FirasatAku menepuk nepuk punggung Bintang, lembut, mengantarkannya pada tidur nyamannya. Aku bersama anak anakku, namun entah kenapa pikiran ini begitu tidak tenang, aku memikirkan mas Hanung. Apa yang sedang dia lakukan? apa jam segini rapat sudah selesai? apa dia istirahat dengan nyaman? apa dia makan dengan baik? aku memikirkan mas Hanung, entah khawatir atau rindu. Sudah lama sekali mas Hanung tidak pernah meeting di luar kota, seingatku itu terjadi lima tahun yang lalu, sewaktu pergantian direksi, itupun dia diperbolehkan membawa keluarga, hanya saja saat itu aku baru memiliki Adam, dia belum genap satu tahun.Aku melihat Bintang dan Adam sudah tertidur dengan pulas. Aku segera mengendap endap keluar, ada yang harus aku lakukan.Aku duduk di ruang tamu, memandangi ponsel, tidak ada panggilan tak terjawab atau pesan yang masuk, sejak tadi pagi.Aku menghela nafas panjang, apa mas Hanung sesibuk itu? Aku mencari nomor Bram, lalu menghubunginya."Bram, kamu di rumah?" tanyaku se
Tubuh Indah Bergairah“Wah, mata panda ini muncul,” gumamku ketika melihat penampilanku di depan cermin ruang tengah.“Pasti gara gara aku menangis terlalu lama, seharusnya tidak boleh seperti itu. Menangis harus memiliki alasan, harus ada penyebabnya, sedangkan aku menangis hanya karna sebuah perasaan yang tidak aku mengerti,” gumamku.Aku melihat tubuhku sudah hampir kembali seperti semula, turun enam kilogram dalam dua bulan. Ini cukup bagus, mungkin karena metabolisme tubuhku cukup bagus. Wajahku juga sudah tidak terlalu kusam seperti dulu, namun tetap butuh perawatan rutin.“Apa mas Hanung tidak melihat perubahan ini? atau karna daster ini, jadi lekuk tubuhku tidak terlihat?” ucapku seraya menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri, lalu memutar, sedikit bergoyang.“Biasanya dia akan tahu perubahan sekecil apapun dalam diriku, laki laki metroseksual yang selalu memperhatikan penampilan, dia tidak akan mengabaikan perubahan diriku seperti ini,” ucapku.Aku hanya menghela nafas panjan
Merencanakan SemuanyaAku, bu RT dan ketiga anak anak duduk di sebuah ruangan, restoran mahal yang sedang viral akhir akhir ini.“Bu RT, apa benar kita akan makan di sini? saya dengar harus antri sangat lama, tapi bu RT langsung mendapat tempat,” tanyaku seraya berbisik.“Saya mendapat giveaway yang diadakan pas acara pembukaan, datang bersama keluarga,” ucap bu RT.“Wah, tapi bu RT malah memakainya untuk kita,” ucapku.“Tidak apa apa bu Hesti, suami saya sudah pernah datang ke sini bersama teman kantornya,” ucap bu RT.“Benarkah?” tanyaku.“Iya,” ucap bu RT yakin.“Bu RT tidak apa apa?” tanyaku menelisik.“Ya, tidak apa apa bu, suami saya juga butuh waktu bersama teman temannya, walaupun dia lebih suka di rumah,” ucap bu RT seraya tersenyum.Aku melihat sisi bijaksana yang luar biasa dari bu RT, dia sungguh sangat berjiwa besar, hatinya tulus dan tahu bagaimana cara menjadi seorang istri untuk suami.“Wah, hot pot kita sudah sampai, sepertinya enak,” ucap bu RT yang melihat makanan
Bukti SelanjutnyaAku membuka gerbang untuk mas Hanung. Di depan rumahnya, bu Wahyu terlihat mengamatiku, dengan wajah sengit, aku mengulaskan senyum, lalu dia masuk ke dalam rumahnya.“Mas,” sapaku setelah mas Hanung turun dari mobil. Aku segera meraih tangannya, menciumnya, lalu membantunya mengambil barang barang.“Meetingnya sampai lama ya?” tanyaku.“I-iya, sore baru selesai,” ucap mas Hanung.“Jalan Bogor macet ya?” tanyaku.“I-iya, taulah weekend, ya sudah aku mau mandi dulu,” ucap mas Hanung yang segera masuk ke dalam rumah.“Bogor? bukankah dia meeting di Bandung?” bisikku dalam hati.“Apa dia lelah, sampe lupa,” ucapku lagi seraya mengambil barang barang mas Hanung dari dalam mobil.Di dalam rumah mas Hanung terlihat menghempaskan tubuh lelahnya ke kursi sofa.“Aku sudah menyiapkan air panas mas,” ucapku.“Ya, terima kasih,” ucap mas Hanung.“Mandilah, setelah itu makan, aku membuat makanan kesukaanmu,” ucapku.“Aku sudah makan, aku hanya ingin mandi lalu tidur,” ucap mas Ha
Menemukan Nama Itu“Halo, selamat siang, saya dari kantor ekspedisi,” ucapku ketika telephone tersambung.“Di tempat kami ada paket yang ditujukan untuk ibu Angela dari divisi keuangan PT White Skin. Saya minta tolong untuk diinformasikan mengenai nomor telephone ibu Angela, karena kebetulan ada masalah dengan paket beliau dan pengirim tidak mencantumkan nomor telephone penerima yang bisa kamu hubungi,” ucapku.“Baiklah, kami ucapkan terimakasih,” ucapku yang kemudian menutup panggilan telepon itu.“Bagaimana? dapat?” tanya bu RT.“Iya bu dapat, nomor telephonenya 081326888***,” ucapku.“Wah, daya ingat bu Hesti bagus sekali,” ucap bu RT.“Ah, hanya satu nomor bu,” ucapku.“You did very well,” ucap bu RT terdengar mantap dan yakin.“Baiklah, akan segera saya kirimkan kepada teman saya,” ucap bu RT.Siang ini aku dan Bintang ada di rumah bu RT, untuk menyelesaikan misi kami, menuntaskan rasa curiga yang ada di dalam hatiku.“Wah, bu Hesti ini cocok sekali jadi artis, bisa banget akting
Pertemuan Tak TerdugaAku menonton televisi, menemani Adam dan Bintang menyaksikan acara kesukaan mereka. Aku melihat animasi animasi bertingkah polah, namun pikiranku tidak ada di sana. Aku memikirkan nama itu, Tania, ya Tania. Apa mungkin mas Hanung memiliki hubungan dengan Tania.Aku memikirkan hal itu, hingga pikiranku tidak lagi fokus pada televisi, juga anak anak.“Mah,” ucap Adam. Aku terdiam, tidak mendengar suaranya dengan jelas.“Mamah,” ucap Adam lebih kencang.“Ah, iya Adam,” ucapku setelah tersadar dari lamunan.“Ada orang,” ucap Adam yang menunjuk ke arah luar.“Orang?” tanyaku seraya menoleh ke arah luar.“Assalamualaikum,” teriak orang itu.“Wa-waalaikumsalam,” ucapku.“Adam, tolong jaga adek Bintang ya, mamah ke depan sebentar,” ucapku.“Iya mah, jangan lama lama,” ucap Adam.Aku segera menuju ke arah depan, melihat seseorang yang mengucapkan salam itu.“E-Evan,” ucapku setelah mendapati Evanlah yang ada di luar pagar.“Hesti, aku baru pulang dari Bali dan membawa ole
Tidak Dapat Berkutik“Evan,” bisik mas Hanung.“Selamat malam,” ucap Evan yang kemudian mengulurkan tangan pada mas Hanung. Tangan itu kemudian diterima mas Hanung, terlihat sedikit bergetar, namun berusaha disembunyikan.“Karena mas Hanung sudah pulang, silahkan, kalian bisa mengobrol, aku permisi dulu untuk menidurkan anak anak,” ucapku yang kemudian segera meraih tangan Adam.Dari wajahnya, mas Hanung terlihat jelas ingin melontarkan pertanyaan, namun melihatku buru buru masuk, dia mengurungkan niat untuk mengutarakan pertanyaan padaku.Aku sengaja membiarkan mereka mengobrol, aku juga tidak ingin ada kesalahpahaman, walaupun sudah lama berlalu, Evan tetaplah mantan kekasihku, sedangkan mas Hanung adalah suamiku, ayah dari anak anakku.***“Bagaimana kabarmu?” tanya Evan.“Ba-baik, untuk apa kamu datang?” tanya Hanung.“Berkunjung,” ucap Evan singkat.“Oh iya, mungkin Hesti belum menceritakannya. Aku membuka Firma hukum di perumahan depan,” ucap Evan.“Oh jadi dia yang membuka firm
Kekhawatiran Hanung“Apa dia benar benar mengancamku?” ucap Hanung di dalam kamar mandi seraya membasahi tubuhnya dengan air yang keluar dari shower mandi.“Jangan jangan dia memiliki rencana, karena itu dia tidak memberitahu Hesti tentang apa yang sebenarnya terjadi,” gumam Hanung.“Aku harus pastikan Hesti tidak akan tahu,” ucapnya lagi.“Sial, kenapa jadi begini,” ucap Hanung yang kemudian menggosok rambutnya dengan shampo, menggosoknya dengan keras seolah menyalurkan amarahnya.“Harusnya Hesti sadar diri, jika dia bisa menjaga tubuhnya, melayani suami dengan baik, aku tidak mungkin sejauh ini dengan Tania,” ucapnya kesal.“Tapi aku juga tidak mau jika Hesti dimiliki orang lain, dia ibu yang baik,” ucap Hanung lagi, beberapa saat dia menghentikan gerakan tangannya.“Apa yang dia suka dari Hesti, Hesti hanya ibu rumah tangga dengan dua anak, tidak ada yang menarik,” ucap Hanung kesal.“Kenapa juga dia harus datang ke dalam kehidupanku lagi, padahal sudah delapan tahun, harusnya dia
Akhir Kisah Istri pak Jeff terlihat menghela nafas panjang. “Pak Hanung, asal kamu tahu, Tania adalah perusak rumah tangga saya sejak lama, sangat lama. Saya hanya diam, demi menjaga hubungan saya dengan suami. Namun saya tahu betul apa yang sudah mereka lakukan. Mereka mengkhianati saya dan Tania mendapat semua hal dari suami saya, salah satunya apartemen yang sekarang pak Hanung tempati,” ucap istri pak Jeff. “Apa?” ucap Hanung kaget. “Bahkan demi menutupi kebusukan mereka, Tania rela menikah dengan pria baik baik, memanfaatkannya untuk menutupi skandal mereka,” ucap istri pak Jeff. “Tuhan Maha Baik, akhirnya suami saya sadar, walaupun membutuhkan waktu lama. Saya rasa Tania sudah punya sasaran lain, pak Hanung dan pak Hanung bahkan rela meninggalkan anak dan istri demi wanita itu,” ucap istri pak Jeff. “Seharusnya pak Hanung tidak melakukan itu, kenapa menukar ham berharga dengan sesuatu yang sudah using, bahkan mungkin tidak ada harganya lagi karena sudah pernah dimiliki bany
Membuka TabirHesti mengompres wajah Evan yang memar, akibat hantaman bogem mentah Hanung, mantan suaminyanya.“Au,” teriak kecil Evan.“Sakit?” tanya Hesti.“Ya, tentu saja, tapi rasanya tidak lagi sakit karena kamu mengurusku,” ucap Evan.“Kamu ini,” ucap Hesti seraya menyentuh luka Evan.“Au sakit, serius,” ucap Evan.“Oh maaf maaf,” ucap Hesti.“Aku tidak menyangka mas Hanung jadi senekat itu mas, padahal dia dulu tidak pernah memukul orang, aku tidak mengerti,” ucap Hesti.“Mungkin dia depresi dengan semua masalahnya, juga fakta bahwa dia tidak bisa mengambil anaknya,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja mas. Aku juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anak bukan barang, dia boleh menemui putranya tapi tidak untuk mengambilnya bersamanya,” ucap Hesti.“Ya, akupun tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” ucap Evan.“Sebenarnya ada ucapannya yang aku amini,” lanjut Evan.“Apa itu?” tanya Hesti.“Memiliki anak denganmu,” ucap Evan.Hesti terdiam, dia melihat kearah Evan dengan pandangan
Muslihat TaniaTania terlihat menemui mantan direktur Jeff, di sebuah kafe. Mereka sudah merencanakan pertemuan ini.“Untuk apa kamu ingin menemuiku?” Tanya direktur Jeff yang menemui Tania di sebuah kafe.“Saya minta pak Jeff mencabut laporan apapun,” ucap Tania. Mendengar hal itu, pak Jeff terlihat menyeringai.“Apa yang kamu katakan? Apa saya tidak salah?” Tanya pak Jeff.“Ya, saya tahu, pak Jeff sudah melewati banyak hal, tapi sebaiknya pak Jeff menghentikan semuanya sebelum kegaduhan yang lain terjadi,” ucap Tania sedikit dengan nada ancaman.“Kamu tahu, karena ulahmu saya harus melewati banyak hal, memalukan. Polisi sedang memburu orang yang menyebarkan video itu, bersiaplah,” ucap pak Jeff.“Apa? Bersiap?” ucap Tania yang kemudian tertawa.Tania terlihat mengambil sebuah penyimpan data dari tasnya, lalu meletakkannya di atas meja.“Bapak tahu ini apa? Jujur saja, selain bersama saya, saya tahu bapak bersama dengan orang lain. Ini video bapak bersama beberapa orang, ada di banya
Luluh Dengan Rayuan“Aku mencintaimu mas, amat sangat mencintaimu. AKu bahkan rela menahan semua perasaan demi menunggumu lepas dari semua masalah yang sedang kamu hadapi. Aku harap kamu tidak melupakan itu mas. Semua yang kamu katakana adalah masa lalu, aku minta maaf,” ucap Tania dengan wajah memelas.“Tapi, tapi kamu benar benar keterlaluan,” ucap Hanung.“Maafkan aku mas, mungkin dulu aku pernah berada di jalan yang salah, aku sungguh sungguh minta maaf,” ucap Tania.“ Aku sungguh sungguh mas, aku sangat mencintaimu. Saat ini kamu adalah segalanya, segalanya,” ucap Tania yang terlihat mulai berlutut di depan Hanung.Hanung kaget, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia melihat keseriusan di wajah Tania, hatinya luluh, karena sejujurnya dia pun begitu mencintai Tania.“Apa kamu sungguh sungguh?” tanya Hanung.“Tentu saja, aku sangat sungguh sungguh, aku mencintaimu mas, bahkan aku menerimamu dengan segala hal yang ada pada dirimu. Bahkan walaupun kamu adalah mantan narapida
Dua Laki-LakiEvan duduk di sebuah sofa, sofa empuk di ruangan presdir Ivanka.“Kenapa tidak menghubungiku dulu? Aku bisa menyiapkan makan siang,” ucap Ivanka seraya menyuguhkan sebotol air mineral dingin.“Itu tidak akan menjadi kejutan, aku hanya ingin mengunjungimu,” ucap Evan.“Benarkah?” tanya Ivanka.“Tidak ada alasan lain?” lanjut Ivanka yang kemudian duduk di sebelah Evan.“Hmmm, sebenarnya aku ingin bertemu dengan Hanung. Aku dengar dia sudah mulai bekerja hari ini,” ucap Hanung.“Ya, begitulah,” ucap Ivanka.“Kamu benar benar berjiwa besar, kamu masih bisa menerimanya,” ucap Evan.“Citra perusahaan ini akan jatuh jika aku memecatnya. Ya, memang aka nada yang menghujat, tidak setuju dengan keputusanku, namun akan lebih banyak yang memahami. Ini semua juga demi nama baik Hesti,” ucap Ivanka.“Baiklah, aku mengerti, aku akan menemuinya, ada hal yang harus aku bicarakan,” ucap Evan.“Aku akan memintanya ke sini, anggaplah kantormu sendiri,” ucap Ivanka.“Baiklah,” ucap Evan sera
Berita BurukHesti berdiri dari posisi duduknya, menatap Hanung dengan pandangan tajam, menusuk, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Apa maksudmu mas? Iya, aku memang sekali lagi berusaha untuk melupakan semuanya, memaafkanmu sebagai ayah dari anak anakku, tapi apa maksudmu dengan mengambil satu anak?” ucap Hesti.“Ya, kamu bisa merawat anakmu, bukan dengan cara mengambilnya dariku. Aku ibunya, mereka masih kecil, masih butuh kasih sayang ibunya, perawatan ibunya,” ucap Hesti.“Ya, aku tahu, tapi setelah peristiwa kemarin, aku jadi sadar, aku harus menjadi ayah yang baik,” ucap Hanung yang juga berdiri.“Bukan begitu caranya mas, kira rawat anak anak bersama, kamu tetap akan menjadi ayahnya, namun aku akan merawat mereka, aku tidak akan membiarkanmu mengambil mereka mas,” ucap Hesti dengan mata yang mulai berair.“Aku tetap akan mengambil mereka, entah Adam atau Bintang. Tania sudah setuju, dia akan berusaha menjadi ibu sambung yang baik,” ucap Hanung.“Mas, dengarka
Cinta Tetaplah CintaBram terlihat kembali masuk ke dalam kantor Ivanka, dengan membawa kotak makanan berisi nasi putih yang dibelinya dari kantin.“Ini dia, ayo kita makan,” ucap Bram antusias.“Kamu lama tinggal di luar negeri tapi tetap saja tidak bisa makan tanpa nasi,” ucap Bram seraya tersenyum.“Ya, itu benar sekali,” ucap Ivanka.“Apalagi makanan seperti ini, tidak lengkap tanpa nasi,” lanjut Ivanka.Mereka berdua terlihat menikmati makanannya, dari wajah mereka tergambar jelas ekspresi bahagia, mereka benar benar menyukai masakan Hesti.“Enak sekali, dia memang tidak pernah gagal,” gumam Ivanka.“Oh iya Bram, kamu tahu, aku tidak bisa memasak,” ucap Ivanka.“Tidak apa apa, masih banyak restoran yang buka,” ucap Bram santai seraya tetap menikmati makanannya.“Aku juga tidak pandai membersihkan rumah, melakukan pekerjaan rumah dan sejenisnya,” ucap Ivanka.“Tidak masalah, sekarang jasa pembersih rumah sudah sangat banyak tersedia,” ucap Bram masih dengan santainya.“Akku juga,
Mereka Masih Tetap BersamaHanung menemui bu Ivanka di kantornya.“Bu Ivanka, saya mohon beri saya kesempatan. Saya akan bekerja dengan sebaik baiknya, saya tidak akan membuat perusahaan malu, saya berjanji,” ucap Hanung dengan sangat serius.Ivanka hanya menatap Hanung seraya mengulaskan senyum.“Benarkah?” Tanya Ivanka.“Ya, berikan saya kesempatan, saya akan bekerja sebaik mungkin,” ucap Hanung dengan nada memohon.“Saya tahu, pak Hanung mungkin tidak bersalah, tapi, apa pak Hanung yakin akan bekerja dengan baik? Apalagi pak Hanung sepertinya tidak bisa membedakan antara pekerjaan dan urusan pribadi,” ucap Ivanka.“Tidak, bu Ivanka salah dalam menilai saya, saya sangat professional,” ucap Hanung.“Benarkah? Pak Hanung tidak apa apa bekerja di perusahaan milik adik ipar mantan istri pak Hanung?” Tanya Ivanka seraya memusatkan sorot mata pada lawan bicaranya.“Mak-maksud bu Ivanka?” Tanya Hanung.“Pak Hanung tidak lupa bukan bahwa saya adalah adik dari laki laki yang akan menikah den
Keluarga Yang Luar BiasaEvan, Hesti dan kedua anaknya turun dari mobil, tepat di depan rumah mewah milik keluarga Hartawan.“Ini rumah uncle Evan?” Tanya Adam pada Evan yang berdiri di sampingnya.“Iya, Adam, kita akan bertemu dengan orang tua uncle, nanti panggil grandma dan grandpa ya,” ucap Evan.“Benarkah? Jadi Adam punya kakek nenek baru?” Tanya Adam antusias.“Iya, Adam akan punya kakek dan nenek baru,” ucap Evan seraya tersenyum.Hesti yang sedang menggendong Bintang terlihat hanya mengulaskan senyum, lebih ke pada senyum kelegaan, penuh rasa syukur karena dia memiliki laki laki hebat seperti Evan yang seolah dengan mudah mengambil hati anak anaknya.“Ayo kita masuk,” ajak Evan.Mereka berempat masuk ke dalam rumah mewah itu. Ada sedikit rasa cemas di hati Hesti, walaupun ini bukan kali pertama anak anaknya bertemu dengan orang tua Evan, namun mereka belum menyapa secara pribadi, belum ada obrolan pribadi yang mendekatkan antara kedua calon keluarga, kakek nenek dan cucu angka