Istri Cacat CEO
Bab 9
Mentari tampak hampir tenggelam di arah barat saat Bram kembali ke unit meninggalkan Via dengan tergesa-gesa.
"Apa yang terjadi?" Via bertanya heran namun Bram sama sekali tidak menjawabnya. Wajah Bram terlihat gusar setelah menjawab panggilan dari seseorang.
Bram melangkah terlebih dahulu dan memasuki lift. Saat Via menyusulnya, pintu lift itu sudah tertutup. Via mematung disana. Ia bingung sekarang. Berada ditempat yang sama sekali tidak diketahuinya. Bodohnya Via, tidak memperhatikan Bram tadi saat memencet tombol. Saat ini dirinya sendirian, bingung dan sama sekali tak tahu apa yang harus dirinya lakukan.
Istri Cacat CEO Bab 10 Pagi yang cerah saat mentari bersinar seperti biasanya dari ufuk timur, membangkitkan kembali jiwa-jiwa yang terlelap di alam mimpi untuk segera berjibaku dengan rutinitas kehidupan mereka. Chiara tengah berada di kantor Sang Ayah. Pak Hadi memberikan laporan tentang keadaan perusahaan yang tengah berada diambang kebangkrutan. "Kita harus secepatnya mendapatkan investor, kalau tidak perusahaan mengalami hal yang buruk." Chiara memijat keningnya. Mengurus perusahaan bukan keahliannya. Selain membutuhkan dana yang besar, perusahaan juga membutuhkan orang yang kuat untuk mengembangkan perusahaan. Selama ini, Pak Hadi yang mengambil alih perusahaa
Istri Cacat CEO Bab 11 Christian baru saja menutup panggilan. Beberapa saat yang lalu, ayahnya mengabarkan bahwa dirinya baru saja datang bersama istri barunya ke Dubai untuk urusan bisnis sekalian berbulan madu dan merayakan pesta disana. 'Haruskan kau merusak pagiku, Dad?' Christian kesal hingga tak sengaja melemparkan ponselnya ke sudut kasur. Pagi-pagi mood-nya sudah turun hanya karena mendengar suara ayahnya. Christian keluar dari kamarnya. Indera penciumannya langsung menghirup aroma harum dari kopi yang sudah terhidang di meja. "Selam
Bab 12Hari yang cerah, saat seorang pemuda tampan menggenggam tangan seorang gadis kecil di sebuah taman yang indah, keduanya tampak bahagia sekali.Mereka saling melirik dan tersenyum penuh dengan kebahagiaan.Pemuda itu mengucapkan sebuah nama dan berikrar suci serta berjanji akan mendampinginya selamanya.Namun tiba-tiba, tempat itu dipenuhi dengan api yang berkobar. Tak lama kemudian, terdengar sebuah dentuman yang keras, sehingga membuat semua orang berhamburan menyelamatkan diri. Gadis itu begitu ketakutan hingga berteriak kesana-kemari memanggil orang-orang yang dia sayangi. Hingga beberapa saat tubuhnya terguncang hebat.Rosaline yang heran langsung mendekat ke arah ranjang. Ia melihat
Bab 13Hari sudah beranjak pagi, saat Via membuka matanya pelan. Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ia berada di ruangan serba putih dengan aroma obat-obatan.Setelah melihat tangannya terpasang infus dan kepalanya yang dibalut perban. Barulah Via mengingat kejadian yang menimpa dirinya.Tak lama kemudian, seorang Suster memasuki ruangan."Anda sudah sadar, Nona?" tanyanya seraya mengecek infusnya. Via mengangguk.Melihat wajah Via yang cacat, Suster itu tidak tahan untuk bertanya."Apa yang menyebabkan wajahmu seperti itu? Kenapa kamu tidak segera mengobatinya?"Seakan tersadar, Via langsung meraba wajah bagian kirinya. Saat ini dia sangat malu kar
Bab 14Jalanan sore ini tidak terlalu ramai, mungkin karena hujan baru saja reda. Kabut tipis menjadi pemandangan yang indah dan menenangkan. Sebuah mobil mewah membawa Via kembali ke Unit Apartemen tempatnya bekerja setelah beberapa hari dirinya dirawat di Rumah Sakit.Suasana Unit sangat sepi, seolah tidak ada penghuninya.Via berpikir Bosnya sedang bekerja, karena ini masih jam kantor.Via memasuki kamarnya lalu teringat pada ponsel yang beberapa hari tidak disentuhnya.Ponsel itu mati. Ketika Via mengaktifkannya, dia tidak menemukan satu panggilan pun dari Chiara, padahal waktu itu dia berkali-kali mendengar panggilan dari wanita bermulut pedas itu.Via menarik napas panjang, lalu berba
Bab 15'Sialan, kemana gadis cacat itu pergi?' Chiara menahan kekesalan di hatinya. Dia tidak bisa menemukan Via dimanapun. Akhirnya ia pergi dengan tergesa sebelum ada orang lain yang mengetahui keberadaannya.Di hotel, Aleandro marah karena tidak menemukan Chiara di sampingnya. Lelaki itu mendengkus kesal dan akan memberi Chiara pelajaran.'Berani-beraninya dia pergi tanpa seijinku!'*****Di kantor saat istirahat tiba. Christian memesan makanan serupa yang Via masakkan di Unit. Christian mencicipi rasanya dengan perlahan. Baru satu suapan, lidahnya langsung menolak makanan itu.Christi
Bab 16Untuk menghilangkan kekesalannya, Christian pergi ke sebuah klub malam, ia menghabiskan waktu dengan meminum minuman beralkohol hingga pagi hampir menjelang. Kemudian pulang bersama para bodyguardnya.Sepanjang jalan mulutnya tidak berhenti mengoceh, bahkan tangannya pun ikut bergerak-gerak memukul ke arah para bodyguard, tapi orang-orang yang menjaganya itu hanya diam saja seperti patung.Christian bangun hampir menjelang sore hari.Ia menghubungi Bram dan memintanya untuk datang ke Unit."Ck, tidak bisakah kau berhenti menggangguku di akhir pekan?" protes Bram dari seberang telepon."Turuti saja perintahku atau kepotong gajimu bulan ini," ancam Christian sambil mematikan panggilan.Mesk
Bab 17"Detektif Andreas!""Oh, Tuan Bram, sedang apa anda di sini?" kening Bram seketika mengernyit heran. Bukankah harusnya dirinyalah yang bertanya. Apa yang sedang dilakukan lelaki berusia akhir tiga puluhan itu di Klinik."Tuan?" Bram tersadar dari lamunan. Kemudian ia tersenyum canggung."Maaf, aku hanya sedang mencari teman." Detektif itu mengangguk dengan sedikit senyum lalu keduanya berpisah. Detektif itu pergi dengan bergegas. Bram langsung kehilangan moodnya untuk mencari Via, lagipula pihak Klinik tidak mengijinkannya menemui pasien manapun. Akhirnya Bram kembali pulang.*****Tu
Bab 64 EndingLima bulan kemudianDi sebuah klub malam, Aleandro duduk ditemani dua orang wanita yang berpenampilan seksi di samping kiri dan kanannya.Nova yang mendapat informasi dari salah satu temannya segera meluncur ke tempat itu demi menyaksikan sendiri apa yang tengah dilakukan oleh kekasihnya yang masih enggan menikahinya tersebut. Padahal sudah tidak ada jurang pemisah yang menghalangi hubungan keduanya.Alangkah terkejutnya Nova saat melihat tangan Aleandro bergerak cepat dibalik baju salah satu wanita itu. Keduanya tampak asyik menikmati buayan satu sama lain. Seakan lupa mereka tengah berada di keramaian."Hentikan! Apa kamu sudah gila Aleandro. Apa yang kamu lakukan dengan pelacur-pelacur sialan ini?
Bab 63Hari itu cuaca begitu mendung dihiasi dengan gerimis kecil yang jatuh dari langit.Prosesi pemakaman Chiara baru saja selesai dilakukan, setelah sebelumnya disemayamkan dulu di rumah duka selama satu malam.Tak banyak para pelayat yang ikut ke pemakaman. Hanya keluarga terdekat dan beberapa relasi juga karyawan Aleandro di kantornya karena memang mereka tidak begitu mengenal Chiara.Satu persatu para pelayat pergi, menyisakan beberapa orang disana. Aleandro yang terus berdampingan dan memperlihatkan kemesraanya dengan Nova, membuat Christian jengah menatap ke arahnya.Mulutnya tidak tahan untuk berkomentar kepada pasangan yang tidak mengerti situasi tersebut. Apalagi saat Nova terus bergelayut manja pada bahu Ale.
Bab 62Julia duduk di dekat tempat tidur Chiara. Tangan kaku yang tidak bergerak itu terasa hangat saat ia menyentuhnya. Julia mulai bercerita banyak hal, tentang apapun kehidupan yang mereka jalani dulu. Kebiasaan baru yang sudah dilakukannya sejak dirinya ikut merawat Chiara. Tentu saja atas saran dokter, agar Chiara segera pulih.Julia kemudian menceritakan beberapa hal yang membuat Chiara dan ibunya membencinya di masa lalu. Julia menjelaskan dengan hati-hati tanpa berniat menyudutkan Chiara maupun ibunya.Tanpa menyinggung atau menyudutkan Chiara sendiri.Menurut dokter, Chiara tetap bisa mendengar meski bagian tubuhnya tidak bisa digerakkan. Intinya, apapun yang orang lain bicarakan, Chiara mampu menangkapnya dengan baik. Terbukti saat Julia menjelaskan dengan perl
Bab 61Christian sudah diizinkan untuk pulang dari rumah sakit, dan selama tiga hari Via merawatnya dengan baik dan terus memperhatikan kesehatannya.Hubungan keduanya tampak selalu mesra dan dipenuhi dengan kebahagiaan.Via juga melayani Christian setiap saat dan memberikan makanan-makanan sehat agar suaminya semakin betah berada di rumah.Keduanya menghabiskan waktu tanpa ada yang mengganggu. Meski sesekali Bram datang untuk membawa dokumen pekerjaan.Siang itu, ada sebuah panggilan masuk ke ponsel Via dari nomor tidak dikenal. Setelah menimbang beberapa saat akhirnya ia mengangkat panggilan tersebut yang ternyata dari Paul-asistennya Chiara."Maaf, Nyonya, saya hanya ingi
Bab 60Bram baru saja keluar dari kantin tempatnya meminum secangkir kopi. Setelah sudah hampir satu jam ia duduk di sana sendirian.Ketika rasa bosan mulai menggelayutinya, diapun berniat kembali ke lantai di atas untuk menjenguk bosnya, Christian.Sebenarnya, tadi dia sempat ke sana tapi karena melihat Christian sedang istirahat bersama istrinya, maka mau tak mau Bram pun mengurungkan niatnya dan lebih memilih untuk duduk di kantin rumah sakit.Saat berjalan di lorong rumah sakit, tidak sengaja matanya melihat Nova berjalan dengan wajah ditekuk, bahkan beberapa kali terlihat wanita itu menghembuskan nafasnya dengan kasar seperti tengah memendam sebuah kekesalan.Bram pun bergegas mendekati Nova sekadar untuk menyapanya.
Bab 59Chiara melangkah dengan raut wajah kesal. Keinginannya untuk bersama dengan Christian untuk sesaat terpaksa gagal karena Via selalu ada di dekatnya.Dia memasuki lift diikuti Paul dan dua orang pengawalnya. Dengan cekatan, Paul menekan tombol dua lantai dari yang kini mereka pijaki membuat Chiara mengernyit heran."Hei, bukankah seharusnya kita ke lantai bawah, Paul?" tanya Chiara bingung."Sebaiknya kita melihat keadaan Tuan Aleandro, Nyonya," Paul menjawab tanpa mengurangi rasa hormatnya."Haruskah aku repot-repot menjenguknya?" tanya Chiara dengan malas. Rasa sakit di punggungnya bahkan masih terasa, kenapa dia malah harus melihat lelaki pendosa itu.Paul menghela nafas lelah. Padahal dirinya
Bab 58Chiara tengah berbaring menyamping di tempat tidurnya, ketika Paul berjalan tergesa menuju ke ruangannya, bahkan lelaki itu tidak mengetuk pintu terlebih dahulu.Chiara yang merasa terganggu tentu saja marah akan ulah Paul tersebut."Apa kau tidak punya sopan santun, Paul, hingga kau masuk seenaknya ke kamarku?" hardiknya sinis.Mendapat perkataan seperti itu, Paul menjadi salah tingkah, kemudian ia tersadar akan tujuannya mendatangi majikannya."Maafkan aku, Nyonya, aku membawa berita untuk Anda."Chiara pun duduk dan membenarkan posisi tubuhnya. Rasa sakit akibat ulah Aleandro membuatnya tertidur sepanjang hari.Chiara mengernyitkan k
Bab 57Malam masih panjang saat Chiara meraung dan menangis menahan rasa sakit di punggungnya. Semua itu karena ulah Aleandro, lelaki yang menikahinya tanpa memberi pilihan kedua. Lelaki sialan, yang selalu bertindak kejam tanpa perasaan.Rasa perih dengan warna kemerahan tampak jelas menghias di punggungnya. Tapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Chiara merasakan rasa sakit yang lebih dalam."Lakukan dengan hati-hati bodoh," umpatnya pada pelayan yang kini tengah mengoleskan krim pereda nyeri."Maafkan aku, Nyonya." Pelayan itu berkata dengan ketakutan menghadapi Chiara yang selalu berlaku kasar.Dari arah pintu, Paul datang dengan seseorang di belakangnya."Nyonya, adik Anda Tuan Nathan
Bab 56Maaf yang selalu menunggu bab ini updatenya telat dan nggak teratur. Mohon mengerti author sedang dalam keadaan down. Istri Cacat CEO masih terus berlanjut dan insha allah coming soon novel baru dengan judul "Sekeping Hati Untuknya" yang menceritakan tentang suami yang menikah lagi dengan wanita muda. Novelnya bisa kamu baca di app ini atau app lainnya dengan nama author yang sama yaitu Bun Say.Happy reading!Ruangan yang besar dan mewah bernuansa putih abu itu seharusnya membuat nyaman si pemilik yang menghuni di dalamnya. Tapi kenyataannya tidak begitu. Via yang hanya sendiri disana mondar-mandir tidak jelas. Pikirannya saat ini tertuju pada Christian seorang. Saat ini sudah hampir satu jam dirinya menunggu Christ datang, tapi suaminya yang menikahinya sejak remaja itu entah kenapa tak juga kunjung tiba. Dan itu membuat Via semakin gelisah.Terin