Beberapa hari setelah persidangan di mana Lintang memberi kesaksian, Arya mendapat kabar tak terduga dari pengacaranya. Rupanya, Dian - mantan istrinya, telah memiliki kekasih baru. Seorang pria mapan dengan kekayaan berlimpah dan koneksi yang luas.Tentu saja berita ini menimbulkan kekhawatiran baru di benak Arya dan Lintang. Sebuah tamparan keras yang mengingatkan, bahwa pertempuran mereka belum juga usai."Apa menurutmu ini hanya langkah taktis Dian untuk memperkuat posisinya di persidangan?" tanya Lintang skeptis ketika membahas situasi ini dengan Arya.Arya menghembuskan napas panjang. "Entahlah, Sayang. Yang jelas, kehadiran pria kaya itu di sisinya akan membuat pengadilan memandang lebih baik status sosial dan finansial Dian saat ini.""Jadi dengan kata lain, kesempatan Kayla untuk tetap bersamamu semakin berkurang?" Lintang menatap Arya dengan sorot khawatir.Arya mengangguk lesu. "Sepertinya begitu. Tapi aku tak akan menyerah, Lintang. Kayla adalah putri kandungku satu-satuny
Hari yang dinanti-nantikan tiba. Hari di mana Kayla akan diminta untuk memberikan kesaksian di depan pengadilan mengenai pilihannya - ingin tinggal dengan ayah atau ibunya. Momen krusial yang akan sangat menentukan arah persidangan.Arya duduk di ruang tunggu dengan jantung berdebar kencang. Keringat dingin membasahi pelipisnya saat membayangkan Kayla harus menghadapi situasi menegangkan seperti itu. Lintang yang duduk di sampingnya menggenggam erat tangannya, mencoba memberi kekuatan."Tenanglah, Arya. Percayalah pada Kayla," bisik Lintang menenangkan.Arya mengangguk kaku, namun ketegangan masih terpancar jelas di wajahnya. Lintang menyadari bahwa kekasihnya dilanda kecemasan luar biasa. Melihat putri semata wayangnya harus dijejalkan ke dalam realita persidangan adalah hal terakhir yang diinginkan seorang ayah.Akhirnya nama Kayla dipanggil. Gadis kecil itu berjalan lurus ke arah kursi saksi dengan langkah tegap, meski sorot matanya tak bisa menyembunyikan rasa gugup dan takut.Hak
Setelah melalui rentetan persidangan yang melelahkan fisik dan mental, akhirnya pengadilan memutuskan untuk memberikan hak asuh penuh atas Kayla kepada Arya. Ini adalah kemenangan besar bagi keluarga kecil mereka.Untuk merayakan momen bersejarah itu, Arya dan Lintang merencanakan sebuah pesta kecil-kecilan di rumah baru mereka. Hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, namun syarat akan kebahagiaan dan rasa syukur yang meluap.Ketika pesta berlangsung, Kayla tampak begitu riang berlarian di sekitar taman halaman rumah. Wajahnya berseri-seri, seakan beban seluruh persoalan hak asuh telah diangkat dari pundak kecilnya."Mama, Mama! Lihat Kayla bisa melempar bola lebih jauh dari Papa!" Dia berseru riang sembari membuat Arya terkekeh geli.Lintang yang tengah mempersiapkan hidangan di meja tamu, menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan tingkah laku jenaka Kayla."Pelan-pelan saja lemparannya, Sayang. Nanti Papa bisa kena lemparan bolanya," tegur Lintang dengan nada lembut namun tetap tega
Setelah pesta kecil kemenangan mereka, cuaca di kota Jakarta mendadak mendung dan hujan lebat mengguyur sejak sore hari. Arya yang baru saja pulang kerja disambut dengan pemandangan Lintang dan Kayla bermain hujan-hujanan di halaman depan."Ayo, Papa! Ayo main hujan-hujanan sama kita!" Kayla melambai riang begitu melihat Arya muncul dari balik pintu.Melihat senyum ceria di wajah putri dan kekasih hatinya, Arya tak kuasa menahan senyum. Dia pun menanggalkan jas dan dasinya, membuka dua kancing teratas kemejanya, lalu berlari menghampiri Lintang dan Kayla.Ketiganya tergelak bahagia sambil saling memercikkan air ke wajah satu sama lain. Tawa riang membahana, seolah mengalahkan gemuruh hujan yang mengguyur tubuh mereka."Wah, wah, ternyata Papa Arya bisa liar juga ya main hujan-hujanan begini?" goda Lintang dengan senyum menggoda.Arya tertawa lepas. "Tentu saja! Apapun akan Papa lakukan untuk membuat dua bidadari tercinta Papa tersenyum bahagia seperti ini."Sejenak, mereka saling berp
Setelah momen lamaran indah itu, Arya dan Lintang sepakat untuk mempersiapkan pernikahan mereka dengan khidmat dan penuh kehangatan keluarga. Salah satu agenda penting yang harus mereka urus adalah mencari cincin pernikahan yang istimewa.Pada akhir pekan berikutnya, Arya yang ditemani Kayla, memutuskan untuk mengajak Lintang berkeliling mencari cincin pernikahan impian mereka."Mama Lintang suka yang seperti apa? Papa ingin membelikan cincin paling spesial untuk calon istri Papa yang cantik ini," ujar Arya dengan nada jenaka sembari mengacak rambut Lintang dengan gemas.Lintang terkekeh geli. "Jangan terlalu berlebihan, Arya. Yang terpenting, asal cincin itu melambangkan ikatan cinta kita yang abadi."Setelah berkeliling mengunjungi beberapa toko perhiasan, baik modern maupun klasik, pilihan Lintang akhirnya jatuh pada sebuah toko antik yang menjajakan perhiasan-perhiasan kuno dengan segudang sejarah di baliknya."Toko ini sepertinya sangat kuno dan bersejarah. Aku penasaran dengan k
Setelah menemukan cincin pernikahan yang begitu istimewa, Arya dan Lintang tengah disibukkan dengan mempersiapkan rangkaian acara pernikahan mereka. Salah satu agenda penting yang harus mereka lalui adalah meminta restu dari kedua orang tua Lintang.Lintang mengajak Arya dan Kayla untuk makan malam di rumah orangtuanya pada akhir pekan. Sudah lama Arya tidak bertemu dengan calon mertua itu sejak insiden penentangan mereka di awal hubungan dengan Lintang."Aku harap Mama dan Papa bisa menerima Arya dengan lapang dada kali ini," gumam Lintang pada Arya di perjalanan menuju rumah orangtuanya.Arya tersenyum teduh sambil menggenggam erat tangan Lintang. "Tenanglah, Sayang. Apapun yang terjadi nanti, aku akan selalu berada di pihakmu."Sesampainya di sana, Lintang, Arya dan Kayla disambut dengan wajah masam kedua orang tua Lintang. Rupanya, mereka masih memendam ketidaksukaan pada Arya yang berstatus duda itu."Jadi kapan kalian berencana menikah?" sang ayah memulai percakapan dengan nada
Ketika mereka tak mendapat restu dari orang tua Lintang, Arya dan Lintang memutuskan untuk tetap melangsungkan pernikahan mereka. Walau tanpa restu, cinta yang membara di dada mereka jauh lebih berharga untuk diperjuangkan.Memutuskan untuk menggelar pesta pernikahan sederhana, mereka memanfaatkan bulan-bulan persiapan itu dengan merayakannya sebagai keluarga kecil yang bahagia."Kayla, menurutmu gaun pengantin seperti apa yang akan membuat Mama Lintang terlihat cantik saat menikah nanti?" Arya bertanya pada putrinya suatu sore saat mereka bersantai di teras belakang.Kayla mengetuk-ngetuk jari di dagu dengan gestur berpikir keras. "Hmm.. Menurut Kayla, Mama Lintang akan terlihat paling cantik dengan gaun putih selutut yang sederhana, tapi penuh renda dan bunga-bunga!"Lintang yang mendengarnya dari balik pintu hanya bisa tersenyum gemas. "Renda dan bunga ya? Baiklah, Mama akan coba mencarinya nanti," gumamnya pelan.Keesokan harinya, Lintang mengajak Kayla untuk melihat-lihat gaun pe
Hari yang dinanti pun tiba. Matahari memancarkan sinarnya yang hangat, seakan turut memberkahi upacara sakral yang akan berlangsung. Arya, Lintang dan Kayla telah tiba di area pernikahan sederhana yang telah mereka persiapkan dengan susah payah. Meski acara berlangsung di sebuah villa pedesaan kecil yang asri, pesona cinta dan kebahagiaan seakan terpancar di setiap sudutnya.Lintang telah mengenakan gaun pengantin putih selututnya yang dihiasi renda dan sulaman bunga-bunga cantik. Rambutnya tergerai indah dihiasi mahkota bunga kiriman Kayla, membuat penampilannya seperti putri dalam dongeng. Di sisi lain, Arya tampak begitu gagah dalam balutan jas putih dengan aksen pita biru lembut, layaknya seorang pangeran idaman.Keduanya memancarkan aura bahagia yang terpancar dari senyum dan tatapan mata mereka. Namun ada satu orang lagi yang kehadirannya memancarkan pancaran kebahagiaan dan kehangatan terindah di momen ini, yaitu Kayla.Sang putri kecil cantik itu tampak menggemaskan dalam balu