Ayana melepas sabuk pengaman yang ia kenakan, setelah sampai di depan kampus. Gadis itu terlihat merapikan rambutnya di depan kaca yang sedikit berantakan. Kenneth menatap Ayana yang mengetahui istrinya itu sedang marah padanya. Bahkan sejak di mobil mereka tidak saling berbicara."Pulang jam berapa?" "Gak tau," jawab Ayana singkat. "Aku masuk duluan."Setelah mengatakan itu Ayana turun dari mobil dan pergi begitu saja. Ken tidak mencegahnya dan membiarkan gadis itu pergi. Dari awal ini adalah konsekuensi yang harus diterima untuk menikahi Ayana. Kenneth harus berusaha lebih keras jika ingin mengambil hatinya.Tak berlama-lama lagi pria itu kembali melajukan mobilnya pergi setelah memastikan Ayana masuk ke area kampus. Karena hari ini juga Sean akan melamar ke perusahaannya jadi Ken harus memastikan jika memang ada posisi yang bisa diisi. Sementara Ayana bergegas masuk ke dalam kelas takut jika Dosennya datang lebih dulu. Putri yang ternyata sudah berada di kelas melambaikan tangann
Ayana mengikat rambutnya dan mulai merapihkan buku-buku di atas meja. Kelas terakhir baru saja selesai dan ini waktunya untuk pulang. Gadis itu berdiri dan membawa tas-nya ke pundak. Satu persatu orang mulai meninggalkan kelas."Mau pulang sama-sama, gak?" tanya Ayana pada Putri."Aku pulang sama Deon."Pria bernama Deon itu tersenyum dan merangkul kedua teman perempuannya. "Kalau mau bareng, ikut kita aja.""Gak usah, deh. Biar gak ganggu kalian," kata Ayana terkekeh pelan.Mendengar itu Putri mencubit Ayana pelan, yang justru membuat gadis itu semakin senang menggodanya. Memang dia mengharapkan salah satu dari temannya ini memberanikan diri untuk menyatakan perasaan. Karena Ayana tau keduanya saling suka.Deon mengusap tengkuknya pelan dan mundur selangkah. "Apaan, sih. Udah, yuk, Put. Kita duluan aja, Aya gak asik.""Alah, bilang aja mau berduaan," sahut Ayana melihat mereka berdua yang berlalu pergi.Rendi s
Tin.. tin..Ayana menatap Rendi yang pergi setelah mengantarnya pulang. Ya, gadis itu memutuskan untuk diantar pulang ke rumah orang tuanya. Tidak mungkin dia membiarkan Rendi mengantarnya ke rumah Ken."Loh, kamu ke sini sama siapa? Yang tadi itu siapa?"Tiba-tiba Intan datang dari dalam rumah saat mendengar suara motor. Dia melihat putrinya yang datang diantar oleh seorang pria, namun bukan suaminya. Kenapa bukan pulang ke rumah suami?"Hm? Itu... Rendi," jawabnya sedikit ragu."Kamu gak pulang sama Ken? Terus kenapa datang ke sini?"Wanita itu melihat anaknya yang hanya diam saja. Sepertinya ada yang tidak beres. Apa mereka sedang bertengkar atau kenapa? Ayana sudah punya suami jadi kurang pantas jika dia diantar pulang oleh pria lain apalagi tadi Ayana terlihat memeluk Rendi dari belakang."Jangan bilang kalau Ken gak tau kamu ke sini?" tanya Intan lagi.Ayana mengangguk kecil. "Lagian kalau Rendi nganterin
"Ada apa, non?"Ayana melihat seorang asisten rumah tangga yang keluar dari rumah. Gadis itu menunjukan kucing yang berada di gendongannya. "Siapa yang bawa Luca keluar?""Saya."Mendengar itu Ayana melirik sekilas Kenneth dan kembali menatap wanita paruh baya di depannya. "Bi, tadi itu kucing aku mau ke tengah jalan, loh. Kalau ketabrak mobil gimana?"Ada alasan menjadi seperti ini. Ayana hampir kehilangan Luca saat kucingnya itu hendak diambil seseorang tak dikenal di rumah. Ya, terkadang ada saja orang yang nekat ingin mengambil kucing rumahan. Lagi, Luca pernah bertengkar dengan kucing jalanan dan berakhir kalah."Maaf, Non. Saya cuma disuruh sama Non Metta.""Metta?"Kenneth terdengar menghela nafas sesaat. Dilihatnya Ayana yang kini menatapnya seperti anak kecil yang mengadu. Kenapa selalu ada saja yang diributkan oleh mereka?"Sini, kamu ganti baju aja dulu. Biar saya yang bersihkan Luca." Pria itu mengam
Cahaya matahari masuk ke sela-sela ventilasi. Ayana menggeliat dan meraba sekitar namun yang dirasakannya justru sesuatu yang keras, dan sejak kapan kasurnya seperti ini? Perlahan tangannya semakin naik dan matanya langsung membola saat menyentuh wajah seseorang."Ken?"Ayana bergegas menutup mulutnya takut pria itu terbangun. Kepalanya sedikit terangkat melihat posisinya yang sedikit ambigu. Ya, setengah badannya sudah menimpa Ken dan Ayana meninggalkan batas yang ia buat sendiri. Gadis itu meneguk ludahnya kasar dan terdiam. Hingga beberapa detik kemudian ia kembali meletakan kepalanya dan menatap Kenneth yang masih memejamkan mata, terlihat begitu tenang.Tanpa sadar bibirnya terangkat membentuk senyuman. Ayana tidak mengelak jika Ken memang tampan, dan dia adalah pria dewasa yang masuk ke dalam tipenya. Kalau kata perempuan di luar sana Ken itu mendekati kata sempurna, Ayana setuju. Namun dia tidak tau kenapa dirinya masih belum bisa menerim
Ayana mengikat rambutnya dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci piring. Mereka baru saja menyelesaikan sarapan pagi bersama. Mirna dan Abi pergi ke kamar karena Abimanyu masih harus istirahat. Suami istri itu berencana untuk memanggil dokter sore hari nanti.Saat sedang mencuci piring sambil bersenandung Ayana dikejutkan dengan Metta yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. "Ay, gue mau ngomong.""Ngomong aja.""Nanti malem Lo mau pergi ke pesta ulang tahun Sherly?"Mendengar itu Ayana hampir saja lupa. "Datang, lah.""Gue yakin Kak Ken gak akan kasih izin Lo pergi malem-malem. Sebenernya sama aja gue juga pasti gak boleh. Cuma sekarang gue mau ngajak Lo kerja sama buat sama-sama diem kalau kita mau keluar hari ini," bisiknya pelan."Sebenernya aku gak mau kerja sama, sama kamu. Tapi kali ini gak apa-apa, deh. Yang penting bisa pergi malam ini."Tiba-tiba ditengah pembicaraan mereka Ken datang. Dia hanya penasaran, tumb
"Papa sama Mama udah tidur," kata Metta menghampiri Ayana yang memantau luar jendela. Sekarang sudah pukul 9 malam namun belum ada tanda-tanda Ken pulang. Sedangkan mereka berdua harus pergi sekarang juga karena acara dimulai pukul 9 malam. Ayana berbalik, dia melihat Metta yang sudah siap dengan pakaian bagusnya.Tak berselang lama terdengar suara gerbang terbuka. Dua gadis itu buru-buru mengintip dan melihat Ken sedang mendorong gerbang dan kembali masuk ke dalam mobilnya. Kenapa bukan satpam yang membuka pintu?"Kak Ken datang. Gue mau sembunyi, Lo harus pastiin kalau semuanya aman." Metta bergegas pergi dari sana menuju kamarnya. Ayana juga hendak pergi namun ia mengurungkan niatnya saat mendengar suara pintu dibuka. Tubuhnya berdiri kaku namun tak lama kemudian ia mendengar Ken yang memanggil namanya. Gadis itu segera berbalik."Belum tidur?" tanya Ken.Gadis itu menggeleng. "Ini baru mau tidur. Abis minum. Kenapa pulang malam?""Maaf, ya. Saya pergi ke luar kota buat jenguk te
"Makasih, ya, udah nganterin sampe rumah."Ayana dan Metta turun dari mobil Sean. Pria itu mengantarkan mereka berdua pulang dengan selamat. Kalau Ayana tau Sean juga diundang sudah dari awal dia mengajaknya pergi bersama. Namun sayangnya itu tidak berlaku bagi Metta yang memang tidak suka pada Sean."Yaudah masuk sana, udah malam. Good luck, ya." Sean terkekeh pelan dan melambaikan tangan."Good luck? Maksudnya?""Ayo masuk! Hujan." kata Metta berlari lebih dulu.Ayana yang melihat itu langsung mengejarnya. Mereka berusaha membuka pagar pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara berisik. Sampai di depan pintu Metta mengeluarkan kunci rumahnya sedangkan Ayana merapihkan rambutnya yang berantakan.Sebenarnya ini sudah larut malam. Acaranya memang belum selesai tapi mereka memang sengaja pulang lebih awal. Begitu masuk Metta langsung menutup kembali pintu. Namun dua gadis itu dikejutkan dengan suara berat di dalam rumah."Seru pestanya?"Yap, Kenneth duduk di sofa dengan rokok di tanganny
Ayana terus menunduk dan memegang sabuk pengamannya sejak tadi. Dia berada di mobil bersama Kenneth dalam keadaan sama-sama diam. Tidak ada yang berbicara hanya suasana hening yang membuat Ayana semakin canggung. Pria di sampingnya ini benar-benar sedang marah sekarang. Terlihat wajahnya yang memerah dan tangan yang memegang setir dengan kuat.Gadis itu menoleh sekilas dan dia mendengus sebal karena sampai saat ini tidak tau kenapa Ken marah padanya. Kenneth menambah kecepatan mobilnya, seakan dia ingin segera sampai ke apartemen. "Ken," panggil Ayana namun tetap menatap lurus ke depan. "Saya minta kamu diam sampai kita di apartemen. Jangan bicara apapun."Kenneth mencoba mencari jalan tercepat. Yang dikhawatirkan Ayana adalah karena mobil yang dibawanya cukup cepat sedangkan malam seperti ini keadaan jalanan tidak terlalu terang.Setelah cukup lama akhirnya mereka sampai di depan apartemen. Kenneth keluar lebih dulu dan membukakan pintu untuk sang istri. Dia benar-benar sangat kece
Metta menikmati makanannya sambil menatap langit malam di luar sana. Mereka semua sedang makan di luar, di tempat terbuka sambil menikmati keindahan pantai. Beberapa orang terlihat bernyanyi dan memainkan ukulele. Ada juga yang membuat video untuk dokumentasi. "Aduh, ini hp kenapa sih?!"Metta yang sedang mengunyah makanan langsung menoleh menatap salah satu temannya yang memukul-mukul ponsel. "Kenapa?""Gue mau telepon Nyokap tapi ga ada jaringan. Gue boleh pinjem ponsel Lo gak, Ta?""Boleh. Ambil aja tuh di dalam tas. Password-nya masih ingat kan?""Masih kalau belum diganti," ucapnya sambil mengambil ponsel Metta.Perempuan tersebut pergi ke belakang untuk menelpon Ibunya sedangkan Metta kembali melanjutkan makan. Setelah lelah memikirkan kuliah ternyata menyenangkan untuk pergi ke tempat seperti ini. Rasanya masalah langsung menghilang terbawa deburan ombak dan angin pantai.Meski terlihat begitu menikmati makanannya namun Metta sesekali memperhatikan Ayana yang duduk di samping
"Lo kenapa keliatan gak tenang gitu, sih?" tanya Tio melihat bos sekaligus temannya mondar-mandir."Gue lagi nunggu kabar dari Ayana. Dia gak bisa dihubungi. Ditelepon gak diangkat, pesan gak dibaca. Metta juga teleponnya gak aktif.""Yaelah, ditinggal belum sehari aja udah galau. Lagian udah pasti istri Lo lagi sibuk sama acaranya di sana. Udah jangan overthinking gini, yang ada Lo ribet sendiri."Pria itu duduk setelah cukup lama berdiri. Dia menatap ponselnya dan masih berharap balasan notifikasi dari Ayana segera muncul. Dia mengkhawatirkan gadis itu dan mungkin cemburu karena ada Rendi juga di sana. Tentu Ken tau jika Rendi masih menginginkan istrinya.Dia tidak masalah membebaskan Ayana berlibur ke pantai bersama teman kampusnya agar dia juga bisa menikmati waktu. Hanya saja jika gadis itu dekat dengan lelaki lain Ken merasa tidak terima. "Tenang aja, sih. Ada adek Lo juga, pasti dijagain. Wajar aja kalau mereka sibuk sekarang. Lo masih bisa hubungi nanti.""Tetep aja gue gak t
Hari ini Ayana akan melakukan pemberangkatan liburan bersama teman sekelasnya yang lain. Tempat tujuan mereka adalah pantai, dan mereka akan menginap di hotel untuk beberapa hari. Akan ada beberapa acara juga yang diadakan di sana nantinya."Bener gak mau saya antar?" tanya Ken kesekian kalinya pada Ayana. Gadis itu memutuskan pergi berdua dengan Metta naik mobil. "Aku sama Metta berdua aja. Lagian kamu mau kerja juga, kan? Nanti aku kabarin kalau sampai sana.""Tapi seenggaknya saya liat kalian aman sampai tujuan."Metta menghampiri sepasang suami yang tengah berdebat di depan mobil. "Kak, tenang aja gak usah khawatir. Lagian sekarang ada aku yang jagain Ayana."Ken masih belum tenang. Dia ingin mengantar mereka sampai ke pantai namun Ayana tidak mau. Jika dia memaksa gadis itu pasti akan marah, padahal mereka baru saja akur. Tapi sepertinya benar kata Metta, sekarang dua gadis itu sudah kembali berteman jadi dia bisa menitipkan Ayana pada sang adik dan begitu sebaliknya. "Tapi kal
"Keluar!" ucap Ayana dengan penekanan.Gadis itu bersedekap dada sambil bersandar di dekat pintu. Ia memperhatikan Amel yang berjalan pergi dari sana dengan menunduk. Saat melewatinya Aya berbisik dengan pelan namun hanya mereka yang berdua yang tau. Ken tidak mendengar apapun."Ay, kamu kenapa gak bilang mau ke sini?" tanya Ken berjalan menghampiri istrinya sambil mengulurkan tangan, menyambut."Gak boleh aku datang ke sini?""Boleh, dong. Kamu bebas kapanpun datang ke sini sesuka hati selama saya ada di kantor. Tapi penasaran aja kenapa kamu datang ke sini."Ayana mengambil sesuatu di kantongnya dan menunjukan. "Ponsel kamu ketinggalan di kamar. Takut penting jadi aku bawain ke sini.""Ah, iya saya lupa bawa ponsel. Makasih, ya, maaf jadi repotin kamu." Ken menarik Ayana ke pelukannya dan mengecup keningnya lembut. Sementara gadis itu tersenyum dan menepuk bahu suaminya pelan.Setelah menikah Ayana mulai terbiasa dengan Ken yang suka memeluknya. Kalau boleh jujur sepertinya gadis in
"Ay, kamu sama Metta udah baikan?" tanya Ken saat mereka sampai di apartemen.Ayana tak menjawab namun dia hanya tersenyum dan berlalu pergi menuju dapur. Rasanya senang karena sekarang mereka sudah kembali berteman lagi. Mungkin sebenarnya ini yang diinginkannya oleh Aya sejak dulu. Bukan bertengkar dengan Metta untuk sebuah kemenangan, namun dia merindukan masa pertemanan mereka.Melihat Ayana yang tak menjawab pertanyaannya, Ken kembali bertanya. "Kenapa kalian bisa baikan secepat itu? Maksudnya, saya suka liat kalian akur. Tapi tiba-tiba?""Aku sama Metta udah sama-sama capek. Lagian gak ada yang mau diributin lagi."Mendengar itu Ken ikut tersenyum. Syukurlah jika memang sekarang adik dan istrinya sudah akur. Tidak ada kendala lagi dan justru itu semakin bagus. Hubungannya dengan Ayana akan menjadi baik, karena Metta sudah menerima gadis ini sebagai kakak iparnya. "Yaudah, sekarang kamu duduk. Biar saya masak buat kamu, ya." Ken menarik kursi agar Ayana duduk di sana. Gadis itu
Metta bergegas membantu Ayana dengan mengulurkan tangannya. Meski masih terkejut dia harus segera pergi dari sana karena kendaraan lain akan melintas. Ayana memegangi bahunya yang terbentur aspal. Untungnya tak ada luka parah."Kenapa Lo bisa ada di sini?" tanya Metta menatap dari atas sampai bawah."Aku gak sengaja liat kamu dari sebrang. Terus hampir ketabrak mobil, jadi aku refleks lari tadi.""Makasih."Ayana meringis pelan dan mengangkat wajahnya. Dia tidak salah dengar, kan? Maksudnya Metta berterimakasih padanya? Terdengar berlebihan namun bagi Aya gadis itu tidak pernah mengatakan terima kasih setelah permusuhan terjadi.Dia terkekeh pelan. "Tumben.""Karena Lo udah tolongin gue. Bukan berarti gue gak mau minta maaf sama Lo karena kita musuh.""Bagus, deh. Makanya lain kali kalau jalan itu hati-hati. Liat kanan kiri baru nyebrang jalan."Seakan kembali teringat Metta langsung menatap ke sekitar. Dia hampir lupa jika dirinya sedang diawasi dua orang tak dikenal. Saat dirinya me
Pagi ini Metta sudah siap dengan pakaian rapih. Dia akan pergi dengan Kakaknya seperti janji Kakaknya semalam. Gadis itu menunggu di depan teras sambil memainkan ponselnya. Seharusnya sudah datang sekarang.Tin... Tin...Terdengar suara klakson mobil di dari arah gerbang. Metta berlari kecil dan membuka sedikit gerbangnya. Namun justru bukan mobil milik Elkan yang terparkir di sana. "Siapa ini?""Pagi cantik." Seorang pria keluar dari bangku kemudi sambil melepas kaca matanya."Sean?"Metta menatap ke sekitar. Kenapa pria ini bisa datang ke rumahnya? Seakan tau isi pikiran gadis di depannya, Sean langsung berniat menjelaskan. "Kenneth bilang katanya Lo mau pergi. Dia gak bisa sekarang karena lagi banyak kerjaan di kantor. Jadi gue aja yang nganterin Lo.""Gak mau!" "Kalau gak percaya telepon aja orangnya."Metta memicingkan matanya sekilas. Ia langsung mengeluarkan ponsel dan berniat menelpon Kakaknya. Namun dia justru melihat pesan masuk dari Ken paling atas muncul. Baru saja terk
"Aku beneran boleh minum?" tanya Ayana setelah mereka sampai di apartemen. Selesai dari acara mereka pulang malam. Kenneth menepati janjinya dan dia menyempatkan membeli minum sebelum pulang. Lagipula sesekali itu tidak apa-apa, dan mereka juga sudah menjadi suami istri jadi selama Ayana minum berdua dengannya dia tidak masalah."Jangan banyak-banyak tapi."Gadis itu memperhatikan Kenneth meletakan dua botol kaca di atas meja. Ia menyalakan TV dan menampilkan sebuah film yang sedang berputar. Sengaja dia ingin membuat malam romantis untuk mereka berdua."Ayo duduk." Ken menarik lembut Ayana agar duduk di sofa bersamanya. Ayana terkekeh pelan dan mengikutinya. Kini mereka duduk berdekatan. Ken menuangkan sedikit alkohol ke dalam gelas kecil untuk istri cantiknya. "Sedikit aja. Dan ini cuma berlaku malam ini, ke depannya jangan coba-coba minum lagi." "Jadi ini cuma cobain aja?""Hmm." Ken memberikan gelas tersebut ke arah Ayana dan diterima gadis itu. "Cheers?"Mereka bersulang. Ayan