"Wkwk, Abang udah gak sabar nih? Adik barunya mainannya nanti dong."
Kabar kehamilan Ciara segera diberitakan juga kepada para mertua dan sahabat. Tidak menyangka, Ciara dan Rasa hamil bersamaan. Sebenarnya, kalau masalah Ciara ingin lahirnya tepat sama di bulan lahirnya kembar tiga, itu hanya prediksi yang semoga saja memang tidak terjadi perkara prematur dan lain sebagainya yang menyebabkan bayi lahir tidak sesuai prediksi.
***
"Alhamdulillaah, udah bulan rojab, Sayang," kata Haidar.
"Alhamdulillah. Nanti waktu pengajian di Hamasah Cinta keliatannya rame deh," jawab Ciara.
"Orang temanya anak muda sekali, hmmm idenya bumil ini emang bikin meledak!" Haidar menatap Ciara yang sekarang posisinya ia tiduran di pangkuan Ciara.
"Kalau untuk kebaikan suami, pasti dong yang terjernih diberikan."
"Kaka itu, ayah.""Apa Nak?" tanya Haidar."Itu ayah!""Kakak payah?""Aaaaaa, ayah. Ayah!" Uja emosi terlihat sangat khawatir."Oohh, darah ya Sayang. Adik takut Kakak berdarah, hmmm?" Ciara memeluk putra kecilnya."Masyaallah, memang Ibu Cia yang paling ngerti tentang bahasa bayi satu ini!" Haidar menggelitik putranya supaya tertawa."Ahahahahahhaaa, ntop Abi! Abi!"Sembari berjalan ke kamar, Haidar mencoba menenangkan Uja. Apa coba usaha menenangkan Haidar yang tidak menang? Adik Uja berhasil juga untuk tertawa meskipun matanya juga tidak bisa bohong, takut Uda berdarah."Kak Uda ... Innalillaah. Kakinya kena apa itu tadi?" Haidar mengambil kotak P3K untuk mengobati luka Uda yang memang bagi anak kecil itu lumayan sakit tentunya.
"Takut aja, Toya dan Spion kumat lagi," jawab Ciara."Memangnya kamu melihat ada gerak-gerik itu?""Iyaa! Tadi waktu Isbay gendong Barbie, anak mereka ... iiihhh Spion tiba-tiba mau peluk Isbay dari belakang, udah tinggal se cm, untung Barbie nangis, jadi nggak kena. Risih tauuk!""Kamu tidur dulu, Sayang! Tenangin pikirannya, nanti kita bahas lagi, soalnya matanya udah keliatan lelah banget tuh. Yang pasti, Ocyang gak akan membiarkanmu dalam bahaya."Perlahan Ciara memejamkan mata. Bahkan, sampai bertarung di dunia mimpi. Pikirannya terlalu penat yang mengusik kenyamanannya menjadi ketakutan. Sampai-sampai ia memumpikan hiruk pikuk hidupnya ini seakan-akan sebuah novel yang mana mereka adalah tokoh fiksi saja.1. Ciara Basma: TU wanita2. Haidar Jenggala: TU pria
Kak Ciara: Cieee, pasti lagi nerveosTiara: Kak Ci, tolong!Kak Ciara: Tolong apaan? Kamu dalam bahaya?Tiara: Gak suka pura-pura gak tahu! Kalau gak tahu kok bisa bilang nerveosKak Ciara: Yang Kakak tahu kan masalah di grup. Emang bukan itu? Tapi itu gak bahayaTiara: Huaaaa! Itu bahaya, tapi ada yang lebih bahaya! Liat ss ini Kak! (Chatnya dengan Gus Fahim)Ciara: Hahaha, kamu nggak akan digigit Dik. Cepet keluar! Entar Kakak nyusul.Tiara berat sekali untuk melangkah keluar. Akan tetapi, Gus Fahim langsung menelfonnya. Gus Fahim orangnya dingin-dingin tajam, mirip juga dengan Haidar ke wanita sebelumnya. Kalau Haidar bersikap dingin itu karena terlalu memendam masalah, dan sekarang sudah lebih leluasa karena curhatnya bisa lebih terbuka dengan si istri.
"Anter Tiara pulang aja Kak sekarang! Biarin dateng-dateng dita'zir! Please Kak ayo pulang!" "Iya, Kakak anter pulang Dik. Hhhh, tanggung jawab Gus!" Ciara melotot tajam ke Gus Fahim. Beberapa hari Tiara ngambek tidak mau kembali ke pesantren. Sampai Gus Fahim datang minta maaf ke rumah Tiara. Ciara sebagai kakak, kesal sekaligus gemas dengan hal tersebut. Tidak peduli dengan gusnya sendiri, dengan kegalakannya Ciara terus menyerang Gus Fahim supaya bisa membujuk sang adik mau segera berangkat lagi ke pesantren. Beruntungnya, rencana Haidar, Gus Fahim, dan juga Kang Musa berhasil menaklukkan gadis yang beranjak dewasa itu mau kembali ke pesantren, sebenarnya mudah, Tiara hanya butuh ucapan maaf yang tidak cuek dari Gus Fahim supaya amarahnya hilang, tetapi ini butuh waktu beberapa hari untuk Gus Fahim karena sikapnya yang terkesan dingin mematikan itu. *** "Sayang, peluk dulu dong sebelum ke panggung HC!" pinta Haidar. Ciara memeluk suaminya dengan tersenyum. "Isbay kan juga
"Sebab perselingkuhan, sama cuma prngaplikasiannya beda jenis. Pacaran itu pemicu statistiknya karena nggak kuatnya diri menahan, beda drngan selingkuh. Aapkh selingkuh karena tidak menjaga diri? Iya juga, tapi pemicu statistik utamanya karena nggak ada rasa syukur, ini kalau masalah selingkuh. Karena pacaran dan selingkuh ini beda posisi, pacaran sebelum halal dan selingkuh setelah halal merupakan dua godaan yang menerpa tentang sebuah hubungan. Namun, bisa juga ini ujung-ujungnya dikembalikan pada rusaknya sholat seseorang. Jadi orang kalau bisa simple aja, lakukan sesuatu sesuai kadar yang kamu punya, gak usah nyawang ngalor ngidul ngrampas hak yang bukan miliknya, ben kejayaan itu bisa dirasakan dalam kehidupan dunia yang penuh fatamorgana.""Minta mix, Bi," pinta Uda yang pelan-pelan datang ikut Haidar dan Ciara lagi bersama adik-adiknya."Damel napa, Nak?" tanya Haidar.
"Kok didorong. Nggak baiklah Sayang. Kenapa nggak mau pulang?" tanya Ciara."Lapannn, mau disuapi Onty Bening dulu," rengek Uda.Lapar di tengah malam. Ciara segera mencari Bening kesayangannya Kakak Uda. Lebih cepat lebih baik, karena dirinya sendiri juga ingin segera istirahat.***"Ci, bikin yok video Hai Kids!" ajak Hilma si penghafal Al'Quran."Aku dulu?" tanya Ciara."Iya, Ci. Entar gantian, suasananya lagi mantep nih," jawab Hilma."Ikut dong bikin video," ucap Bumi secara tiba-tiba.Masih baru selesai make up. Acara belum dimulai, para mahasiswa berhamburan foto ke sana kemari. Saat Hilma dan Ciara bikin video, tiba-tiba Bumi datang dan ikut gabung. Paham, pasti suaminya cemburu Ciara bikin video lebih awal bersama mereka dibanding dengan Haidar dulu.
"Ini yang di tempat minum barunya Adik ya," kata Ciara."No! Mau yang ini! Huaaaaaa!" Uja memeluk Ciara sembari menyentuh bagian minuman favoritnya."Ahahaha, adik ini ada-ada saja. Tak matiin dulu videonya Sayang," kata Haidar."Udah pakai toga ini gimana dong, Bi?" tanya Ciara."Kamu lepas dulu aja, tadi ada kabar ada sedikit penundaan waktu, dosennya kejebak macet. Nggak apa-apa ya Ibu cantik, daripada adik nangis? Adik kan emang si paling suka minum langsung. Turuti aja, entar nyesel karena sebentar lagi mereka udah nggak minum si dua bola gemoy ini," kata Haidar.Ribet pakai banget tidak? Sudah dandan bagus nan rapi, harus melingkapkan toga lagi demi menyusui sang putra. Namun, Ciara mengikuti nasihat suaminya. Tidak mau sebuah penyesalan menghantui perjalanannya kelak, yang mana sekarang kalau saja si anak udah bisa lepas ASI, dal
"Ibu ...." Haidar hanya menatap Ciara.Bentakan Ciara berhasil membuat Haidae membeku. Belum sampai mengutarakan yang ingin disampaikan, Ciara malah menyuruh keluar bersama kedua putranya. Ciara ingin bicara dengan Uda saja."Keluar, Bi! Bawa Abang dan Adik keluar!" teriak Ciara.Tidak berkutik apa-apa, daripada istrinya semakin melanjutkan bentakan, lebih baik segera keluar. "Ayo Dik keluar dulu!""Ampun puh cepuh! Jangan galak-galak napa Bu? Kacian Kakak," kata Uja.'Hhhah, pasti kamu nahan tawa ini Isbayku,' batin Haidar."Adik bisa keluar dulu kan? Ibu mau bicara sama Kakak!" seru Ciara.Uja si paling ngetrend. Semua trend, dia seperti hafal, bukan karena lihat gadget. Akan tetapi, dia merekam saat ada pengajian. Apalagi, Kang Musa sering mengajari mereka berk
Haidar segera bangun lagi dan berharap tangis yang didengar bukanlah tangis untuk kematian sang istri dan anak. Bendera kuning yang tertancap, Haidar harap itu hanya salah penempatan. Mencoba berlari meskipun kakinya seperti tetap berhenti di tempat."Assalamu'aalikum. Mama, ini ada apa!" Haidar mengepalkan tangan, melihat semua keluarga berkumpul dengan tangis."Abiiiiiiiiii! Huaaaaaaaa!" Ketiga anak kembarnya langsung memeluk Haidar."Nak, i-ibu sama adik masih di rumah sakit sudah membaik kan? Iya kan?" tanya Haidar.Masih belum ada jawaban. Kembar tiga justru semakin menangis saat dagu mereka diraba oleh Haidar. Jika tidak ada jawaban, jawaban dari diam itu sudah bisa diartikan. Emosi Haidar membludak, ia justru bertanya dengan berteriak!"Orang sebanyak ini kenapa tidak ada yang menjawab!" Air matanya tidak mampu ditahan, ini terlalu sakit.KLING.[ "Selama
Keadaan Ciara dan Kiara kritis. Tentunya tidak berada di ruang biasa. Sita segera menghubungi Haidar akan kabar tersebut. Firasat Haidar nyata, Ciara bukannya melanggar perintah Haidar,melainkan terpaksa ke luar karena mengejar putrinya. Sita: "Hai, pulang sekarang." Haidar: "Ada apa, Mam?" Sita: "(Mengirim foto rumah sakit)" Sita tak mampu mengatakan secara langsung. Raganya terasa lemah sembari memangku ketiga cucu kembarnya yang kini tengah menangis. Ia juga berpikir, pasti di sana Haidar sedang hancur dengan kabar yang akan diberitahukan. Haidar: "Mam, siapa yang sakit? Perasaan Haidar dari kemarin gak enak. Siapa Mam?" Sita: "Yang penting kamu pulang, Nak." Haidar: "Siap pulang, Haidar segera urus, tapi siapa yang sakit? Anak-anak sama Ciara baik-baik saja?" Sita: "Ciara sama Adik Kia." Haidar: "Ya Allah, sakit barengan?" Sita: "Kecelakaan di depan rumah." Haidar: "Innalillaah, kenapa mereka ke luar? Mama kenapa juga membiarkan? Sudah Haidar bilang loh, jangan ke luar!
"Hmmm, nggaklah menurut Ocyang, dia ya dia, Toya ya Toya. Saudara jauh juga, gak terlalu kelihatan deket mereka," kata Haidar. "Kita nggak tahu secara onlinennya!" sahut Ciara. "Sayang ...." Haidar hanya menatap istrinya dengan lama kemudian memberinya pelukan. Sempat berdebat juga antara ada ulah campur tangan Toya. Pikiran Ciara memang suka begitu, tetapi cepat juga kembali ke mode awal. Bodoamat pun menjadi jurus, mereka diamkan sosmednya dulu, baru besok pagi dilihat. *** Haidar: "Sayangku." Ciara: "Iya Sayang." Haidar: "Perasaan Ocyang gak enak. Jangan keluar rumah." Ciara: "Terus? Anak-anak sekolahnya gimana?" Haidar: "Izin aja." Ciara: "Ada apa sebenarnya? Ocyang dapet kabar?" Haidar: "Iya, Sayang." Ciara: "Izin alasannya apa coba?" Haidar: "Biar Ocyang yang izinin. Kamu gak usah mikir itu." Ciara: "Emang ada apa? Ngomong yang jelas dong!" Haidar: "Ada yang berulah karena salah paham." Ciara: "Hah?" Haidar: "Hati-hati lagi dengan Toya dan Galaxy. Galaxy tidak ik
Haidar: "Ibu Cia ...." Ciara: "Tau ah. Nggak chat nggak langsung, bikin kesel terus." Haiadar: "Tau gitu kenapa dirindukan?" Ciara: "Ini nih bodohnya cinta." Haidar: "Kangen, asli pengen ucel-ucel kamu!" Ciara: "Parah sekali OM-OM ini! Apaucel-ucel?" Haidar: "Aisshh pura-pura gak paham." Ciara: "Ucel-ucel itu kan bahasa meremas-remas untuk baju." Haidar: "Kamu dikasih kata yang terfilter dikit gak paham, giliran meremas-remas pasti langsung paham." Ciara: "Hahaha, ciri-ciri istrimu ini cerdas." Haidar: "Kok malah cerdas?" Ciara: "Iya dong, denger kata meremas-remas pasti Ocyang di sana langsung----" Haidar: "Wanitaku, hahaha ... cerdasnya gak ketulungan. Video Call yok!" Ciara: "Haaahh? Pasti mau liat itunya aku." Haidar: "Pikiran kamu .... huuuhhhhh, ya liat wajah kamulah, di sini Ocyang lagi kumpul dengan Segara dan yang lain." Ciara: "Eh, wkwkwk." Tidak lupa Ciara bercerita tentang kejadian-kejadian bersama kembar tiga dan juga Kiara hari ini. Seperti bikin konten a
Ketenangan jiwa dan raga itu sebenarnya terdapat di mana, bisa diperoleh dari mana dan kapan saja hal tersebut bisa singgah dengan sungguh? Jawabannya, setiap detik itu adalah kesempatan untuk meraih pernyataan tersebut. Ciara belum jadi menghidupkan mobilnya dan melihat ke belakang tentang berita penumpahan ice cream. Jika dia sekarang tidak tenang, mendengar pernyataan dari Mas Uja tadi akan langsung marah seperti waktu di rumah kala itu. "Tumpah?" "Iya, kena celana Mas Uja! Adik kok nggak flend, sih!" celetuk Mas Uja. "Maaf, Adik no cengaja, Ibu." Kiara memeluk Mas Uja, tetapi justru Mas Uja menghindari. "Huaaaaaa!" Kiara menangis karena dicuekin Mas Uja. "Mas Uja, nggak boleh gitu dong sama Adik. Adik kan nggak sengaja. Peluk Adiknya dan Adik juga hati-hati kalau makan nggak boleh sambil loncat-loncat. Mas Uja ganti celana dulu itu di belakang Mas, Ibu mau beliin ice cream lagi." Ciara mencium dulu ke keempat anaknya. Mumpung masih di tempat ice cream, Ciara membelikan kembal
Manja itu suatu sifat yang misterinya melekatkan antara yang satu dengan yang lain. Orang kalau terlalu mandiri juga tidak baik karena dengan terlalu mandiri, dia tidak punya akses antara keduanya yang lebih menonjol dan terkesan seperti orang lain itu tidak terangkat. Namun, kalau terlalu manja bisa juga menimbulkan sebuah pertengkaran hebat karena adanya hal tidak sesuai antara diri yang satu dengan yang lain. Musalkan, yang ini ingin melangkah ke A, tetapi dipaksa untuk lebih dahulu ke B demi menuruti keinginannya si A."Isbay nggak pernah bosan," jawab Ciara."Nah, itu sudah terjawab. Gak ada rasa bosan untuk kamu, Cantik.Pernikahan bukan jalan bubar, termasuk kesehatan kamu.” Haidar mengecup kening istrinya sejenak."Uwaahh, bangga rasanya punya njenenengan. Makasih udah perhatian dengan banyak hal. Apapun seperti istimewa karena bersamamu," ungkap Ciara."Iya, karena membahagiakanmu, membuatmu ny
"Kamu pura-pura nggak tahu, kan?” tanya Haidar.“Pura-pura? Enggak! Emang apa yang benar?”Haidar tak kuat untuk menahan tawa lagi ketika istrinya tidak paham dengan apa yang ia maksud. Padahal, itu adalah sesuatu yang sudah melekat dalam diri mereka ketika berada di dalam kamar dan sudah menjadi kebiasaan tradisi terindah sepanjang jalan. Ya seperti tidak mungkin saja kalau Ciara tidak paham dengan apa yang Haidar ucapkan, padahal arahnya sudah jelas ke sana.Namun, memang malam itu Ciara tidak paham apa-apa. Pahamnya tentang sekedar energi yang terkuras karena mereka marah-marah. Waktu awal pembicaraan juga sudah membicarakan tentang energinya yang keluar penuh karena menghadapi emosi-emosi menghadapi mereka berdua. Haidar masih terdiam dan terus memandang ke arah wajah Ciara sampai salting akut dan ujung-ujungnya kembali ke area ngambek lagi.“Aku bukan boneka, Oc!”Sekalinya Haidar sudah mengataka
"Kapok tuh aquarium kesayangan njenengan pecah! Isbay gak ngerasa bersalah, terserah mau dibenci karena di situ gak ada ikannya! Beresin sendiri Isbay gak mau ngeberesin!" Ciara meninggalkan Haidar dan kamar yang berantakan."Kalau kamu memang minta Ocyang marah, baik. Ocyang tidak keberatan untuk menuruti."Jujur, Haidar sangat kecewa. Setiap orang itu punya barang berharga. Aquariumnya kecil, tetapi itu sangat dirawat oleh Haidar. Sampai segitunya Ciara marah, mana malah melawan. Sebenarnya, kecewa besarnya Haidar bukan perkara aquarium pecah, Haidar kecewa besar dengan langkah Ciara yang terkesan tidak menghargai keberadaan Haidar sebagai suami.KLING KLING."Hallo, gimana? Oh, ada kerja sama ke luar kota, sipp. Besok kita berangkat," ucap Haidar dalam telepon."Ternyata cari gara-gara. Pengen trending kasus perselingkuhan, begitu hah?" bentak Ciara.Sukses membuat Ciara semakin geram.
Yang harus dipikirkan lagi setelah perkara Gus Fahim beres, tidak ada. Tinggal menunggu pulih dan mempersiapkan pernikahan Tiara dengan Gus Fahim. Kabarnya, Kang Musa juga akan segera melamar Bening. Haidar terdiam dan menatap Ciara yang sedang berkomunikasi dengan putra dan putrinya. Dua tahun kemudian Putra kembar tiganya sudah berusia 4 tahun, sedangkan putri kecilnya itu sekarang sudah berusia 2 tahun. Kalau berbicara dengan waktu dan memikirkan dengan yang terjadi, hari tentu terkesan begitu cepat. Akan tetapi, berjalannya sudah begitu jauh, tak menyangka ternyata rumah tangga mereka sudah berjalan selama 5 tahun lebih. Hubungan antara keluarga Haidar dengan Toya Galaxy pun juga membaik. Mereka sering bersama dan berbagi tips ketika mengantarkan Uda, Uha, dan Uja belajar di tempat yang sama dengan Barbie. Sekarang Uja yang sangat manja itu sudah semakin pintar saja, tetapi tetap memiliki sifat khasnya, yaitu manja. Meskipun sering cemburu juga, dia sangat perhatian dengan adik