Sore ini, Leo mengajak Hans dan Jordi untuk berdikusi tentang kejadian teror beberapa hari yang lalu. Karena mereka dua orang terdekat yang sudah tau masalah ini, Leo hanya bisa meminta tolong kepada mereka. Leo hanya berusaha bagaimana menjaga dua buah hatinya yang ada di dalam kandungan istrinya. Tinggal menunggu dua bulan lagi, sang cabanh bayi akan lahir ke dunia. Tapi kini nyawanya sedang dalam taruhan nasib yang Leo sendiri tidak tahu itu terjadi karena ulah siapa."Bang, Kak El kapan mengundurkan diri dari kampus?" Tanya Jordi ke Leonardo. Pasalnya jika berada di kampus mereka bertiga tidak bisa menjaga dengan jarak dekat."Minggu depan Elena udah mengajukan surat resign. Katanya minggu depan udah pertemuan terakhir. Abang udah ngomong ke rektor kampus, katanya diusahakan untuk tetap menuntaskan sampai pertemuan minggu ke lima belas mata kuliah. Abang udah gak bisa lagi negosiasi, tapi pihak kampus juga akan berusaha untuk menjaga Elena disana." Jelas Leo dengan detail."Mendin
Leonardo masih bingung bagaimana menjelaskan ke orang tuanya. Sejak dari dulu, Leonardo apa-apa selalu mandiri dan tidak pernah melibatkan masalah apapun dalam hidupnya sejak ia menjadi CEO. Tapi kali ini, saat sudah membina rumah tangga, teror yang datang dan buah hatinya terancam membuat Leonardo tetap tidak tenang."Nggak ada pa. Hans cuma bantu Leo buat kira-kira memperkirakan dimana letak cctv yang tepat. Sekarang kan rawan penculikan. Jadi Leo sama Elena mempertimbangkan keselamatan Lala." Alibi Leo yang langsung keluar dari mulutnya."Kamu nggak bohong kan, Le? Mama tahu kamu apa-apa jarang bahkan nggak pernah minta bantuan ke papa sama mama. Tapi kalau ada masalah apapun jangan sungkan buat minta solusi ke kita." Ujar mama yang khawatir dengan Leo. "Leo bakal kasih tau mama sama papa kalau ada apa-apa. Mama sama papa darimana?" Tanya Leonardo berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. "Papa sama mama kebetulan habis pulang hajatan. Nah di hotel deket komplek rumah kamu sama Ele
Pagi ini Leo memilih untuk datang terlambat ke kantor. Ia ingin melihat istrinya berangkat terlebih dahulu mengajar dan aman sampai kampus. Setelah mama papanya tau masalah mereka, Leo memutuskan untuk mengawal Elena dua puluh empat jam. Ia ingin menjadi suami siaga untuk Elena dan keluarganya."Sayang, sayang gapapa deh berangkat dulu. Elena gak papa sama Parjo aja ke kampusnya. Sayang gak usah khawatir ya." Ucap Elena sambil memakai sneakersnya. "Nggak sayang. Keselamatan kamu sekarang nomer satu. Ada Hans yang bisa handel pekerjaan aku." Leo berjongkok di depan Elena sambil mengikat tali sepatu istrinya. Perutnya yang besar akan kesusahan juga untuk Elena yang mau menunduk."Makasih ya mas. Kamu udah bersusah payah untuk semuanya." Elena mengecup bibir Leo singkat."Kok bentar doang? Yang lama dong sayang." Rengek Leonardo tak terima karena Elena hanya mengecupnya sebentar saja."No, nanti belepotan. Nanti malam saja. Yaudak yuk! Parjo pasti udah nungguin." Elena menggenggam tangan
Leo baru saja menyelesaikan pertemuannya dengan klien dan kini ia melangkahkan kakinya untuk kembali lagi ke kantornya. Sebelumnya, Leo sudah menegur bagian keamanan untuk membetulkan cctv bagian pintu belakang dan kini langkah kakinya menuju ke belakang kantor untuk mengecek kembali kondisi disana. Nampak Hans yang masih memantau pekerjaan mereka agar bisa tepat waktu sesuai yang Leonardo minta. "Sudah selesai, Hans?" Tanya Leonardo langsung to the point."Belum boss. Lelet mereka kerjanya. Mentingin ngops ngops dulu sama nyebat sebelum kerja." Sindir Hans."Ah gitu ya. Baguslah kerjaan mereka. Makin cinta saya sama pegawai yang seperti itu. Lanjutkan dan setelah selesai datang ke kantor saya!" Perintah Hans ke salah satu bagian kemanan."Baik pak. Maafkan kami pak atas kelalaiaannya." Ucap sang pegawai sambil terus membetulkan kamera cctv."Saya santai saja. Tapi kalau ada apa-apa, kalian harus siap tanggung jawab." Leonardo melangkahkan kakinya menuju ke bagian kantor gedung. Ia
Malam ini derasnya hujan sedang mengguyur ibu kota . Leonardo yang tengah duduk bertiga di atas kasur bersama Lala dan istrinya cukup menikmati dinginnya malam karena hampir setiap hari selalu merasakan panasnya ibu kota. Dengan setelan piyama tidur couple, mereka terlihat seperti keluarga berencana yang bahagia. "Ayah ayah, memang benar ya kalau hujan itu aslinya dimulai dari air laut yang menguap ke udara. Terus bentuk awan. Habis itu dari awan jatuh lagi ke bumi. Iya kan ayah?" Tanya Lala sambil memeluk boneka teddy bearnya."Bener sayang. Ya kalau mudahnya seperti itu terbentuknya hujan. Kakak di sekolah sudah belajar soal hujan sayang?" Tanya Leonardo menatap bangga putrinya."Sudah yah. Bu guru ngasih tugas buat gambar proses terjadinya hujan juga. Nanti ayah bantuin ya! Please ya ayah." Lala menangkupkan tangannya di depan dadanya memohon ke Leonardo. "Iya nanti ayah bantu. Apasih yang enggak buat kakak. Nanti kalau kakak bingung masalah tugas dari guru. Bisa minta tolong ke
Leo melihat beberapa orang berbadan kokoh yang kini berdiri di depannya. Mereka semua adalah orang yang dibawa Jordi untuk menjadi bodyguard untuk Elena dan Lala. Leonardo juga melihat biodata diri mereka semua. "Apa perlu sampai ada bodyguard mas?" Tanya Elena kepada suaminya itu."Mas juga udah bingung sayang. Ini saran dari Jordi juga. Demi menjaga kamu sama Lala. Mas kalau ninggalin pekerjaan sepenuhnya juga gak bisa sayang. Mas awasin terus kalian. Mas juga makhluk sosial. Tetap butuh bantuan orang lain." Tutur Leo menjelaskan ke Elena. Ia tidak mau jika Leonardo dianggap tidak mau menjaga istri dan anaknya."Kalau itu yang terbaik. Elena ngikut aja mas. Sebenarnya agak berlebihan gak sih mas sampai.punya bodyguard gini?" Tanya Elena."Berlebihan jelas itu kak. Tapi kita yang jadi orang terdekat kakak kalau lihat sikon gini mana bisa diam. Mama papanya Bang Leo juga gimana tindakannya, full nge jaga Lala." Sergah Jordi yang duduk di samping Elena. Elena hanya diam saja. Ia tida
Elena merasa kesusahan ketika harus berjalan cukup jauh menuju ke kelas yang ia tuju. Karena perutnya besar dengan dua jabang bayi yang ada di perutnya. Tak lupa ia selalu membalas sapaan para mahasiswanya yang menyapanya. "Sudah siap kuliah di pertemuan terakhir ini?" Tanya Elena ketika sudag sampai di kelas."Gak siap bu. Soalnya setelah ini Bu Elena resign jadi dosen." Sahut salah satu mahasiswa cantik yang duduk paling depan.Semua orang langsung riuh. Mereka langsung memperlihatkan wajah sedihnya karena akan jarang bertemu dengan Elena. Elena sebenarnya berat, tapi tetap saja ia harus menuruti permintaan Leonardo. Apalagi saat ini dengan adanya teror yang datang menimpa ke keluarganya membuat Elena juga harus menjaga diri. "Oh ayolah, nggak usah sedih gitu. Kalian lo kalau mau datang ke rumah saya. Juga bisa kok. Nanti kita nge grill bareng, pesta bbg di taman belakang juga bisa. Semua dosen disini sama aja kok. Nggak ada bedanya. Kalian harus memaafkan saya kalau ini minggu-mi
Leonardo tengah mengajak semua orang berkumpul di ruang tamu. Ada juga Jordi dan Hans yang siap membantu. Daniel yang sudah lama tidak bertemu dengan Leonardo, malam itu yang dia rencananya datang untuk berkunjung. Kini malah mengetahui kabar tidak enak yang menimpa Leonardo dan Elena."Sumpah kok ngeri sih Le, teror ini." Tutur Daniel ketika ia sudah tahu semua cerita."Mangkanya itu Niel. Gak tahu juga harus gimana. Sementara Lala sama bokap nyokap gue juga. Kalau disini takutnya sakitnya kambuh gue gak mau itu. Gerbang rumah udah di tutup Jang?" Tanya Leo ke satpamnya."Sudah pak. Ada Adit sama Parjo yang sekarang gantian jaga. Pak dari teror kemarin, saya sempet lihat plat mobil yang dipakai mereka juga pak. Tapi semoga juga tidak salah. Bapak juga bisa memeriksa di cctv, kelihatan apa enggak platnya." Saran Ujang.Daniel langsung merogoh ponselnya yang ada di saku bajunya. Ia memang menyambungkan semua saluran cctv di rumahnya lewat handphone dan laptop kerjanya. Elena sendiri ti