"Hahaha, Mbak Rasa ... kenyataannya belum tahu yaaa karena aku Alhamdulillah masih ngomong di sini berarti belum mati." Ciara menjawabnya dengan selingan tawa dan keseriusan. Kegiatan yang sangat seru. Setelah dari panggung, Rasa tertawa terbahak-bahak dengan Ciara. Kabar baiknya, kini Rasa tengah hamil anak pertamanya. Kebahagiaan pun semakin terpancar. "Huaahaa, lo alim banget tadi," kata Ciara. "Hahaha, Astagfirullah! Gini-gini juga bisa jadi Masyaallah." "Ssss, tapi aneh gak sama Toya?" "Iya! Mata gue tadi ngawasin dia mulu. Soalnya Kak Uda kan ikut Bening, pas Toya di sampingnya. Anak dia kagak dibawa. Gak tau kenapa dan ngapa-ngapain, sih, tapi kayak termor gitu." "Ehmm, lagi ghibah," celetuk Haidar. "Ocyang kenapa ngagetin, sih? Hehe, hanya anu ini," "Hahaha, ya kalian kalau nggak ghibah ngapain lagi?" goda Haidar. Persahabatan Ciara dengan Rasa begitu kental. Sampai ke anak-anak Ciara pun selalu Rasa perhatikan supaya aman dari perkiraan buruk yang menimpa. Tanpa harus
"Ini bremnya udah beli. Nampannya juga udah ada. Wait, cuci tangan dulu." "Mimpi apa, sih yang buat njenengan banyak ide buat aku seneng?" tanya Ciara. "Mimpi? Kenapa harus dimimpikan? Hidup kita kan udah nyata, cintaku untuk kamu juga sudah nyata, bukan lagi hanya sebuah mimpi yang belum tahu sampai di alur mana, kita bukan bicara masa depan, yapi masa sekarang." Perasaannya sangat tenang, melihat suaminya merakit makanan kesukaannya dibuat menjadi unik. Tidak mau kalah, ia pun melangkah untuk membeli dodol kesukaan suaminya dan ikutan membentuk seperti Haidar. Mereka membuatnya di tempat yang nyempil dengan kuliner di area makam sehingga kalau ada yang kurang tinggal beli. *** "Malam ini Ocyang minta sesuatu." "Apa, Sayang?" tanya Ciara. "Kita olahraga yang lebih lama." "Tadi siang kita nonton bioskop, kan?" "Iya, kenapa?" WAHH! Suaminya minta yang lebih lama. Tentu akan dilayani dengan penuh kasih sayang. Aroma-aroma pergerakan mulai mereka peragakan dari yan
"Iya, Ocyang memang salah," jawab Haidar. "Ngapain ikut ke sini! Urus anak-anak kamu itu!" "Gak mau. Biarin aja mereka nangis," "Tega ya sama anak sendiri!" Haidar membiarkan putranya menangis. Ia justru mengejar istrinya yang sedang kembali ke kamar mereka. Sontak membuat Ciara semakin marah saja, bukannya mengurus anak malah mengikuti langkahnya. Ciara segera beralih untuk kembali melihat para Mbum. "Tuh, kan ... semarah-marahnya Ibu tetep sayang ke Mbum," goda Haidar. "Ya njenengan jangan ngaco gitu kalau ngomong! Sesuatu yang gak mungkin itu gak usah dibuat uji coba! Udah nangis jadi tambah nangis sekarang gara-gara njenengan tinggal! Lagian yang dicari itu Abinya, bukan Ibunya." Kala itu memang yang dicari Haidar. Ternyata oh ternyata, lelaki itu mengetes kesabaran dan ketegaan sang istri. Tidak mungkin juga Ciara tega tidak peduli dengan sang anak apapun keadaan dirinya. "Adik Uja kan lekat banget sama kamu, Sayang," sahut Haidar. "Lekat sih, lekat, tapi gak denger yang
"Ada i-ini Sayang, Ocyang harus---" "Ya apa? Isbay gak ngerti apa-apa," kata Ciara. "Mmm, itu loh." "Aaarghh! Palingan juga prank, Ocyang udah kena virus prank sekarang.""Serius, Ibu Cia!" Kebiasaan yang menjengkelkan secara harfiahnya. Namun, asyik untuk kegiatan mereka berduaan. Haidar kembali membuat prank untuk Ciara setelah amarahnya memuncak di malam tersebut. "Lah iya apa? Ngeselin banget sih udah digugurkan juga hukumannya. Mau hukum lagi aja, hah?" "Ini loh, Ocyang sangat terpana nyentuh kamu." "Hhhh, kan apa aku bilang! VIRUS PRANK!" ***"Kamu mau ke mana?" tanya Haidar. "Jelas ke kampuslah," jawab Ciara. "Serius pakaian kamu seperti ini, hmm?" Haidar melotot, melihat penampilan istrinya. Memang penuh lekukan yang sangat indah. Namun, sangat buruk jika ditampilkan pada khalayak umum. Karena bagusnya dan sangat indahnya ini ketika hanya dilihat sangat suami saja. Haidar kesal, karena pakaian istrinya itu membungkus aurot, bukan menutup aurot. "Emang napa? Cantik
"Hmm, canda aja Sayang. Ocyang seneng semua tingkah laku kamu. Gak ada yang mengurangi rasa cinta. Mau manja, mau galak, kalu tetap Ciara Basma yang namanya Ocyang sebut dalam kalimat mutiara." "Tadi kok ngomong gitu?" Ciara membalikkan badan. "Biasa, ledek kamu aja." Setiap perlakuan sesuatu ada konsekuensi yang harus ditanggung. Konsekuensi tak melulu perkara buruk. Terkadang, perkara yang baik, terapi karna mengejar yang satu, harus ada yang direlakan. Bahaya! Entah mengapa pikiran Haidar teringat dengan Bening, ua merasa ada getaran rindu yang sangat kuat. *** "Bening! Kamu apain Kakak Uda? Ngaku kamu nggak usah sok polos!" celetuk Ciara. "Maaf, Mbak. Aku tidak apa-apain, maksudnya sok polos apa ya?" tanya Bening kebingungan. "Kemarin aku masih diem liat Kak Uda berani mukul ke aku, tapi sekarang udah merajalela ke Uja. Kamu ngajarin apa?" bentak Ciara. "Ya Allah, aku beneran nggak ngajarin yang jahat, Mbak. Di sini hanya main," timpal Bening. "Halah, alasan!" Haidar berl
"Iya, makanya aku bingung Ci, tapi tenang aja. Aku gak bakal rebut kok, aku cuma minta doa kamu aja supaya Haidar tidak lagi menjadi orang yang aku cintai." Semuanya sakit hati. Haidar pun ikut sakit hati, merasakan menjadi orang jahat yang melukaimu kedua perempuan yang sama-sama tidak salah. Mau berkata apa pun, serasa ada yang menghalangi. *** Haidar: "Bangga sama kamu." Bening: "Bangga? Jangan mulai memancing apa yang telah reda." Haidar: "Kamu mikirnya apa?" Bening: "Udah stop chat atau aku blokir aja!' Haidar: " Pasti takut kan, takut ketahuan Ciara?" Bening: "Hmmm, tanpa aku sebut harusnya kamu sudah tahu." Haidar: "Oke, iya. Aku kok kangen ya sama kamu, kangen waktu masa-masa di pesantren maksudnya." Bening: "Haidar! Maksud kamu apa, sih kayak gini? Suka ya bikin aku tambah terluka?" Haidar: "Gak kok, cuma kangen suasana dulu aja." Bening: "Fix, blokir!" Ini bukan Haidar yang chat, siapa lagi kalau bukan Ciara. Akan tetapi, ini nyata sesuai yang Haidar sedang rasak
"Kamu bayi bukan, sih Nak? Masyaallah, tahu kalau di sana berisik." "Hmmm, anak Ibu kan pinter Bi!" sahut Ciara. "Anak Abi juga, dong." "Iya deng, kalau pinternya kayak Abi aja, ini kucingnya, Sayang." "Oyeeeee!" Uda langsung membawa kucing-kucingannya ke kamar sebelah. Haidar menatap wajah istrinya yang terlihat sangat lesu. Ini pasti sedang jengkel dengan Bening. Kepala Haidar tiba-tiba pusing, yang sengaja ia jatuhkan ke paha istrinya. "Pusing, Sayang!" rintih Haidar. "Alasan! Cari perhatian doang!" "Pegang nih, panas." Haidar mengambil tangan Ciara ke jidatnya. "Ngapain sih, njenengan kok sakit? Jangan nambah nambahin kesel napa!" sahut Ciara. "Orang sakit kok dimarahi." "Pikiran Isbay lagi suntuk ini!" "Kita ke makam sekarang." "Ini nih ciri orang yang gak menggunakan fungsi otak dengan baik!" seru Ciara. "Kamu kok nambah-nambahin Ocyang pusing, sih?" Pikiran keduanya sebenarnya masih sama-sama melayang ke Bening. Ciara sangat kesal, sudah tahu lagi sakit, tetapi m
"Banyak sedikit itu tidak berpengaruh yang berpengaruh adalah keputusan njenangan yang harus dilakukan dibulatkan ini bukan perkara yang harus dinanti dipilih dan ditimbang lagi. Bukan saatnya yang harus segera menikahi, pandanglah putra kita yang satu ini dia tidak mau tidur pulas, dia akan berhenti menangis setelah disentuhkan dengan bening itu maksudnya apa coba apa, njenengan mboten berpikir sampai situ ya kalau bicara masalah hati kamu tau sendiri bagaimana perasaanku saat kau dekat dengan wanita lain itu saja sudah cukup membuat hati ini sangat cemburu. Akan tetapi sekarang bukan saatnya lagi memikirkan tentang perasaan yang terpenting adalah kesehatan putra kita, njenengan mau melihat putra kita terus-terusan sakit. Nggak kan?" "Sayng, tapi Uda juga nggak meminta nggak meminta Abinya ini menikahi bening sayang dia pasti juga mau hanya kamu yang menjadi ibunya." Membicarakan masalah hati bukan lagi perkara yang harus diulik terus-menerus dan menghabiskan waktu tidak akan ada h
Haidar segera bangun lagi dan berharap tangis yang didengar bukanlah tangis untuk kematian sang istri dan anak. Bendera kuning yang tertancap, Haidar harap itu hanya salah penempatan. Mencoba berlari meskipun kakinya seperti tetap berhenti di tempat."Assalamu'aalikum. Mama, ini ada apa!" Haidar mengepalkan tangan, melihat semua keluarga berkumpul dengan tangis."Abiiiiiiiiii! Huaaaaaaaa!" Ketiga anak kembarnya langsung memeluk Haidar."Nak, i-ibu sama adik masih di rumah sakit sudah membaik kan? Iya kan?" tanya Haidar.Masih belum ada jawaban. Kembar tiga justru semakin menangis saat dagu mereka diraba oleh Haidar. Jika tidak ada jawaban, jawaban dari diam itu sudah bisa diartikan. Emosi Haidar membludak, ia justru bertanya dengan berteriak!"Orang sebanyak ini kenapa tidak ada yang menjawab!" Air matanya tidak mampu ditahan, ini terlalu sakit.KLING.[ "Selama
Keadaan Ciara dan Kiara kritis. Tentunya tidak berada di ruang biasa. Sita segera menghubungi Haidar akan kabar tersebut. Firasat Haidar nyata, Ciara bukannya melanggar perintah Haidar,melainkan terpaksa ke luar karena mengejar putrinya. Sita: "Hai, pulang sekarang." Haidar: "Ada apa, Mam?" Sita: "(Mengirim foto rumah sakit)" Sita tak mampu mengatakan secara langsung. Raganya terasa lemah sembari memangku ketiga cucu kembarnya yang kini tengah menangis. Ia juga berpikir, pasti di sana Haidar sedang hancur dengan kabar yang akan diberitahukan. Haidar: "Mam, siapa yang sakit? Perasaan Haidar dari kemarin gak enak. Siapa Mam?" Sita: "Yang penting kamu pulang, Nak." Haidar: "Siap pulang, Haidar segera urus, tapi siapa yang sakit? Anak-anak sama Ciara baik-baik saja?" Sita: "Ciara sama Adik Kia." Haidar: "Ya Allah, sakit barengan?" Sita: "Kecelakaan di depan rumah." Haidar: "Innalillaah, kenapa mereka ke luar? Mama kenapa juga membiarkan? Sudah Haidar bilang loh, jangan ke luar!
"Hmmm, nggaklah menurut Ocyang, dia ya dia, Toya ya Toya. Saudara jauh juga, gak terlalu kelihatan deket mereka," kata Haidar. "Kita nggak tahu secara onlinennya!" sahut Ciara. "Sayang ...." Haidar hanya menatap istrinya dengan lama kemudian memberinya pelukan. Sempat berdebat juga antara ada ulah campur tangan Toya. Pikiran Ciara memang suka begitu, tetapi cepat juga kembali ke mode awal. Bodoamat pun menjadi jurus, mereka diamkan sosmednya dulu, baru besok pagi dilihat. *** Haidar: "Sayangku." Ciara: "Iya Sayang." Haidar: "Perasaan Ocyang gak enak. Jangan keluar rumah." Ciara: "Terus? Anak-anak sekolahnya gimana?" Haidar: "Izin aja." Ciara: "Ada apa sebenarnya? Ocyang dapet kabar?" Haidar: "Iya, Sayang." Ciara: "Izin alasannya apa coba?" Haidar: "Biar Ocyang yang izinin. Kamu gak usah mikir itu." Ciara: "Emang ada apa? Ngomong yang jelas dong!" Haidar: "Ada yang berulah karena salah paham." Ciara: "Hah?" Haidar: "Hati-hati lagi dengan Toya dan Galaxy. Galaxy tidak ik
Haidar: "Ibu Cia ...." Ciara: "Tau ah. Nggak chat nggak langsung, bikin kesel terus." Haiadar: "Tau gitu kenapa dirindukan?" Ciara: "Ini nih bodohnya cinta." Haidar: "Kangen, asli pengen ucel-ucel kamu!" Ciara: "Parah sekali OM-OM ini! Apaucel-ucel?" Haidar: "Aisshh pura-pura gak paham." Ciara: "Ucel-ucel itu kan bahasa meremas-remas untuk baju." Haidar: "Kamu dikasih kata yang terfilter dikit gak paham, giliran meremas-remas pasti langsung paham." Ciara: "Hahaha, ciri-ciri istrimu ini cerdas." Haidar: "Kok malah cerdas?" Ciara: "Iya dong, denger kata meremas-remas pasti Ocyang di sana langsung----" Haidar: "Wanitaku, hahaha ... cerdasnya gak ketulungan. Video Call yok!" Ciara: "Haaahh? Pasti mau liat itunya aku." Haidar: "Pikiran kamu .... huuuhhhhh, ya liat wajah kamulah, di sini Ocyang lagi kumpul dengan Segara dan yang lain." Ciara: "Eh, wkwkwk." Tidak lupa Ciara bercerita tentang kejadian-kejadian bersama kembar tiga dan juga Kiara hari ini. Seperti bikin konten a
Ketenangan jiwa dan raga itu sebenarnya terdapat di mana, bisa diperoleh dari mana dan kapan saja hal tersebut bisa singgah dengan sungguh? Jawabannya, setiap detik itu adalah kesempatan untuk meraih pernyataan tersebut. Ciara belum jadi menghidupkan mobilnya dan melihat ke belakang tentang berita penumpahan ice cream. Jika dia sekarang tidak tenang, mendengar pernyataan dari Mas Uja tadi akan langsung marah seperti waktu di rumah kala itu. "Tumpah?" "Iya, kena celana Mas Uja! Adik kok nggak flend, sih!" celetuk Mas Uja. "Maaf, Adik no cengaja, Ibu." Kiara memeluk Mas Uja, tetapi justru Mas Uja menghindari. "Huaaaaaa!" Kiara menangis karena dicuekin Mas Uja. "Mas Uja, nggak boleh gitu dong sama Adik. Adik kan nggak sengaja. Peluk Adiknya dan Adik juga hati-hati kalau makan nggak boleh sambil loncat-loncat. Mas Uja ganti celana dulu itu di belakang Mas, Ibu mau beliin ice cream lagi." Ciara mencium dulu ke keempat anaknya. Mumpung masih di tempat ice cream, Ciara membelikan kembal
Manja itu suatu sifat yang misterinya melekatkan antara yang satu dengan yang lain. Orang kalau terlalu mandiri juga tidak baik karena dengan terlalu mandiri, dia tidak punya akses antara keduanya yang lebih menonjol dan terkesan seperti orang lain itu tidak terangkat. Namun, kalau terlalu manja bisa juga menimbulkan sebuah pertengkaran hebat karena adanya hal tidak sesuai antara diri yang satu dengan yang lain. Musalkan, yang ini ingin melangkah ke A, tetapi dipaksa untuk lebih dahulu ke B demi menuruti keinginannya si A."Isbay nggak pernah bosan," jawab Ciara."Nah, itu sudah terjawab. Gak ada rasa bosan untuk kamu, Cantik.Pernikahan bukan jalan bubar, termasuk kesehatan kamu.” Haidar mengecup kening istrinya sejenak."Uwaahh, bangga rasanya punya njenenengan. Makasih udah perhatian dengan banyak hal. Apapun seperti istimewa karena bersamamu," ungkap Ciara."Iya, karena membahagiakanmu, membuatmu ny
"Kamu pura-pura nggak tahu, kan?” tanya Haidar.“Pura-pura? Enggak! Emang apa yang benar?”Haidar tak kuat untuk menahan tawa lagi ketika istrinya tidak paham dengan apa yang ia maksud. Padahal, itu adalah sesuatu yang sudah melekat dalam diri mereka ketika berada di dalam kamar dan sudah menjadi kebiasaan tradisi terindah sepanjang jalan. Ya seperti tidak mungkin saja kalau Ciara tidak paham dengan apa yang Haidar ucapkan, padahal arahnya sudah jelas ke sana.Namun, memang malam itu Ciara tidak paham apa-apa. Pahamnya tentang sekedar energi yang terkuras karena mereka marah-marah. Waktu awal pembicaraan juga sudah membicarakan tentang energinya yang keluar penuh karena menghadapi emosi-emosi menghadapi mereka berdua. Haidar masih terdiam dan terus memandang ke arah wajah Ciara sampai salting akut dan ujung-ujungnya kembali ke area ngambek lagi.“Aku bukan boneka, Oc!”Sekalinya Haidar sudah mengataka
"Kapok tuh aquarium kesayangan njenengan pecah! Isbay gak ngerasa bersalah, terserah mau dibenci karena di situ gak ada ikannya! Beresin sendiri Isbay gak mau ngeberesin!" Ciara meninggalkan Haidar dan kamar yang berantakan."Kalau kamu memang minta Ocyang marah, baik. Ocyang tidak keberatan untuk menuruti."Jujur, Haidar sangat kecewa. Setiap orang itu punya barang berharga. Aquariumnya kecil, tetapi itu sangat dirawat oleh Haidar. Sampai segitunya Ciara marah, mana malah melawan. Sebenarnya, kecewa besarnya Haidar bukan perkara aquarium pecah, Haidar kecewa besar dengan langkah Ciara yang terkesan tidak menghargai keberadaan Haidar sebagai suami.KLING KLING."Hallo, gimana? Oh, ada kerja sama ke luar kota, sipp. Besok kita berangkat," ucap Haidar dalam telepon."Ternyata cari gara-gara. Pengen trending kasus perselingkuhan, begitu hah?" bentak Ciara.Sukses membuat Ciara semakin geram.
Yang harus dipikirkan lagi setelah perkara Gus Fahim beres, tidak ada. Tinggal menunggu pulih dan mempersiapkan pernikahan Tiara dengan Gus Fahim. Kabarnya, Kang Musa juga akan segera melamar Bening. Haidar terdiam dan menatap Ciara yang sedang berkomunikasi dengan putra dan putrinya. Dua tahun kemudian Putra kembar tiganya sudah berusia 4 tahun, sedangkan putri kecilnya itu sekarang sudah berusia 2 tahun. Kalau berbicara dengan waktu dan memikirkan dengan yang terjadi, hari tentu terkesan begitu cepat. Akan tetapi, berjalannya sudah begitu jauh, tak menyangka ternyata rumah tangga mereka sudah berjalan selama 5 tahun lebih. Hubungan antara keluarga Haidar dengan Toya Galaxy pun juga membaik. Mereka sering bersama dan berbagi tips ketika mengantarkan Uda, Uha, dan Uja belajar di tempat yang sama dengan Barbie. Sekarang Uja yang sangat manja itu sudah semakin pintar saja, tetapi tetap memiliki sifat khasnya, yaitu manja. Meskipun sering cemburu juga, dia sangat perhatian dengan adik