya dirinya sangat tidak ingin menghadiri pesta tersebut."Kenapa kamu harus pergi dengan ku? Apa tidak memiliki teman laki-laki lain?""Banyak Pak, cuman mereka semua kalah kalau dib
Setelah itu Sarah pun beralih pada Mayra yang langsung saja melempar wajahnya pada arah yang lain.Mungkin tak ingin melihat Sarah sama sekali, aneh bukan?Siapa yang melakukan kejahatan namun bertingkah seolah korban."Selamat ya," kata Sarah.Mayra pun membalasnya dengan kesal, wajahnya tampak jelas kebencian."Dalam waktu dekat ini, kami juga akan menikah. Dan, kalian juga harus datang ke acara pernikahan kami," kata Dava.Rasa shock saat barusan saja belum hilang, tetapi kini sudah dibuat shock lagi oleh Dava.Setiap ucapan yang keluar dari mulut pria itu sungguh sangat mencengangkan bagi Sarah.Ada apa dengan pria ini, mengapa tampak bersemangat untuk menolong dirinya saat ini.Tadi juga hampir di permalukan, namun lagi-lagi Dava yang menolongnya.Semoga saja menolong tanpa imbalan sama sekali."Sayang, kamu juga akan mengundang sahabat mu ini kan?"Sarah pun mengangguk, sedangkan peluh yang bercucuran tak dapat lagi terbendung.Sayang? Kekasih? Mau menikah?Kata-kata apa itu?Ra