Sejak, kedatangan orang tua Dareen ke kediamannya. Pikirannya, terlihat sangat kalut karena Amanda. Amanda akan meninggalkannya, di saat waktunya sudah tepat. Ketika sudah melahirkan anak yang Dareen inginkan. Amanda, akan menepati janjinya untuk meninggalkan Dareen beserta anak yang ia kandung.
“Amanda, apa lo serius dengan perkataan lo tadi?”tanya Dareen. Amanda dan Dareen kini tengah berada di sebuah taman belakang rumah Dareen. Tempat itu adalah tempat favorit Amanda sejak ia berada di rumah itu. Taman belakang rumah Dareen terlihat banyak semilir angin, seakan Amanda masih seperti ada di kampungnya.
Pertanyaan yang di lontarkan Dareen pada Amanda, membuat Amanda yang tengah menikmati semilir angin, terlihat sangat terkejut dan menatap ke arah Dareen. Amanda, enggak pernah Main-Main dengan perkataannya. Karena, sedari awal ia tidak mencintai Dareen. Ia hanya bertanggung jawab dengan hutang yang melilit orang tuanya. Setelah ia rasa cukup, Amanda akan pe
Anjani pagi-pagi sekali sudah pergi ke dokter di mana ia akan melakukan pengecekan mingguan. Anjani, check up untuk kesehatannya terutama pada bagian rahimnya. Entah mengapa, Anjani masih tetap berharap kelak ia akan bisa memiliki buah hati dari rahimnya. Walaupun itu sulit. Tapi keyakinannya, mampu mengalahkan semua takdir akan dirinya. Apabila Tuhan sudah berkehendak, manusia pun tak akan mampu melawannya.Amanda, yang sudah menaruh curiga sedari beberapa hari setelah ia menjadi istrinya Dareen. Ia, mencoba mengikuti ke mana Anjani akan pergi. Anjani, pergi tidak seperti biasanya. Ia pergi dengan tergesa-gesa, tentu saja bukan karena terlambat syuting stripingnya, bukan? Ada apa dengan Anjani? Mau ke mana dia? Tanya Amanda“Dareen, aku akan pergi syuting!” Elak Anjani pada DareenTatapan sengit Dareen hanya mamapu menatapnya tanpa mau tahu ke mana sang istri akan pergi? Ketika Anjani mengatakan kalau ia akan pergi syuting berarti itu benar adanya,
Perasaan limbung Amanda kini menyeruak, ada apa dengan Anjani? Pertanyaan itu yang muncul di dalam benak Amanda sebagai sesama wanita. Seharusnya, Anjani bisa lebih terbuka dengan Amanda tapi Anjani memilih bungkam dari pada harus berterus terang padanya. Mungkin Anjani, masih belum siap menceritakannya pada Amanda. Bagi Anjani, Amanda adalah sosok musuh berbulu domba yang harus di jauhi. Bahkan, sebaliknya Amanda adalah wanita yang sangat baik hatinya dan masih memikirkan perasaan Anjani sebagai istri SAH-nya Dareen.Amanda, kini berjalan gontai sendirian setelah keluar dari rumah sakit tempat di mana ia tengah mengikuti Anjani. Amanda, masih saja memikirkan nasib Anjani di kemudian harinya. Anjani, kalau saja diri lo masih berbaik sangka pada gue. Gue pasti akan lebih welcome dari pada ini. Maafin gue! Cecarnya dengan penuh penyesalan yang sangat mendalam.Di dalam perjalanannya di sebuah taman, tubuh Amanda limbung dan pandangan terasa sangat gelap. Seperti tak ada
Berita kehamilan Amanda kini sudah terdengar di telinga Dareen, betapa bahagianya pria yang sudah menyematkan sebuah benih di rahim Amanda. Dareen, yang sangat bahagia mendengar berita tersebut, lupa kalau waktu itu akan semakin dekat untuk Amanda berpisah dengannya. Itu semua sesuai permintaan Amanda, bukan permintaannya sebagai pria yang kini tengah berbahagia. Jangan ganggu kebahagiaannya, ini merupakan keinginannya yang belum tercapai setelah berumah tangga dengan Anjani.“Terima kasih Tuhan, akhirnya kebahagiaan itu hadir juga untuk gue,” ucap Dareen sambil mengusap kedua telapak tangannya ke arah wajahnyaDareen, menuju rumah sakit karena pihak rumah sakit yang memberitahukannya untuk menjemput sang istri yang kini tengah berbadan dua. Tentu saja, Dareen sangat bahagia mendengar kabar yang menurutnya sangat penting itu.“..Manda,” ucap Dareen terhadap Amanda yang wajahnya terlihat sangat bahagia karena rona merah hadir di kedua pipi
Hari ini adalah kepulangan Amanda setelah dirinya di rawat, badannya terlihat sangat lemah meski sudah dua botol infus masuk ke tubuhnya. Seperti ibu hamil kebanyakan, sulit untuk menerima makanan yang masuk ke tubuhnya. Amanda mengalami morning sickness dan sakit kepala yang sangat parah, hingga tubuhnya tak mampu untuk menopang.Amanda saat ini terlihat sangat suka rebahan di bandingkan bekerja seperti biasanya. Ia masih tidur di kamar kecil miliknya, itu permintaan Amanda sendiri. Ia tak ingin mengambil yang bukan miliknya seperti kamar besar dan lengkap yang sudah di tinggali bertahun-tahun oleh Anjani. Baginya, Anjani mau menerimanya saja sudah bagus sekali. Meski, awalnya Anjani tak menerima kehadirannya, ia menganggap kalau Amanda adalah musuh terbesarnya yang dengan siap untuk menerkamnya.Manda, sebaiknya lo pindah ke kamar gue dan Anjani? Kamar ini enggak baik untuk kesehatan lo dan calon anak kita.“Gue enggak kenapa-kenapa koq kalau berada di k
Perasaan marah yang semakin menyeruak membuat Anjani semakin membenci Amanda. Apalagi, Anjani telah mendengar kalau Amanda tengah mengandung buah hati dari sang suami, Dareen. Anjani, semakin sering menyalahkan dirinya yang hingga saat ini belum juga tengah mengandung buah hati dari pernikahan mereka yang sudah lima tahun lamanya.“Hah..hati gue hancur,” ungkap Anjani dengan air mata yang membasahi pipinya. Siapa yang harus gue salahkan? Semua ini karena Amanda, yah karenanya kebahagiaan gue hancur. Anjani tak mampu mengintrospeksi kesalahannya. Yang ia tahu, semua ini karena Amanda wanita yang sudah mengambil semuanya dari dirinya.Suara teriakan Anjani terdengar hingga ke lantai bawah. Dareen, yang tadinya hanya bersikap seolah tak mau tahu dengan Anjani. Tapi, kini ia memberanikan dirinya datang ke kamar yang dulunya mereka tinggali bersama.“Ada apa dengan lo, Anjani? Apa enggak bisa lo bersikap tenang. Amanda, harus banyak istirahat. Gue m
”Anjani..” panggil seorang wanita yang kini terlihat sangat lemah. Ya, di sini lah kehamilan Amanda di uji. Amanda memasuki masa transisi mual karena mengandung buah hati yang selama ini sangat di inginkan Dareen.Cih..Anjani sama sekali tak menoleh ke arah Amanda. Bagi Anjani, ia tak akan berdamai lagi dengan wanita yang sudah menghancurkan mimpi dan rumah tangganya dengan Dareen. Anjani, kini kembali berubah seperti pertama di saat Dareen membawa Amanda ke rumah Dareen.”Jangan pernah lo berharap kalau gue akan baik dan luluh dengan lo karena lo sudah bersedia mengandung buah hati dari pria yang sangat gue cintai,” cecar Anjani seolah seperti menghardik Amanda.”Apa salah gue, Anjani?” Tanya Amanda yang kini berjalan ke arah Anjani dengan sangat hati-hati dan tak berdaya”Jangan sok baik, bagaimana pun gue akan membenci lo walau lo berbuat baik dengan gue. Bagi gue, kebaikan lo itu hanya kepalsuan belaka
Cepat, kemudikan mobil ini, Ayuri. Kasihan anak kecil ini, dia sudah meronta kesakitan Ayuri. Dengan mengemudikan mobil kecepatan tinggi, sesuai yang di perintahkah Anjani. Ayuri, tak berpikir panjang lagi. Ia gugup, takut dan juga kalut! Yang ia pikirkan saat ini, anak kecil yang ia tabrak tanpa sengaja harus di larikan ke Rumah Sakit mendapatkan perawatan dari petugas medis.“Lambat sekali kamu mengemudikan mobil ini, Ayuri,” omel Anjani yang sedari tadi mulutnya berkomat-kamit tanpa henti. Anjani juga bingung karena ia harus berangkat sesuai yang di jadwalkan pihak Bandara dan juga Maskapai Singa Airlines.“Ayuri, kita berganti saja untuk mengemudikan mobilnya. Biarkan saya yang mengambil alih untuk mengemudi. Jangan bantah perintah saya, Ayuri,” titah Anjani padanya.“Tap-tapi Anjani?” Bantahan demi bantahan di layangkan Ayuri pada Anjani. Tapi Anjani tetaplah dengan keinginannya ingin mengemudikan mobilnya agar mereka sam
Dareen, saat ini tengah menjadi suami siaga untuk Amanda. Ia selalu membantu Amanda ketika Amanda membutuhkan bantuannya. Kehamilan Amanda saat ini sangat berbahaya karena masih memasuki trimester satu. Tubuhnya, kini terkulai sangat lemah dan tak berdaya. Makanan apa pun yang masuk ke tubuhnya akan ia keluarkan. Hingga Dareen berpikir untuk membawanya ke Rumah Sakit.”Gue enggak tega melihat lo seperti ini, Manda. Hati gue sakit,” batin Dareen.Manda terlihat sangat lemah dan ia memilih untuk berbaring. Walau pun tubuhnya lemah tak pernah sedikit pun Amanda mengeluh dengan kehamilannya ini. Ia terlihat bahagia dengan kehamilan ini, meski di pikiran dan benaknya selalu memikirkan Anjani. Wanita yang akan menjadi ibu tunggal untuk anaknya kelak.”Dareen, jangan perlihatkan wajah yang muram ini pada gue. Gue merasa baik-baik saja dan gue adalah wanita yang kuat,” oceh Amanda seolah dirinya baik-baik saja pada hal ia sangat lemah tak berdaya
Selama Anjani berada di Singapura, panggilan telepon dari orang masa lalu Anjani terus saja mengintai dirinya. Apa yang harus Anjani lakukan, ketika Mark selalu menghubunginya kembali. Bagi Anjani, ini adalah berita buruk untuk keutuhan rumah tangganya dengan Dareen. Anjani, tak mau harus berpisah dengan Dareen. Pria yang sudah menyelamatkan kehidupannya dari keterpurukan.Kenapa harus kembali, Mark?? Sedangkan gue tak berharap lagi dengan hubungan kita. Gue hanya berharap kalau rumah tangga gue dengan sang suami berjalan dengan baik.Tapi sekembalinya lo seperti ini, akankah pernikahan gue akan terselamatkan?? Gue sudah sangat berusaha agar gue bisa memiliki keturunan dari pernikahan gue yang hampir karam ini. Kalau lo datang ke kehidupan gue seperti saat ini, bagaimana??”Mrs. Anjani, are you oke??” Tanya sang perawat yang melakukan kontrol pagi hari secara rutin selama Anjani masih menjadi pasien di rumah sakit ini.”I’m Fine, s
Mark adalah pria yang sudah menghancurkan kehidupan Anjani. Mark juga lag yang sudah melakukan perbuatan yang tak semestinya pada Anjani beberapa tahun lalu. Dan Mark juga lah yang berjanji untuk menikahi Anjani, namun pada saat hari pernikahan mereka tiba. Mark pergi meninggalkan Anjani hingga Anjani nyaris mengakhiri hidupnya. Bagi Anjani, Mark adalah pria yang dulunya sangat ia cintai. Pada akhirnya Anjani memberikan kesuciannya pada pria bertubuh kekar berwajah sangat tampan dari Dareen.Dareen, hadir mana kala ia tengah frustasi karena tak mampu memiliki wanita yang ia cintai yaitu Amanda. Amanda adalah wanita yang sudah memiliki kekasih yaitu Hasbi yang mana adalah sahabat Dareen sendiri. Tak berani merebut kekasih sang sahabat, akhirnya Dareen pun mundur dan mencoba menghilang dari kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan.Di sebuah tempat daerah pegunungan, yang mana Dareen dan Anjani di pertemukan dalam suasana yang mereka sungguh sangat menyedihkan. Anjani
Dareen, sudah membaeritahukan tentang pernikahannya dengan Amanda kepada kedua orang tuanya. Amanda tak ingin berita ini terlalu cepat untuk di beritahu. Amanda hanya ingin kalau Anjani lah satu-satunya menantu yang mereka punya. Niat Amanda terhadap pernikahan ini adalah baik untuk membantu keadaan rumah tangga Dareen dan Anjani untuk memiliki buah hati karena kesibukan Anjani sebagai artis. Bagi Anjani, tak ada niatan baik kalau ingin menghancurkan rumah tangganya dengan Dareen.Dareen, masih saja menunggu Amanda di balik pintu kamar kecil milik Amanda. Tak ada kata lelah mana kala dirinya menunggu Amanda keluar dari kamarnya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Amanda masih tetap dengan pendiriannya, untuk tak menemui orang tua Dareen. Ia hanya ingin menjadi orang baik untuk Anjani, wanita yang selalu memusuhinya.”Amanda, ayo lah, keluar. Temui Papa dan Mama gue!! Kasihan mereka menunggu kehadiran lo di tengah-tengah mereka. Mereka hanya ingin mengenal me
”Dareen, Mama dan Papa memutuskan untuk menginap di rumah ini. Ya mungkin 2 sampai 3 hari lah,” ucap Mama santai.‘Hah, apa? Dareen memang melihat kalau orang tuanya itu sudah membawa dua tas koper yang berisi pakaiannya untuk tinggal di kediaman anaknya. Alih-alih ingin menghindar yang ada ketahuan juga pada akhirnya,’ batin DareenWaduh, bagaimana ini? Amanda berkata pada gue kalau ia tak ingin kehamilannya di ketahui oleh Papa dan Mamanya dulu.Dareen, memutar pikirannya agar rencana sesuai yang di inginkan Amanda, padanya. Mana mungkin gue usir Mama dan Papa yang ada gue di coret dari kartu hak waris Papa dan Mama, tuturnya”Dareen, kenapa? Emangnya Papa dan Mama enggak boleh menginap di sini? Emangnya ada apa sih? Mama curiga kamu menyimpan sebuah rahasia, hingga kamu tak mau kalau orang tuamu menginap di sini?”tutup Mama dengan kecurigaan yang hinggap di benak sang Mama”Eng-enggak, Ma!! Siapa bilang?
Setelah pemeriksaan yang Anjani lakukan pada Dr. Chee Jing Jye kemarin. Itu adalah bukti di mana penyakitnya tak main-main. Anjani, di katakan sang dokter masih bisa memiliki buah hati dengan syarat melakukan operasi untuk endometriosisnya. Hal itu adalah kabar yang membahagiakan untuk Anjani. Kini, ia tak akan menyalahkan dirinya lagi karena ia tak dapat memiliki buah hati. Sungguh menyakitkan mana kala wanita lain di sayangi dan di perhatikan dalam masa kehamilannya.Kata-kata di sayang sangat lah memprihatinkan bagi Anjani, ketika semua masa suram tak bertepi hadirnya wanita lain yang kini tengah mengandung buah hati dari sang suami. Sungguh menyakitkan, satu hal yang selalu ia tahan dalam dirinya. Hingga suatu masa membawanya ke Singapura untuk pengobatan tentang apa yang ia alami.”Are you ok Mrs. Anjani,” ucap Dr. Chee Jing Jye”Yes, I am ok, doctor,” tutur Anjani. Ketakutan akan sebuah ruangan yang di mana memakai seragam berwarna
Dareen, saat ini tengah menjadi suami siaga untuk Amanda. Ia selalu membantu Amanda ketika Amanda membutuhkan bantuannya. Kehamilan Amanda saat ini sangat berbahaya karena masih memasuki trimester satu. Tubuhnya, kini terkulai sangat lemah dan tak berdaya. Makanan apa pun yang masuk ke tubuhnya akan ia keluarkan. Hingga Dareen berpikir untuk membawanya ke Rumah Sakit.”Gue enggak tega melihat lo seperti ini, Manda. Hati gue sakit,” batin Dareen.Manda terlihat sangat lemah dan ia memilih untuk berbaring. Walau pun tubuhnya lemah tak pernah sedikit pun Amanda mengeluh dengan kehamilannya ini. Ia terlihat bahagia dengan kehamilan ini, meski di pikiran dan benaknya selalu memikirkan Anjani. Wanita yang akan menjadi ibu tunggal untuk anaknya kelak.”Dareen, jangan perlihatkan wajah yang muram ini pada gue. Gue merasa baik-baik saja dan gue adalah wanita yang kuat,” oceh Amanda seolah dirinya baik-baik saja pada hal ia sangat lemah tak berdaya
Cepat, kemudikan mobil ini, Ayuri. Kasihan anak kecil ini, dia sudah meronta kesakitan Ayuri. Dengan mengemudikan mobil kecepatan tinggi, sesuai yang di perintahkah Anjani. Ayuri, tak berpikir panjang lagi. Ia gugup, takut dan juga kalut! Yang ia pikirkan saat ini, anak kecil yang ia tabrak tanpa sengaja harus di larikan ke Rumah Sakit mendapatkan perawatan dari petugas medis.“Lambat sekali kamu mengemudikan mobil ini, Ayuri,” omel Anjani yang sedari tadi mulutnya berkomat-kamit tanpa henti. Anjani juga bingung karena ia harus berangkat sesuai yang di jadwalkan pihak Bandara dan juga Maskapai Singa Airlines.“Ayuri, kita berganti saja untuk mengemudikan mobilnya. Biarkan saya yang mengambil alih untuk mengemudi. Jangan bantah perintah saya, Ayuri,” titah Anjani padanya.“Tap-tapi Anjani?” Bantahan demi bantahan di layangkan Ayuri pada Anjani. Tapi Anjani tetaplah dengan keinginannya ingin mengemudikan mobilnya agar mereka sam
”Anjani..” panggil seorang wanita yang kini terlihat sangat lemah. Ya, di sini lah kehamilan Amanda di uji. Amanda memasuki masa transisi mual karena mengandung buah hati yang selama ini sangat di inginkan Dareen.Cih..Anjani sama sekali tak menoleh ke arah Amanda. Bagi Anjani, ia tak akan berdamai lagi dengan wanita yang sudah menghancurkan mimpi dan rumah tangganya dengan Dareen. Anjani, kini kembali berubah seperti pertama di saat Dareen membawa Amanda ke rumah Dareen.”Jangan pernah lo berharap kalau gue akan baik dan luluh dengan lo karena lo sudah bersedia mengandung buah hati dari pria yang sangat gue cintai,” cecar Anjani seolah seperti menghardik Amanda.”Apa salah gue, Anjani?” Tanya Amanda yang kini berjalan ke arah Anjani dengan sangat hati-hati dan tak berdaya”Jangan sok baik, bagaimana pun gue akan membenci lo walau lo berbuat baik dengan gue. Bagi gue, kebaikan lo itu hanya kepalsuan belaka
Perasaan marah yang semakin menyeruak membuat Anjani semakin membenci Amanda. Apalagi, Anjani telah mendengar kalau Amanda tengah mengandung buah hati dari sang suami, Dareen. Anjani, semakin sering menyalahkan dirinya yang hingga saat ini belum juga tengah mengandung buah hati dari pernikahan mereka yang sudah lima tahun lamanya.“Hah..hati gue hancur,” ungkap Anjani dengan air mata yang membasahi pipinya. Siapa yang harus gue salahkan? Semua ini karena Amanda, yah karenanya kebahagiaan gue hancur. Anjani tak mampu mengintrospeksi kesalahannya. Yang ia tahu, semua ini karena Amanda wanita yang sudah mengambil semuanya dari dirinya.Suara teriakan Anjani terdengar hingga ke lantai bawah. Dareen, yang tadinya hanya bersikap seolah tak mau tahu dengan Anjani. Tapi, kini ia memberanikan dirinya datang ke kamar yang dulunya mereka tinggali bersama.“Ada apa dengan lo, Anjani? Apa enggak bisa lo bersikap tenang. Amanda, harus banyak istirahat. Gue m