“Apa yang kau lakukan di sana?”
Jantung Valerie terasa akan lepas dari tempatnya, mendengar suara Jupiter yang begitu keras membentak dari atas ranjang. Gadis itu tidak bisa menghindari gerakan tubuh yang sangat cepat untuk melihat Jupiter. Dia gugup, bibirnya sampai gemetar sebab bingung akan menjawab apa. Matanya yang bulat sempurna adalah bukti bahwa dia sedang bingung mencari jawaban.
“A-apa? tanya Valerie. “A-aku? Aku tidak melakukan apa pun. Aku ... hanya ingin tidur.”
“Tidur?” Jupiter mengulangi perkataan gadis itu. “Kau pikir sofa itu tempat tidur?”
Setelah lelah berpikir di ruang ganti, Valerie memutuskan tidak akan melakukan seperti yang dikatakan oleh Piter; tidur tanpa mengenakan pakaian. Dia tidak akan pernah melakukan itu dan lebih memilih untuk tetap mengenakan gaun yang sedang menempel di tubuhnya. Lalu kemudian dia berpikir tidak akan tidur di atas satu ranjang bersama dengan Jupiter,
“Kalian semua takut diberhentikan bekerja?” tanya Valerie, mempertegas perkataan para pelayan yang menunduk di depannya. Mereka mengangguk secara bersamaan, tapi bisa Valerie lihat wajah salah satu pelayan yang justru cemberut dan sinis menghadap ke bawah. Pelayan itu adalah salah satu dari dua orang yang tempo hari ikut menghukum dirinya, oleh suruhan Patricia. Mana mungkin Valerie lupakan wajah-wajah orang yang menyiksanya dengan gigitan serangga?Tapi sejujurnya, dia tidak ingin memikirkan itu lagi. Valerie pikir pelayan itu hanya disuruh oleh Patricia, nyonya besar yang mereka kenal di rumah itu. Namun melihat wajah sinis yang dia tunjukkan saat ini membuat Valerie terpancing ingin mengetahui apa yang membuat pelayan itu sangat berani. Bukan kah semua orang tahu bahwa Megan adalah wanita kejam? Seharusnya dia takut pada Valerie.“Kau,” kata Valerie, menunjuk si pelayan yang langsung mengangkat wajahnya.“Ya, Nyonya.” Dia t
Kedua orang itu masih saling menatap satu sama lain. Wajah mereka sangat serius dan berbicara melalui sorot mata yang ingin saling menjatuhkan. Valerie dan Jupiter sampai lupa jika Rainer ada di dekat mereka.“Ibu, Ayah, kenapa kalian terus saling melihat?”Kalimat yang datang dari putra mereka pun menyadarkan keduanya, yang lantas mengalihkan pandangan pada Rainer. Valerie sampai tergugup untuk membuat Rainer tidak mengetahui apa yang ada di pikiran ayah dan ibunya.“Apa? Itu ... kami hanya saling melihat.”“Rainer, kau akan ke sekolah barumu, kan?” kata Jupiter pula dari ambang pintu. “Ayo turun lah. Ayah akan mengantar kalian ke sekolah.” Dia berkata dan berbalik meninggalkan pintu kamar Rainer.Bukankah dia tahu Valerie lah yang mengambil tugas untuk mengurus sekolah putranya? Kenapa juga dia ingin mengantar Rainer? Valerie sedikit kesal. Tapi mengingat kata ‘kalian’ yang Piter ucapkan
“Rainer, apakah ayahmu mengatakan sesuatu?” tanya Valerie, ketika menemani anak itu bermain di depan kelasnya.“Ya, tadi malam ayah datang ke kamarku dan mengatakan dia sangat senang aku memiliki ibu. Ayah sudah tidak marah dan mengatakan kami tak butuh ibu,” sahut Rainer polos.Ini kah sebabnya Rainer terlihat sangat nyaman di depan ayahnya? Syukur lah ... meski sebenarnya Valerie sendiri kurang senang melihat lelaki itu, setidaknya ada kemajuan di dalam otak Jupiter. Lelaki kasar yang hanya peduli akan perasaannya, kini mulai memikirkan perkembangan putranya yang akan terganggu oleh masalah yang datang dari keluarga sendiri. Valerie senang, Rainer menjadi anak yang ceria dan fokus belajar di dalam kelas. Dia bahkan bersikap baik pada teman sebangkunya, tidak ada perkelahian yang terjadi sejak pelajaran pertama dimulai.“Kau senang pada ayah?” tanya Valerie lagi, dan mendapat anggukan dari Rainer.“Terima k
Dua jari Jupiter memilin keras ujung dada Valerie. Kasar dia lepaskan pagutannya dari bubur gadis itu, sehingga Valerie harus meringis merasakan sakit oleh ulah Jupiter. Lelaki itu tersenyum miring menyadari pucuk dada istrinya mengencang, dan ukurannya sedikit bertambah lebih besar.“Kau menyukainya? Kau menikmati sentuhanku?” kata Jupiter tepat depan wajah Valle.Tidak Valerie pungkiri, dia meraskan sesuatu bergejolak di dalam dirinya. Tapi sekuat apa pun rasa itu mempengaruhi perasaan Valerie, dia masih cukup sadar untuk menolak perlakuan Jupiter. Valerie mencengkram pergelangan tangan Jupiter, menariknya keluar dari dalam pakaian yang dia kenakan.“Jangan menyentuhku! Kau bajingan licik yang tidak bisa menepati janjimu!” sentak Valerie di sela desahan napasnya yang sedikit memburu.“Licik? Huh!” Jupiter mendengus diikuti kekehan kecil yang baru saja keluar dari mulutnya. “Aku tidak berjanji untuk tidak menyent
Ketika Valerie tiba di kelas Rainer, pelajaran baru saja usai. Dia membentang kedua tangannya untuk menyambut Rainer yang berlari ke arahnya. Tapi, baru saja anak itu tiba di dalam dekapan Valerie, Jupiter sudah melayangkan pertanyaan padanya.“Ibu, kenapa dengan lehermu?”“Leherku?” Valerie mengerut kening tidak paham. “Memangnya, ada apa dengan leherku?” Dia bertanya kedua kali.“Itu memerah seperti sesuatu menggigitnya.” Rainer berkata dengan sangat polosnya, sembari menunjuk bagian kanan leher ibunya.Memerah? Leher Valerie memerah? Tangannya bergerak cepat untuk mereba bagian leher yang ditunjuk oleh Rainer. Karena katanya itu seperti bekas gigitan, Valerie menjadi teringat dengan apa yang baru saja Jupiter lakukan padanya. Dia ingat betul ketika Jupiter mengisap lehernya sangat keras dan yakin itu lah yang tengah ditunjuk oleh Rainer. Dia sangat malu, meski Rainer belum paham akan apa yang sebena
“Ayo, biar ibu membantumu berganti pakaian.”Valerie menyentuh pundak Rainer untuk dia bawa masuk ke dalam kamar, tetapi anak itu menggeleng menolak perkataan ibunya.“Leher ibu sakit, pergi lah obati itu dengan ayah. Aku akan berganti pakaian dengan pelayan,” jawabnya, menunjuk pelayan yang sudah menunggu di depan mereka.Anak itu ... kenapa dia sangat suka membuat Valerie dalam masalah? Padahal, dia sengaja beralasan ingin membantu Rainer berganti pakaian untuk menghindari Jupiter yang sudah membuka pintu di sebelahnya. Dan segera Rainer meninggalkan Valerie bersama Jupiter di depan pintu kamar mereka, membuat Valerie semakin salah tingkah sekarang.Selain was-was akan perkataan Jupiter untuk mengobati lehernya, Valerie juga takut andai ternyata ucapannya tadi yang memicu Jupiter untuk berbuat lebih nekad lagi. Dia sangat berharap lelaki itu paham dengan isi pikirannya, lantas kembali ke kantor saja. Tapi nyatanya, sampai V
“Ka-kau ... tidak serius, kan? Kita bukan pasangan suami istri pada umumnya, tolong jangan berbicara yang melantur,” kata Valerie, menurunkan pandangan agar tidak saling menatap dengan Jupiter.Jupiter melangkahkan kakinya mendekati Valerie, membuat gadis itu menjadi gugup seketika. Degupan di dalam sana semakin cepat seakan merontah ingin lepas dari tempatnya. Degupan yang selalu dia rasakan ketika Jupiter berada di dekatnya. Kenapa Valerie harus merasakannya? Ini tidak baik, Valerie tahu itu. Apalagi ketika Jupiter sudah berdiri tepat di depannya, gadis itu semakin tidak bisa tenang. Valerie memundurkan kakinya ke belakang, yang terus diikuti Jupiter maju ke arahnya.Kenapa dengan lelaki ini? Apakah dia benar-benar akan melakukan bulan madu? Sungguh demi langit dan bumi, jangan bilang dia akan menggoda Valerie di ruang ganti ini, seperti yang dia lakukan di dalam mobil tadi. Valerie sangat takut jika dirinya sampai tak bisa mengontrol diri seperti tadi.
Satu harian Valerie terus menghindar dari Jupiter. Dia berpura menemani Rainer bermain, membuat dirinya sibuk dengan aktivitas-aktivitas lainnya. Gadis itu akan mencari-cari alasan untuk meninggalkan Rainer ketika Jupiter mendatangi mereka dan ikut bergabung. Valerie tidak ingin membuat banyak kontak mata dengan Jupiter, sebab dia tahu mata itu lah yang membuat hatinya tak terkendali.Rainer bukan anak bayi yang harus ditidurkan lagi. Anak itu sangat mandiri, bahkan mengerjakan tugas sekolahnya pun dia tidak banyak ebrtanya pada Valerie. Sepanjang Rainer berkutat dengan tugas yang diberikan ibu guru, Valerie pun menghabiskan waktunya dengan melamun tidak jelas. Sampai anak itu selesai, Rainer pun menegur Valerie.“Ibu, kau tidak akan kembali ke kamarmu?” kata Rainer, melihat ibunya masih melamun di sofa sebelah ranjang.Mendapat pertanyaan seperti itu, tentu saja membuat Valerie menjadi gugup seketika. Dia berpura membenarkan selimut di atas dada Rai
“Aku mencintaimu.”Jupiter memberi kecupan di bibirnya istrinya, memeluk wanita berambut panjang itu. Dia tatap mata indah Valerie, mata yang baginya adalah lautan yang mampu menenggelamkan. Mata itu bagaikan samudra, membuat Jupiter ingin terus berlama-lama tenggelam di sana.“Aku lebih mencintaimu, Suamiku. Tapi, cepat lah ambil bekalnya, anak-anak pasti ingin memakan sesuatu.” Dia dorong dada Jupiter menjauh, mengingatkan suaminya akan pekerjaan yang belum dilaksanakan.“Oh, aku hampir lupa. Wajahmu begitu indah sampai membuatku melupakan segalanya,” puji Jupiter.Valerie memutar matanya. Sejak berapa tahun mereka menikah, lelaki di depannya itu memang sangat senang menggoda dan menggombal. Dia sudah paham tabiat Jupiter tetapi entah kenapa wajahnya selalu bersemu .“Dasar tukang gombal.”“Tidak, aku tidak begitu. Aku sangat menyukai wajah istriku dan itu tidak berbohong,”
“A-apa yang kau katakan, Piter?” Megan kelabakan sekarang, tetapi dia masih mencoba mengelabuhi lelaki yang ada di depannya. Wanita itu menyentuh lengan Jupiter mencoba merayu. “Apakah kau demam, Piter? Aku istrimu, kenapa kau menanyakan ke mana aku pergi? Astaga... kau sangat mencintai istrimu sampai mengigau” katanya.Jupiter bukan orang bodoh. Ya, anggap lah dia sudah bodoh satu minggu ini sehingga tak bisa menyadari siapa yang ada di dekatnya. Jika saja Jupiter tidak terlalu mencintai Valerie, dia pasti bisa melihat betapa bodohnya dia kemarin.Ketika Piter bertanya kenapa Raena diberi susu botol, kala itu dia curiga melihat dada istrinya yang berbeda. Itu tidak seperti pucuk dada milik seseorang yang menyusui. Tapi Jupiter terlalu takut istrinya akan tersinggung, sehingga mengabaikan keganjilan yang dilihatnya. Piter juga curiga akan keanehan Valerie yang sama sekali tidak mempedulikan Rainer. Dia ingin bertanya, tetapi rasa cinta ter
“Ah sial!” Umpatan tak bisa dihindarkan keluar dari mulutnya. Segera Jupiter menghubungi nomor kakaknya untuk mengawasi Valerie di rumah. Jika benar perempuan itu bukan Valerie, dia tidak akan melepaskan Megan kali ini.Siapa lagi jika bukan Megan? Hanya mantan istrinya itu lah satu-satunya orang yang selalu megusik hidupnya selama ini.“Jelny, awasi Valerie di rumah. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku tiba di rumah.” Piter berpesan, lalu mematikan ponselnya bahkan sebelum Jelny menyahut dari ujung sana. Lantas dia memacu jalan mobilnya untuk segera kembali ke mansion.**Malam semakin larut membuat pemandangan lebih gelap. Valerie masih berlari di tengah suara hewan malam yang terus memenuhi telinga. Sesekali dia terjatuh, ketika kakinya tidak mampu berlari lagi.“Arh!” Valerie menjerit saat kakinya masuk ke dalam lubang, dan dia menjadi jatuh. “Aw...” eluh
“Valerie, kau belum tidur?”Jelny muncul dari arah lain, mengejutkan Megan yang tengah mengendap-endap keluar dari kamar. Mata gadis itu tertuju pada kantong hitam yang tengah Megan bawa.“Apa yang kau bawa?” tanya Jelny lagi, membuat Megan ingin memecahkan kepala kakak iparnya itu.‘Bukan urusanmu, brengsek! Kenapa kau tidak tidur saja?’“Valerie? Kau mendengarku?”“A-apa?” Megan terkesiap.“Kenapa kau sangat terkejut? Astaga... aku hanya bertanya apa yang kau bawa di kantong hitam itu.”“Ini kotoran Raena,” sahut Megan cepat. “Ya, kotoran Raena. Baunya tidak sedap jika dibiarkan di dalam kamar, jadi aku ingin membuangnya.” Ada saja alasan yang didapat wanita pembohong ini.“Oh, itu. Kenapa kau tak menyuruh pelayan atau pengasuh saja? Valerie, kau baru melahirkan, tidak baik sering-sering naik turun tangga.”&ldqu
‘Bagaimana uangku? Kau tidak ingin aku mengirim gambar ini pada Jupiter, kan?’ sebuah pesan Marius kirimkan dari ponselnya.Tak sampai dua menit, dia sudah menerima balasan untuk pesan itu.‘Datang lah sekarang, aku akan meletakkan uangmu di tempat sampah depan mansion.’Lelaki itu segera bangkit dari duduknya. Valerie yang tengah berbaring di atas dipan kayu, ikut bangkit melihat lelaki itu.“Ke-kenapa?” tanya Valerie, bingung melihat eskpresi tak biasa yang Marius tunjukkan.Marius menghela napas panjang, matanya menatap Valerie tidak tega. Tapi dia tak punya pilihan sekarang, dia harus menjemput uang yang Megan janjikan agar segera bisa pergi membawa Valerie.“Aku akan pergi membeli makanan.”“Ka- kau meninggalkanku sendiri?” Valerie balik bertanya dan tampak ket
‘Tidak... aku tidak mau tertangkap. Tidak mungkin, hidupku tidak boleh berakhir seperti ini.’Megan tak bisa mengatakan apa-apa. Mulutnya kaku, otaknya tak mampu berpikir selain mungkin rahasianya sudah terbongkar sekarang. Dia ingin menutup panggilan itu dan melarikan diri sebelum Jupiter lebih dulu menemukannya.Megan bahkan berpikir untuk kabur menggunakan uang penjualan perhiasan milik Valerie, agar tidak tertangkap oleh Jupiter.“Valerie, kau mendengarku?”Bagaimana ini? Megan mendengarnya, tetapi dia tidak bisa berbicara. Otak kotornya tengah digunakan memikirkan rencana busuk untuk melarikan diri.“Maafkan aku, Valle, aku menyesal.”A-apa itu? Apakah Megan tidak salah mendengar? Jupiter baru saja meminta maaf dan dia berkata menyesal? Megan masih tetap terdiam, ragu mungkin lelaki itu hanya brsandiwara.“Aku memang bodoh, aku tidak memikirkan istriku yang baru menghadapi masa sulit mela
Jupiter termenung di ruang kerjanya. Otaknya berputar keras mengingat Valerie yang terasa aneh belakangan ini. Bukan, dia tidak sibuk seperti yang dia katakan pagi tadi. Jupiter ke kantor hanya ingin menenangkan pikiran dari gangguan istri yang sungguh tidak biasanya.Sekembalinya Valerie dari rumah sakit itu dirasa sangat aneh. Dia tidak seperti Valle yang Piter kenal sabar dan selalu bersikap santai. Menurut Jupiter, Valerie yang sekarang justru sangat berbalik seratus delapan puluh derajat.Bayangkan saja. Seorang wanita yang baru melahirkan, apakah wajar terus-terusan menempel di selangkangan? Valerie adalah gadis yang bersifat manis, penyabar dan dia bukan seseorang yang hanya memikirkan tentang seks. Tapi belakangan ini tangannya terus saja menyentuh milik Jupiter seakan takut benda itu akan hilang begitu saja. Bukankah dia masih berdarah? Bagaimana jika Piter tidak mampu menahan hasrat lalu memaksanya berhubungan intim?Jangan sampai. Piter tidak akan mem
“Aku harus mendapatkan uang, aku harus mendapatkan uang.”Megan berputar-putar di dalam kamar. Kepalanya sudah terasaa akan pecah mencari ide untuk mendapat uang sesegera mungkin. Dia tidak akan membiarkan Marius mengirimkan gambar-gambar itu pada Jupiter, sehingga hidupnya akan berakhir hari ini juga.“Sial! Kemana aku akan mencari uang yang sangat banyak?” umpatnya penuh emosi.Satu juta dolar, dan itu bukan lah jumlah yang sedikit. Dia saja tidak memiliki bahkan seperempat yang diminta oleh lelaki itu, bagaimana bisa dia mengirimkannya dalam waktu singkat? Megan frustasi, rencananya menjadi hancur karena orang yang dia anggap bodoh justru sekarang mengancam dirinya."Orang bodoh itu, kenapa juga aku bisa lalai padanya?" gerutu Megan tak percaya.Ketika dengan Sammy, Megan bisa membuat lelaki itu benar-benar bodoh. Tetapi Marius ternyata berbeda. Lelaki itu hanya menginginkan Valerie sehingga tunduk padanya selama in
“Sayang, apa yang kau berikan pada baby Raena?”Megan sangat terkejut mendengar suara Jupiter di belakangnya. Lelaki itu baru selesai mandi dan berdiri tepat di pintu kamar mandi. Alisnya mengerut melihat botol susu yang tengah dia berikan pada bayi di dalam pangkuannya.“Kau memberinya susu formula?” Sekali lagi, Piter bertanya dari ujung sana, lalu berjalan sangat cepat menuju sofa yang diduduki oleh Megan. “Kenapa kau memberinya susu formula?”‘Sialan... kenapa, sih, dia sangat cepat datang?’ umpat Megan kesal. Dia harus memutar kepalanya sebelum Jupiter bertanya lebih banyak lagi.“Sayang, ini ASI. Sebenarnya aku memerahnya sejak tadi malam, dan memberikan pakai botol untuk Raena. Itu... put.ngku perih, aku tidak tahan,” ucapnya, membuat wajah sedih dan merasa bersalah.Sejak dua hari ini mereka sudah kembali ke rumah. Megan terus menyamar sebagai Valerie, dan harus berpura menyu