Mobil mercy hitam yang membawa David dan Elleana berhenti di lobi hotel bintang lima yang megah di kota Manhattan, sudah disediakan karpet merah juga yang menjuntai di sepanjang lobi itu. Iya, benar sekali, ini adalah salah satu hotel milik Miller Company. Kekayaan Miller Family memang tidak perlu diragukan apalagi dipertanyakan.Belom juga turun, mobil hitam yang ditumpangi oleh David sudah di kepung oleh para wartawan yang membawa alat tulis beserta kamera di tangannya. Tentu saja para wartawan itu sangat menantikan momen David Miller yang jarang tertangkap oleh kamera media, dan pastinya mereka semua tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mengambil gambar putra sulung Miller Family sekaligus sang pewaris Miller Company.Refleks, Elleana meremas lengan kekar David saat kilau putih dari kamera para wartawan yang saling bersahut-sahutan menembus kaca hitam mobil. Entah gambar seperti apa yang para wartawan itu harapkan untuk dirilis, tapi jujur saja Elleana merasa tid
Elleana melangkahkan kakinya keluar dari ballroom hotel itu, lama-lama dia jadi bosan. Tidak ada yang Elleana kenal, ditambah lagi ia memang bukan wanita penyuka pesta. Berbeda dengan David, suaminya itu justru senang bercengkerama dengan para tamu yang menghampirinya terutama jika wanita cantik. Melihat itu membuat Elleana menjadi gerah, apalagi jika terlalu lama bisa-bisa ia sesak napas lalu mati berdiri. Kaki Elleana bergerak menjauhi ballroom hotel. Dia memilih pergi ke belakang ballroom, di sana ada kolam renang. Lebih baik duduk bersantai menikmati sunyinya malam sambil menatap langit kelam yang dihiasi bintang-bintang, ditemani dengan segelas minuman segar. Baru juga di batas ambang pintu, langkah Elleana mendadak terhenti. Elleana mengurungkan sejenak niatnya untuk menikmati semilir angin malam kala ia melihat sepasang kekasih tengah berciuman panas. Elleana mengedikkan bahunya, lalu memutuskan untuk masuk ke ballroom saja daripada menonton orang berciuman. N
David melepas pungutannya, manik hazelnya menatap sendu ke dalam manik abu itu. Napasnya memburu akibat ciuman panas mereka. Kelopak Elleana terbuka pelan-pelan, lalu manik abunya bersitatap dengan manik milik David. Meskipun tajam dan membuat tubuh bergedik ngeri, tapi Elleana selalu merasa tersihir oleh tatapan suaminya itu."Coba katakan sekali lagi, Ellea. Aku ingin mendengarnya." Ucap David parau sambil menangkup lembut rahang Elleana.Elleana mengernyitkan keningnya, bertanya lewat tatapan matanya. Katakan saja kalau Elleana terkadang lamban dalam merespon kode-kode yang seperti itu. Otaknya berpikir keras mencerna ucapan David. Matanya mengerjap lambat kala ia sudah mengerti maksud pria mata hazel itu. Elleana membasahi bibir bawahnya yang mengering.Elleana semakin memajukan wajahnya pada David, tangannya terulur mengelus rahang tegas itu. Cup! Elleana mengecup bibir David singkat namun mencurahkan segala isi hatinya melalui kecupan itu. Elleana menyudahi kecupannya, ia menari
Tak terasa sudah tengah malam. Pesta perayaan ulang tahun perusahaan baru saja usai, David dan Elleana bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di kamar, Elleana dan David langsung mengganti pakaian pestanya dengan baju tidur yang nyaman, tak lupa juga membasuh wajahnya yang penuh riasan sebelum pergi tidur. Ini malam yang sangat melelahkan bagi mereka berdua, apalagi untuk Elleana. Kaki dan badannya terasa remuk sekarang.Sepanjang acara, Elleana terus berdiri tegak dan menyeimbangkan aura David serta memberi senyum hangat kepada seluruh rekan bisnis suaminya yang hadir. Kalau Elleana bisa mencebik kesal dan menggerutu maka akan dia lakukan, sayangnya jika itu dilakukan maka akan membuat keluarga Miller malu.Tak hanya itu, Elleana pikir pertanyaan seputar kehamilan itu sudah berhenti dilontarkan ketika David menarik Elleana dari perkumpulan ibu-ibu sosialita itu. Nyatanya, hal sensitif itu masih saja menyapa gendang telinganya. Bukan Mom Samantha, ibu mertuanya itu memang kelihatan mur
Elleana duduk di ayunan kecil yang ada di balkon, dia yang meminta David untuk membeli dan meletakkan ayunan itu di sana bulan lalu. Elleana sangat menyukai senja. Biasanya Elleana duduk di balkon untuk menikmatinya. Sama seperti sekarang ini, cuma sekarang senja belum waktunya datang, matahari masih bersinar terik di langit biru. Elleana mendesah panjang. Ia menaikkan kaki jenjangnya ke ayunan, menekuknya lalu memeluknya. Dagunya ia letakkan di atas lutut. Suasana balkon sangat tenang walaupun begitu terik, apalagi semilir angin siang yang membelai lembut kelopaknya agar terpejam. Posisi seperti itu bukannya membuat Elleana mengantuk, justru malah membuatnya perlahan-lahan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Perkataan Mom Samantha sedari tadi berputar dan kini memenuhi kepala cantiknya. Elleana sangat menginginkan kehadiran anak itu agar hubungannya dengan David semakin utuh dan sempurna. Elleana sangat ingin mendengar suara tangis, tawa geli, dan derap langkah buah hatinya yang me
Selang tiga puluh lima menit, Elleana sudah siap. Dress merah pemberian David sudah melekat sempurna di tubuh mungilnya. Elleana melangkahkan kakinya menuju meja rias, ia menatap pantulan bayangannya yang begitu sempurna di cermin. Senyum lebar itu setia menghiasi wajah cantiknya semenjak Elleana membuka kotak merah muda pemberian David.Tangan Elleana terulur, mengumpulkan dan mengikat tinggi-tinggi rambutnya bak ekor kuda. Elleana memperhatikan bayangannya intens, keningnya mengkerut, alisnya alis bertaut. Elleana berdecak sebal, menggeleng tidak puas. Elleana itu paling suka jika rambutnya diikat satu bak ekor kuda atau dicepol asal, karena wajahnya terlihat semakin kecil dan cantik. Tapi, entah mengapa dua gaya rambut favoritnya itu tidak cocok dengan dress merah ini.Tanpa banyak basa-basi, Elleana langsung melepaskan ikatan di rambutnya. Ia melirik wajahnya dengan serius, dari sisi kanan dan sisi kiri, kemudian ia tersenyum puas. Jemarinya menyisir rambut panjang
Elleana masih duduk di pangkuan David, bibirnya juga masih menyatu dengan bibir kenyal nan lembut milik David. Ciuman pria bermata hazel pada bibir Elleana itu sangat dominan. David mengulum lembut bibirnya atas bawah secara bergantian, lidahnya juga saling bertali dengan lidah Elleana, tak lupa David juga mengabsen deretan gigi putih Elleana, lidahnya juga menggelitik langit-langit Elleana membuatnya mendesah pelan di sela-sela ciumannya.Mata Elleana yang semula terpejam pun perlahan-lahan terbuka, ia menarik wajahnya menciptakan sedikit jarak di antara mereka. Mata abunya mengunci mata hazel David, Elleana dapat melihat ada setitik rasa kecewa dan protes di mata suaminya itu lantaran Elleana mengakhiri ciuman itu secara sepihak. Mau bagaimana lagi? Jika Elleana tidak melepaskannya sekarang, nanti David akan kelepasan dan malah semakin sulit mengatasi hasratnya.Elleana mengulum senyum manisnya. Tangannya menangkup rahang kokoh David yang di tumbuhi bulu-bulu halus beraturan, nampak
"Aku masih punya satu kejutan manis lagi untukmu." Ucap David lembut seraya tersenyum manis.Elleana yang duduk di samping dengan wajah merona merah itu langsung menoleh menatap David penuh tanya. Tapi justru yang tatap malah bergeming dengan pandangan lurus ke depan. Mr. Arrogant yang dulu Elleana kenal saat pertama kali kini telah berubah menjadi Mr. Misterius, ujar Elleana dalam hati sambil menggerutu manja."Kejutan apa lagi, Dave?" Cicit Elleana pelan. Sebenarnya dia ragu menanyakan apa kejutannya pada David. Suaminya itu sudah pasti enggan mengatakannya. Lagi pula Elleana pikir kejutannya sudah berakhir pada menikmati pemandangan lampu kota Manhattan yang padam dari helikopter, ternyata masih ada lagi. Entah malam ini David sudah menyiapkan berapa banyak kejutan untuk Elleana. Apakah malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk mereka berdua?"Rahasia,"Tuh kan benar! Elleana mendengkus kasar sambil mencebikkan bibirnya sebal. Kepalanya menoleh ke samping menatap ke luar jend
Dengan napas yang memburu, Elleana menyambar baju hangatnya yang tergantung rapi di lemari lalu memakainya dengan cepat. Ia mengikat rambut panjangnya tinggi-tinggi bak ekor kuda. Setelah berkutat dengan hati dan pikirannya, akhirnya Elleana memutuskan untuk pergi menjemput Audrey. Bagaimana pun juga Mom Samantha telah mempercayakannya untuk menjaga rumah ini selama ia pergi, berarti termasuk juga untuk menjaga ketiga anak-anaknya.Elleana mendaratkan pandangannya pada David yang tengah tertidur nyenyak. Menatap sendu wajah suaminya yang nampak begitu damai. Elleana mengulum bibir bawahnya sambil menghela napasnya pendek. Mendadak batinnya kembali mengalami peperangan lagi. Haruskah Elleana membangunkan David dan mengatakan tentang Audrey yang belum juga pulang karena sedang berada di club?Elleana berdecak pelan seraya menggelengkan kepalanya, ia mengusir jauh-jauh pikiran itu. Membangunkan David bukanlah ide yang bagus. Kasihan suaminya itu sedang sakit saat ini dan baru saja tertid
Elleana menaiki anak tangga satu per satu, tangannya membawa nampan berisi semangkuk bubur yang masih mengepul asapnya dan teh hangat. Ia belajar semuanya itu dari Nyonya Regina. Setiap kali Elleana sakit pasti Nyonya Regina selalu memberikan semangkuk bubur dan teh hangat, lalu besoknya Elleana sudah merasa lebih baik. Jadi, Elleana buatkan hal yang sama untuk David dengan harapan pria itu merasa baik ketika bangun besok pagi.Tangan Elleana terulur membuka pintu kamar, pemandangan yang pertama kali di lihatnya adalah David yang baru keluar dari kamar mandi sambil meringis dan memegangi perutnya. Wajah suaminya itu masih pucat, kedua pipinya juga memerah bak kepiting rebus mungkin karena mati-matian menahan gejolak di perutnya. Elleana menghampiri David yang berjalan tertatih-tatih ke kasur seraya berulang kali menghela napas kasar.“Sudah berapa kali bolak-balik kamar mandi selama aku pergi membuatkanmu bubur?” Tanya Elleana lembut sambil meletakkan nampan berisi bubur itu di atas n
Trap...Trap...Trap!Terdengar bunyi langkah kaki yang mengalun tegas memenuhi seluruh mansion Miller. Suara yang tak asing di gendang telinga, membuat Elleana yang baru saja selesai merapikan seprai kamarnya langsung setengah berlarian keluar kamar menghampiri sumber suara. Dari atas, Elleana dapat melihat David yang sudah pulang, padahal baru pukul empat sore. Tumben sekali suaminya itu pulang lebih awal, ujar Elleana dalam hatinya.Elleana mengulum senyum manisnya sambil mengedikkan bahu tak peduli. Ia memperhatikan David yang masih setia berdiri di bawah, tak ada tanda-tanda kalau pria itu hendak menaiki anak tangga. Mata Elleana memicing, mendapati pria mata hazel itu sedang meringis seraya tangannya memegangi perut berototnya yang seperti roti sobek itu. Kening Elleana mengernyit, dalam hati bertanya-tanya apa yang terjadi dengan suaminya itu."Dave?” Gumam Elleana setengah kencang, membuat David refleks menoleh padanya. “Kau kenapa? Hmm
"Siang ini Mom dan Dad akan berangkat ke Jepang," Elleana yang baru saja memasuki mansion Miller setelah mengantar David pergi kerja itu langsung menoleh ke ruang tamu kala mendengar suara Mom Samantha.Elleana mengernyitkan keningnya. Ia tidak salah dengar, kan? Ibu mertuanya itu ingin pergi ke Jepang? Ada masalah apa? Dan kenapa tiba-tiba sekali? Mendadak rasa tak enak hati dan pikiran negatif mulai menyerang Elleana. Jangan-jangan penyebab kepergian ibu mertuanya itu karena Elleana? Cepat-cepat Elleana menepis pikiran itu dari benaknya dan bergabung ke ruang tamu. Mertuanya itu sedang duduk santai sambil minum secangkir kopi bersama Juliant."Tumben sekali," Cicit Juliant tiba-tiba. Elleana mengulum senyum tipis kala Juliant melambaikan tangan kepadanya sambil tersenyum, menyapa. Perlahan Elleana menghempaskan bokongnya di sofa panjang, duduk di samping Juliant kala mendapatkan isyarat dari ayah mertuanya untuk bergabung."Oh, jangan bilang kalau Mom dan Dad ingin pergi bulan madu
Elleana membuka kelopak matanya cepat, tak sabaran. Dadanya kembang kempis tak karuan. Ia mengambil benda pipih miliknya yang tergeletak di atas nakas samping ranjang tempat tidurnya. Sepuluh menit lagi pukul enam pagi. Ia mengamati kedua tangannya dengan seksama, satu per satu jemarinya di absen tak terlewatkan. Cincin dengan mata berlian biru melingkar sempurna di jari manisnya. Matanya menatap cincin berlian itu penuh haru, tak menyangka sekali.Lalu Elleana mengintip dari balik selimut tebal yang menutupi hingga ke dadanya, tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. Elleana menyeringai lebar, sebelah tangannya menutupi wajahnya malu-malu. Ternyata, malam panjang penuh kejutan dan kebahagiaan yang diciptakan oleh David itu sungguhan terjadi. Tadinya, Elleana kira itu hanya sekedar mimpi saja.Elleana melirik sekilas ke arah David yang masih terlelap dengab damai di sampingnya. Elleana membaringkan tubuh mungilnya lagi, pelan-pelan, agar tak menimbulkan gerakan yang bisa mengganggu ti
Elleana dan David berjalan berdampingan menyusuri trotoar. Padahal hari sudah semakin malam, tapi jalanan Manhattan tak juga kunjung sunyi, malah semakin ramai kendaraan berlalu lalang. Angin berhembus sepoi-sepoi. Elleana mengusap-usap lengannya yang tidak tertutup sehelai benang pun sambil sesekali memeluk badannya sendiri. Udaranya lumayan dingin, ditambah lagi dress pemberian David tidak berlengan dan bahannya tidak terlalu tebal juga. David melirik istrinya itu melalui ekor matanya, ia tersenyum tipis sambil menggeleng samar. Padahal Elleana sedang merasa kedinginan, tapi wanita itu malah diam saja. Semua wanita memang sama saja ya. Apa susahnya sih tinggal bilang ‘aku kedinginan’? Makanya, tidak heran lagi deh kalau banyak wanita yang suka tiba-tiba merajuk tanpa alasan yang jelas. Sebagai seorang pria sejati, David melepaskan jas yang melekat di tubuh tegaknya itu. Lalu ia memakaikannya dengan melilit jas itu menutupi punggung dan pundak Elleana. Tak hanya sampai di situ, Dav
"Aku masih punya satu kejutan manis lagi untukmu." Ucap David lembut seraya tersenyum manis.Elleana yang duduk di samping dengan wajah merona merah itu langsung menoleh menatap David penuh tanya. Tapi justru yang tatap malah bergeming dengan pandangan lurus ke depan. Mr. Arrogant yang dulu Elleana kenal saat pertama kali kini telah berubah menjadi Mr. Misterius, ujar Elleana dalam hati sambil menggerutu manja."Kejutan apa lagi, Dave?" Cicit Elleana pelan. Sebenarnya dia ragu menanyakan apa kejutannya pada David. Suaminya itu sudah pasti enggan mengatakannya. Lagi pula Elleana pikir kejutannya sudah berakhir pada menikmati pemandangan lampu kota Manhattan yang padam dari helikopter, ternyata masih ada lagi. Entah malam ini David sudah menyiapkan berapa banyak kejutan untuk Elleana. Apakah malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk mereka berdua?"Rahasia,"Tuh kan benar! Elleana mendengkus kasar sambil mencebikkan bibirnya sebal. Kepalanya menoleh ke samping menatap ke luar jend
Elleana masih duduk di pangkuan David, bibirnya juga masih menyatu dengan bibir kenyal nan lembut milik David. Ciuman pria bermata hazel pada bibir Elleana itu sangat dominan. David mengulum lembut bibirnya atas bawah secara bergantian, lidahnya juga saling bertali dengan lidah Elleana, tak lupa David juga mengabsen deretan gigi putih Elleana, lidahnya juga menggelitik langit-langit Elleana membuatnya mendesah pelan di sela-sela ciumannya.Mata Elleana yang semula terpejam pun perlahan-lahan terbuka, ia menarik wajahnya menciptakan sedikit jarak di antara mereka. Mata abunya mengunci mata hazel David, Elleana dapat melihat ada setitik rasa kecewa dan protes di mata suaminya itu lantaran Elleana mengakhiri ciuman itu secara sepihak. Mau bagaimana lagi? Jika Elleana tidak melepaskannya sekarang, nanti David akan kelepasan dan malah semakin sulit mengatasi hasratnya.Elleana mengulum senyum manisnya. Tangannya menangkup rahang kokoh David yang di tumbuhi bulu-bulu halus beraturan, nampak
Selang tiga puluh lima menit, Elleana sudah siap. Dress merah pemberian David sudah melekat sempurna di tubuh mungilnya. Elleana melangkahkan kakinya menuju meja rias, ia menatap pantulan bayangannya yang begitu sempurna di cermin. Senyum lebar itu setia menghiasi wajah cantiknya semenjak Elleana membuka kotak merah muda pemberian David.Tangan Elleana terulur, mengumpulkan dan mengikat tinggi-tinggi rambutnya bak ekor kuda. Elleana memperhatikan bayangannya intens, keningnya mengkerut, alisnya alis bertaut. Elleana berdecak sebal, menggeleng tidak puas. Elleana itu paling suka jika rambutnya diikat satu bak ekor kuda atau dicepol asal, karena wajahnya terlihat semakin kecil dan cantik. Tapi, entah mengapa dua gaya rambut favoritnya itu tidak cocok dengan dress merah ini.Tanpa banyak basa-basi, Elleana langsung melepaskan ikatan di rambutnya. Ia melirik wajahnya dengan serius, dari sisi kanan dan sisi kiri, kemudian ia tersenyum puas. Jemarinya menyisir rambut panjang