Share

Suden Wedd!

Penulis: Mahessa Gandhi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sorenya semua keluarga Ghara sudah berkumpul di rumahnya. Termasuk saudara laki-laki dan perempuan dari bapaknya, karena memang kebetulan acara reuni yang dihadiri semua keluarga besar hari ini bertepatan dengan acara arisan yang kebetulan bapak dan ibu Ghara yang menjadi tuan rumahnya.

"Dek, kata Ibu. Kamu tadi siang janji sama Bapak?" tanya kakak perempuan Ghara.

Ghara tak menjawab, masih menimbang-nimbang jika ia disuruh menepati janji itu hari ini.

"Kamu sudah tahu kondisi, Bapak kayak gimana, 'kan?" imbuh kakaknya begitu tidak mendapat jawaban dari Ghara.

"Kak-"

"Dek," sergah kakanya cepat.

"Nunggu apa lagi, Mistha udah sesuai dengan harapan Ibu sama Bapak. Lihat semua saudara juga udah mendukung kalian, mau nunda sampai umur berapa lagi. Kurang apa lagi, Mistha cantik, sholeh, rajin." ucap kakaknya sembari menoleh kearah Mistha yang tengah membenarkan posisi jilbabnya.

"Tapi nggak harus sekarang, Kak!" bantah Ghara.

"Masmu sudah menyiapkan semuanya, Bapak yang nyuruh. Acara hari ini sekalian acara buat menikahkan kalian," pungkas kakak Ghara tiba-tiba.

"Apaan sih, Kak! Enggak," tolak Ghara karena masih belum yakin Mistha akan menyetujui rencana gila yang terkesan tiba-tiba.

"Bicarakan sama Mistha, Kakak tunggu keputusannya!" pinta kakaknya.

"Kak-"

Kakaknya berlalu, sementara Ghara binggung mau ngomong apa. Benar-benar gila, nggak keluarga, nggak perusahaannya. Memang semuanya berusaha membuat kepala Ghara terasa meledak seketika.

"Mistha," ucap Ghara akhirnya.

Mistha yang masih sibuk menghadap cermin menoleh kearah Ghara. Tanpa bicara, namun merespon panggilan Ghara.

"Bisa kita bicara diluar sebentar," ajak Ghara.

"Kenapa?" tanya Mistha begitu mereka sudah berada di sebuah taman samping rumah Ghara.

"Sa-saya, mau perpanjang kontraknya," ucap Ghara terbata-bata.

"Nggak..., nggak bisa! Saya harus balik ke Jakarta besok pagi," jawab Mistha sembari mengacuhkan pandangannya kearah Ghara.

"Mistha," Ghara memelas sekali lagi.

"Saya harus tepatin janji yang tadi pagi terucap kepada, Bapak. Tolong Mistha, Saya perpanjang kontraknya guna untuk mempercayakan mereka, mereka sudah mempersiapkan acara pernikahan kita," jelas Ghara.

"Apa?" Mistha mengangkat wajahnya, tak percaya. Benar-benar sesuatu hal yang sempat terpikir akan terjadi di luar ekspektasinya.

"Saya perpanjang satu tahun saja, Saya janji akan memberikan apapun yang Anda minta, termasuk harta, benda, rumah, mobil kalau perlu harga diri Saya," ucap Ghara seolah hilang kontrol bahwa dirinya masih sangat berharga, namun malam ini Ghara benar-benar seperti pria yang tengah kehilangan wibawa, sampai-sampai memelas sedemikian rupa demi menghadapi watak satu manusia yang susah sekali untuk dikendalikan.

"Big no, Ghara!" serunya sembari memelototkan mata tepat dihadapan Ghara.

"Mistha, please...please...please....," rajuk Ghara benar-benar hilang wibawa.

Namun setelah Mistha ingat bahwa Khatila sedang butuh bantuannya, kini Mistha harus memutar balikkan fakta. Antara terima tawaran dari Ghara dan menjadi istri sahnya, atau pergi dengan tangan hampa dan hanya membawa uang yang tak seberapa, yang tentunya masih belum cukup untuk menebus hutang-hutangnya. Menebus Khatila, serta membalaskan dendam untuk menghabisi nyawa si Bajingan Tua, Vall Ankala.

"Oke, Saya terima tapi setelah balik ke Jakarta, kita carai! Deal?"

"Big deal!" sambung Ghara demi membahagiakan semua keluarganya, Ghara rela mempertaruhkan apa saja.

"Gimana?" tanya kakak perempuan Ghara begitu melihat Ghara masuk ke dalam rumah.

Ghara mengangguk, lalu melangkah menuju ruangan bapaknya.

"Pak, besok Ghara tepatin janji Ghara, tapi Ghara mohon, Bapak harus sembuh. Bapak yang kuat ya," tukasnya sembari mengelus pelan punggung tangan bapaknya.

"Tepatin hari ini, Nak. Semuanya sudah siap," respon bapaknya tiba-tiba.

"Bapak nggak mau nunggu sampai besok, karena umur kita nggak ada yang tahu. Hanya Tuhan yang Maha tahu segalanya," sambungnya.

Ghara mendongak, mengusap pelan kedua pelupuk mata yang sedari tadi sudah banjir air mata. Lalu Mistha, ibunya, kakak perempuan dan suaminya, serta beberapa orang masuk ke dalam ruangan bapaknya.

"Sudah siap?" tanya Suami kakaknya.

Ghara melongo, secepat ini. Batinnya. Tanpa sadar Ghara mengagguk, lalu semua orang sibuk mempersiapkan barang-barang yang akan digunakan untuk menikahkan Ghara dan Mistha malam itu juga.

"Maaf-" Ghara menjeda perkataannya. 

"Maaf, jika Anda terjebak disituasi yang rumit seperti ini," imbuhnya begitu mereka sudah dinyatakan sah sebagai suami istri.

Mistha masih memalingkan mukanya, menatap nanar kearah jendela. Tentu Mistha sudah terjebak dalam permainan Ghara, meskipun sejatinya ada imbalan besar yang diharapkan Mistha begitu keinginan Ghara dituruti semua.

Mistha menghembuskan napas kasar, lalu duduk di kursi seberang Ghara. Meskipun malam ini adalah malam pertama mereka dan berada dalam satu kamar yang sama, tentu Mistha yakin Ghara tak akan sempat-sempatnya memikirkan soal ingin tidur bersama.

"Anda hanya perlu ingat apa yang Saya ucapkan sebelum pernikahan kita," tandasnya.

"Ya," balas Ghara sekata.

"Apa?" tanya Mistha.

"Nanti, Anda akan langsung menerima berkasnya tanpa Saya perlu mengucap apa-apa," balas Ghara.

Mistha mengangguk, lalu melemparkan selimut, bantal, guling guna menyuruh Ghara tidur di sofa.

Bab terkait

  • Istri Bookingan   Panggilan-Ancaman!

    Mistha beranjak ke kamar mandi pagi itu. Membasahi wajah, sikat gigit, lalu mengganti pakaian yang masih digunakan semalam. Sejenak langkahnya terhenti begitu melihat Ghara yang masih tertidur pulas di atas sofa. Mistha memandangi wajah oval Ghara, ternyata Ghara termasuk hasil pahatan Tuhan yang sempurna, gumamnya. Alis tebal, jambang tipis disekeliling rahang tegasnya, serta anak rambut yang memenuhi kening, membuat Ghara tidur saja masih terlihat memesona. Apalagi jika Mistha menatap manik mata spectrum Ghara. Satu hal yang sangat dihindari Mistha adalah jatuh cinta, terlebih jatuh cinta kepada pria yang saat ini tengah dipandangi. Hati dan pikiran Mistha benar-benar berperang! Saat hati ingin berperan, namun pikiran berkata tinggalkan. "Sudah bangun, Nduk," sapa ibu Ghara mengagetkan Mistha. Mistha membalas senyum ucapan wanita yang sedang memakai mukena. "Mau ikut Sholat di Masjid?" imbuhnya. Mistha gelagapan, lalu menggaruk-garuk kepala yang benar-benar gatal karena jilbab y

  • Istri Bookingan   Metamorfosis (Bandeng presto tulang lunak)

    Ghara mengetuk pintu kamar Mistha. Tidak ada sahutan dari sana, lalu Ghara menyeruak masuk begitu tidak mendapat respon apa-apa. "Ada apa?" tanya Ghara begitu melihat Mistha seperti dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. "Mistha," tanya Ghara sekali lagi, begitu melihat Mistha hanya duduk sembari memegangi kedua tungkai. "Hei, ada apa?" tanya Ghara lagi sembari mendekati Mistha yang sudah merubah posisi dan menggigit jari jemari. "Kita balik ke Jakarta sekarang!" jawab Mistha lirih. "Iya, balik. Cerita dulu ada apa?" desak Ghara masih penasaran. "Nggak usah ikut campur masalah gue. Ngerti!" bentak Mistha dengan sebutan yang sudah berbeda. "Saya masih Suamimu, jadi sudah seharusnya tahu masalahmu!" tukas Ghara sedikit meninggi. "Ghara! Lo-" Mistha mendelik, sembari mengarahkan satu jari tepat di depan wajah Ghara, lalu Mistha mendengkus memukul agin berusaha membuang kekesalannya."Sttt..., tenang dulu. Nggak perlu emosi kayak gitu, iya oke, fine. Saya nggak akan cari tahu dan

  • Istri Bookingan   Explosion Box

    "Mistha," sapa Ghara saat mendapati Mistha yang tengah duduk termenung di kursi ayunan taman samping rumah Ghara. Mistha merubah posisi yang semula menyangga dagu dengan kedua tangan di atas paha begitu melihat Ghara berdiri di hadapannya dan membawa shoping bag, lalu Ghara menyodorkan benda tersebut kearah Mistha. Sebuah explosion box warna pink. "Buka," perintah Ghara. "Apa?" tanya Mistha sembari memandangi Ghara yang tangan kanannya masih di dalam satu saku celana, berdiri diam dengan seringai wajah handsomenya. "Buka," perintah Ghara lagi. Mistha menerima uluran explosion box dari tangan Ghara, lalu menarik ujung pita benda tersebut. Terbelah menjadi empat bagian sama rata, namun di dalam box itu masih ada box kecil terbungkus rapi kain berwana pink muda. "Box yang satunya jangan dibuka dulu kalau Kamu belum benar-benar membutuhkannya," ucap Ghara, sementara Mistha masih sibuk membaca setiap sisi yang tertuliskan, Blessed, House, Happyness, dan Help. Tentu Mistha sangat penas

  • Istri Bookingan   Kecolongan

    Bunyi air mendidih keluar dari sebuah teko pagi itu berhasil mengusik tidur pulas Mistha, seketika bias matanya merambat kesekeliling, berusaha menerka kejadian semalam, cangkir wine, sisa lemon dan daun mint-Ah sial! Mistha ingat, tentu otak primitifnya semalam sudah terlanjur menguasai diri yang tak mampu menahan hormon testoteron yang seketika memuncak. Reflek tangannya menggamit pakaian berwarna putih di lantai begitu melihat tubuhnya tak tersintal sehelai kain. "Selamat pagi," ucap pria dari balik punggung bidangnya, sembari sibuk mengaduk kopi di atas meja ruang makan. Mistha mengumpulkan nyawa, setengah sadar berjalan kearah Ghara sembari mengusap-usap kedua mata dengan punggung tangannya. Ghara seketika tertawa geli, melihat baju yang tengah dikenakan Mistha. Sejurus Mistha memandang kearah dada, ternyata ia sedang memakai kemeja putih yang kemarin dipakai Ghara. Anehnya, baju itu melekat dengan kancing tak sempurna, membuat sembulan kesar di samping

  • Istri Bookingan   Terperangkap

    Mistha mengemudikan mobil Ghara menuju tempat sesuai petunjuk dari Vall Ankala, sembari membawa sekoper uang untuk menebus Khatila.Bajingan Tua: Bagaimana, Nona? Pesan pertama yang dibaca Mistha.Mistha: Sekali lo sakiti Khatila, gue bunuh lo Bajingan! balas Mistha geram.Bajingan Tua : Lakukan jika Anda mampu melepas pelana tepat di kepala Saya dengan tangan manis Anda, Nona!Iblis! Desisnya, lalu melangkah mantap menuju sebuah gedung tempat Khatila berada. Sebuah gedung kosong, seperti tempat bekas peninggalan Belanda. Corak dari bangunan yang masih kentara, tidak ada yang dirubah satu pun diantara tembok-tembok yang berdiri kokoh di tengah kota.Mistha merasa tertipu, begitu tiba di lantai dua. Tidak ada Khatila di sana, tidak ada pula Vall Ankala yang berdiri tegak dengan kesombongannya."Hei, Bajingan Tua!" teriak Mistha, sembari melepas koper yang ada di tangannya.Tak lama kemudian, Mistha melihat segerombolan pria membawa senjata masuk ke dalam beranda.Shit! Mistha mengumpat

  • Istri Bookingan   Sidang perdana

    Jack'o Justice mengusut tuntas kasus Mistha. Berdasarkan hasil investigasi, secara sah Mistha ditetapkan sebagai terdakwa.Persidangan digelar sehari setelah Jack'o Justice menyerahkan tuntutan atas kendali Vall Ankala kepada pengadilan tinggi, namun Mistha bungkam sehingga penasehat hukum yang ditunjuk sebagai pengacaranya hari itu gagal mematahkan tuduhan. Semua barang bukti sudah diterima jaksa penuntut umum, dan putusan Hakim secara mutlak, Mistha resmi divonis hukuman selama lima belas tahun. Tiga kali ketukan palu berbunyi, pledoi sudah tak berarti!"Pak, bagaimanapun terdakwa memiliki hak angkat bicara," ucap Ghara memberi sanggahan kepada Panitera setelah Hakim membacakan nota kebenaran. "Benar, Pak Ghara. Namun setelah pledoi. Terdakwa sudah menerima vonis seringan-ringannya 10th masa tahanan karena secara formil dan materiil terdakwa sudah tidak ada pembuktian untuk melakukan pembelaan.""Sekarang Saya kuasa hukum terdakwa, dan Saya yang akan membela dan membuktikan kalau t

  • Istri Bookingan   Petaka Baru

    Waktu berlalu dan malam pun semakin menyurut berganti cahaya semburat kekuningan yang menyilaukan mata. Ghara menutup setengah matanya yang terkena cahaya, dari balik cendela angin, ia mengkibas-kibaskan tanganya untuk menghalau cahaya yang menyeruak kain putih semerawang, senada dengan suara shower yang mengalir deras dari balik pintu kamar mandi. Tubuhnya masih terbuntal bedcover putih bersih, di atas dipan dengan sebuah kasur empuk. Seluruh ruangan dengan sudut-sudut yang berbeda, mirror besar, alat-alat make-up dan seluruh komponen ruangan yang tersusun rapi, berbanding terbalik dengan kamarnya yang berantakan sekali. Ia tersentak, saat mendapati langkah kaki yang cantik. Tubuh yang terbalut bathroop dan gelungan handuk di atas kepala. Wanita itu mematung, dia pun tercengang. "Rupanya anda masih hidup!" "Kenapa gue ada di sini?" Safira mendecih, lalu melangkah kearah mirror. Mendaratkan bokong semoknya tepat di atas kursi ritualnya. "Bukankah harusnya saya yang bertanya kena

  • Istri Bookingan   Neraka

    Sampai di kantor, Ghara sekilas melihat Safira dan Erick Choii masuk ke dalam ruang berkas penyimpanan pengaduan, namun Ghara masih tak berminat untuk menyelidiki lebih lanjut kedua manusia yang saat ini terlihat mencurigakan itu, karena Ghara mendapat telepon dari anggota Devisinya yang mengabarkan bahwa Mistha secara resmi dipindahkan kelapas kelas 1A, lapas khusus untuk terpidana wanita dengan kasus berat. Anehnya Ghara tak pernah melihat penampakan Vall Ankala selama ini. Siapa dia sebenarnya? Batin Ghara penasaran, lalu beranjak turun menuju parkiran mobil. *** Dalam lapas itu terdapat empat napi wanita penghuni lama. Satu diantaranya mirip kepala geng ruang tahanan. Tubuh Mistha bergetar, nafas tersengal, irama jantung berdetak kencang. Dorongan paksa anggota Jack'o Justice berhasil membuat Mistha terjungkal tepat di depan lutut ketua gengnya. Beberapa barang Mistha pun jatuh berserakan tepat di depan mata semua wanita yang tengah berdiri mengan

Bab terbaru

  • Istri Bookingan   Villa

    "Sayang, Aku berangkat dulu ya!" ucap Mistha sembari sibuk menata barang-barang yang akan dibawa. Kemudian Ghara menghampiri Mistha yang nampak cantik pagi itu. "Hati-hati, hubungi Aku secepatnya jika ada apa-apa!" balasnya. Mistha tersenyum, kemudian berjalan ke arah Ghara. Memeluk erat tubuh Ghara yang tengah mencium keningnya. Setelah memastikan Mistha pergi, akhirnya Ghara bersiap diri untuk menemui Dokter sesuai janjinya hari ini. Ia mengenakan celana jeans dan hoodie. Tidak berpakaian rapi seperti biasa yang dipakai setiap pagi untuk berangkat ke kantor. Saya izin hari ini, Pak Dewa! Jaga mereka, jangan sampai mereka bertindak konyol. ucapnya begitu telephonenya tersambung. Siap, Pak! balas Dewa kemudian mengakhiri percakapan melalui telephone yang dilakukan Ghara dalam perjalanan menemui Dokter sesuai janjinya. Sementara Ghara sudah tiba di lokasi. Ia masih menunggu Dokter itu disalah satu kedai kopi. Beberapa saat setelah kedatangannya, Dokter itu tak juga menampakkan b

  • Istri Bookingan   Diagnosa

    Mendengar ucapan Vall Anakala, Ghara mencebikkan bibirnya. Ia bahkan sudah tak peduli lagi dengan ancaman pria biadab yang berdiri penuh dengan kejumawaan dihadapannya saat ini. Apa pun yang terjadi, Ghara harus menangkap lintah darat licin yang selama ini selalu lolos dari tangannya. "Pikirkan matang-matang ucapanku sebelum Anda benar-benar menyesal, Pak Ghara!" ulang Vall Ankala meyakinkan Ghara. Alih-alih Ghara rela melepaskan lintah darat licin ini menyeberangi kepungan hilir dan pergi begitu saja. "Lakukan jika Anda bisa. Tapi, ingat! Saya memiliki satu senjata yang selama ini Anda simpan rapat-rapat Pak Vall Ankala," balas Ghara yakin. Ghara tentu berpikir, berkas yang kini ada di tangan Nathe Rose adalah satu-satunya pusaka Vall Ankala dan Erick Choii yang sebentar lagi akan ungkap terang-terangan di persidangan. "Silakan ikut Kami. Anda tentu tak punya pilihan lagi, siapa yang bisa menyelamatkanmu sekarang?" ucap Ghara sembari menatap semua anak buah Vall Ankala yang berha

  • Istri Bookingan   Target Terdeteksi

    "Tolong..., tolong selamatkan Kami!"Lamat-lamat Ghara mendengar suara beberapa orang yang merintih kesakitan, berharap seseorang datang menyelamatkan dirinya.Demi untuk memastikan asal suara itu, Ghara pun melepas Morse yang menjadi alat komunikasi dengan team Jack'o Justice. Lalu ia menerobos lorong panjang, sebuah jalan setapak menuju tempat pengeboran tambang silika."Tolong selamatkan Kami, Pak! Tempat ini akan segera meledak," ucap seorang pria begitu ia melihat kehadiran Ghara.Ghara terkejut mendengar ucapan pria itu, benarkah yang ia katakan? Batin Ghara.Saat Ghara memakai morse kambali dan berniat untuk menjalin komunikasi dengan team yang berada di luar tempat penambangan, rupanya morse itu sudah tidak berfingsi seolah tidak dapat menerima sinyal suara lagi, sehingga ucapannya pun tak ada yang mendengar.Begitu Forge mulai bergetar, perlahan-lahan tempat pengeboran itu pun akhirnya terguncang membuat tubuhnya hampir terperosok kejurang, Ghara sedikit lagi nyaris tumbang.

  • Istri Bookingan   Pertempuran dimulai

    "Aku terjebak dalam permainan mereka! Aku akan membantu Kalian untuk membuka kode akses itu, tapi ada satu hal yang harus Kalian tepati!" "Katakan! Jika itu mendukung proses investigasi Kami dan Anda tidak terbukti bersalah, maka Kami akan melindungi Anda, Kami menjamin Anda kembali ke Amstelveen dengan selamat Bu Carrolyn." "Rahasiakan identiasku dan jangan pernah beri tahu mereka bahwa Aku membantu Kalian!" "Hanya itu saja?" "Segera bebaskan Aku, begitu pintu itu terbuka!" katanya. "Permintaan Anda Saya setujui untuk sementara ini, namun Anda harus melalui proses evaluasi terlebih dahulu. Jangan khawatir, seperti apa yang Saya katakan diawal. Kami akan segera membebaskan Anda begitu Anda tidak terbukti bersalah, bagaimana setuju?" Carrolyn menganggukkan kepala, tanda bahwa dia menyetujui kesepakatan itu. Pun ia yang merasa terjebak dalam situasi ini, berharap segera di bebaskan dan segera menghirup napas lega begitu para belut-belut licin yang bersembunyi di bawah tanah itu te

  • Istri Bookingan   Kode Akses

    Setelah mendapatkan kesaksian dari Louis, akhirnya Ghara pun kembali mengerahkan team Jack'o Justice untuk bergerak lebih cepat. Berkat satu nama kota yang sudah dikantongi team pun akhirnya bergerak menuju Amstelveen, bekerjasama dengan anggota inteligent setempat. Tidak butuh waktu lama bagi inteligent profesional yang berpencar mengepung pergerakan Carrolyn disebuah bar ternama malam itu. Saksi tersangka berhasil Kami tangkap, Pak! Kami akan segera kembali sesuai jadwal penerbangan international esok hari. Laporan selesai! ucap salah satu anggota Jack'o Justice yang diutus Ghara untuk berangkat menjemput Carrolyn kala itu. Laksanakan! Siap. Laksanakan, Pak Komandan! jawabnya kemudian menutup telephone roaming yang tersambung antar Negara itu. Amstelveen menjadi satu-satunya tempat persembunyian Carrolyn, ia berada di kota bagian Nord Holland itu memang tidak semata-mata melarikan diri dari sesuatu yang telah disembunyikan selama ini. Melainkan, Carrolyn memang warga Negara Asin

  • Istri Bookingan   Terungkapnya Saksi Kunci

    "Ada apa, Sayang?" tanya Mistha.Ghara tersentak, seketika mengusap air mata yang tumpah ruah tak tertahankan. Kemudian, ia menunjukkan iPad itu ke arah Mistha. Begitu Mistha lihat gambar yang tersimpan di galery pad drawing, ia pun turut terkejut. Benarkah Adzan yang menggambar ilustrasi ini? Batin Mistha."Ini bisa menjadi bukti, Louis tidak akan bisa mengelak lagi!" ucap Ghara."Tenang, Sayang. Istirahatlah terlebih dahulu, jangan terlalu memikirkan apa pun. Tidak mudah bagimu untuk menerima situasi ini, Aku paham. Tapi kesehatanmu lebih penting, Kita bahas nanti jika kondisimu sudah baikan," sahutnya memperhatikan Ghara yang terlihat lelah.Sepertinya apa yang dikatakan Mistha benar! Ghara butuh istirahat untuk mengembalikan kondisi dan konsentrasinya untuk mengurus kasus-kasus yang datang bertubi-tubi. Sehingga malam itu, Ghara mencoba memejamkan mata. Mengosokan pikirannya tentang apa pun, termasuk pikiran tentang kematian Adzan yang begitu membuatnya terpukul.***"Pagi Sayang!

  • Istri Bookingan   Kehilangan

    Mistha menghampiri Ghara yang tertunduk lemas memegangi kedua tungkai. Rasanya, tubuh Mistha ikut bergetar, jantungnya berdebar-debar. Melihat suaminya nampak frustasi seperti itu, membuat Mistha hampir tak bisa menggerakkan badannya untuk mendekat. "Bagaimana jika Adzan tak selamat, Sayang?" ucap Ghara lirih. Mendengar ucapan itu, Mistha merengkuh tubuh Ghara, memberi semangat dan kekuatan, bahwa Adzan pasti bisa disembuhkan. "Aku nggak bisa bayangin anak sekecil itu harus menjalani operasi yang membuat dia tak bisa kembali normal seperti dulu," ucap Ghara saat ia menandatangi persetujuan pembedahan colostomi karena terjadi infeksi dan pembengkakan pada usus besar Adzan pasca keracunan. Ia benar-benar tak menyangka jika hal itu membuat Adzan cacat permanen. "Adzan pasti sembuh, Sayang!" ucap Mistha menguatkan. Satu jam kemudian, operasi colostomi pun selesai. Dokter yang baru saja keluar dari ruang pembedahan menginformasikan, bahwa kondisi Adzan semakin kritis sehingga harus di

  • Istri Bookingan   Jebakan

    "Brassery TownHouse!" jawab Mistha. "Siapa nama Louis sebenarnya?" tanya Ghara yang sebenarnya sudah mencurigai satu nama yang dibahas waktu rapat kemarin siang. "Alexander Louis!" jawab Mistha sesuai nama yang tertera dinomor rekeningnya. "Kamu tahu di mana Louis tinggal?" tanya Ghara lagi. Mistha menggeleng, karena setiap pertemuan mereka selalu di coffe shop bahkan pertemuan awalnya saja di Brassery TownHouse dan Mistha hanya memiliki nomor handphonenya. "Hubungi Louis sekarang, Aku tahu Kamu masih simpan nomornya. Katakan bahwa Kamu akan memberikan uang sesuai permintaan terakhirnya!" kata Ghara. "Sayang! Aku tidak mau berhubungan dengan pria itu lagi," sahut Mistha. "Kamu tahu siapa Louis sebenarnya?" Mistha menggeleng, merasa bahwa dia sama sekali tak mengerti latar belakang Louis selain berandal yang mengakibatkan kematian Kirana. "Louis adalah saksi kunci dari kasus Vall Ankala. Hubungi Dia secepatnya dan rencanakan janji temu, bilang kalau Kamu tidak melibatkan siapa

  • Istri Bookingan   Luluh

    Setelah kejadian kemarin, Mistha paham bahwa Ghara satu-satunya pria yang mampu bertahan menghadapi dirinya yang keras kepala dengan ke sabaran luar biasa. Sikap Ghara dalam menyelesaikan masalah membuat Mistha terpukul lalu sadar bahwa tidak ada pria yang memiliki jiwa lembut seperti Ghara. Demi menebus kesalahannya itu, Mistha bertekad tidak akan mengecewakan Ghara lagi-pun ia berjanji akan menuruti semua perintah Ghara. Termasuk membantu Ghara mengusut semua kasus-kasus yang menjadi tanggung jawabnya sekarang. "Malam Sayang," sapa Ghara begitu ia tiba di rumah. Mistha tersentak! Sadar dari lamunannya begitu mendapati sang suami mematung tepat di depannya. "Selamat malam Sayang," balasnya manis kemudian membantu Ghara melepas jas kebesarannya. "Adzan dimana?" tanya Ghara. "Tidur," sahut Mistha. "Tumben," cetus Ghara aneh. "Kayaknya kecapekan," pungkasnya. Kemudian Ghara beranjak ke kamar Adzan. Memastikan bahwa ponakannya itu baik-baik saja, diiringi langkah Mistha di belak

DMCA.com Protection Status