Milka makin bersemangat mencaritahu tentang cucu dari Robert Barkeley. Dia akhirnya menemukan satu nama yaitu Riley Barkeley, pria 30-an tahun yang merupakan pewaris dari perkebunan dan kilang anggur keluarga Barkeley.Lalu ketika penelusurannya semakin dalam, Milka menemukan bahwa ada salah satu perkebunan anggur Riley Barkeley yang berada di kota tempat dia singgahi ini.Membaca tentang ini, Milka penuh semangat.“Waaaah kebetulan macam apa ini? Pastilah ini petunjuk Tuhan agar aku bertemu dengan Tuan Fear Laidir yang sebenarnya.”Setelah berpikir dengan hati semangat, Milka memutuskan untuk mencari sosok Riley Barkeley.Sepanjang Tn. Freddo sibuk dengan pekerjaan, Milka menjelajah kota itu, berusaha mencari pria bernama Riley Barkeley.Sayangnya, lima hari di kota itu, Milka tak berhasil menemukan pria itu.Ketika dalam perjalanan pulang, Milka terduduk dengan pikiran yang masih melayang pada sosok Riley Barkeley. Di mana dia bisa menemukan Riley?“Ini undangan untuk Sabtu ini. Kau
“Oh ini dia orangnya. Panjang umur! Baru saja dibicarakan, orangnya sudah muncul.”Milka yang sedang mengendap masuk ke kediaman keluarga Dyazz untuk menuju ke kamarnya dikejutkan dengan kemunculan pelayan di rumah yang langsung memintanya mendatangi ruang duduk.Begitu dia tiba di sana, seluruh keluarga Dyazz berada di sana.Dan Ny. Miranda langsung menyapanya dengan senyum manis, tapi bernada ketus.“Duduklah, Milka.”Milka duduk dengan hati dipenuhi kecemasan. Pastilah ini berkaitan dengan kepergiannya selama lima hari. Apakah Moreno mendatangi rumah Mom selama aku pergi? Seperti nya tidak karena Mom tidak menceritakan apapun.Tapi jika bukan itu, lalu apa yang ingin mereka sidangkan padaku?“Ada apa ya?” tanyanya dengan memasang wajah innocent.“Ada apa? Kau masih berani bertanya ada apa?” Suara Ny. Miranda mulai melengking tinggi, meski masih belum mencapai puncaknya.Jantung Milka kembali berdetak kencang. Apakah hubungan terlarangnya dengan Tn. Freddo sudah ketahuan? Kalau iya,
Hari Sabtu tiba dengan cepat.Savanah selesai dengan gaun malamnya, berupa gaun sleeveless berwarna hijau army gelap dengan butiran kristal kecil-kecil. Balutan gaun dimulai dari dadanya, mengetat di pinggang lalu sedikit mekar hingga ke ujung gaun yang jatuh tepat di bawah lutut.Gaun ini dibelinya bersama Brianna sebagai persiapan menghadiri acara Rantai Pebisnis Muda malam ini. Dan karena meminta Brianna menemaninya membeli gaun, Brianna akhirnya merengek minta diperbolehkan ikut.Savanah pun mengiyakannya setelah bertanya pada Storm.“Terserah kau saja,” kata Storm saat Savanah bertanya. “Asal dia jangan terus-terusan di dekat kita sepanjang acara nanti. Aku selalu dibuatnya malu dengan suara loudspeaker-nya itu.”‘Tapi tidak mungkin juga jika dia sepanjang acara harus menjauhi kita. Kan dia datang bersama kita. Apalagi kalau tidak ada yang dia kenal.’“Baiklah, baiklah. Tapi kalau dia bicara yan
Storm mendelik kesal melihat kedua bola mata Brianna seperti hendak keluar ketika menatap mobil Rolls Royce Ghost yang dia kendarai.Terlebih ketika kaca mobil turun dan gadis itu melihat Storm yang berada di balik kemudi.Lalu tiba-tiba saja, tanpa terduga, Brianna bersuara kencang kepada Savanah.“Tuh kan benar tebakanku! Kau diberikan hadiah ini oleh suami perkasamu!”Sontak saja pejalan kaki di samping kanan kiri Brianna menoleh ke arahnya, lalu ke arah mobil Savanah.Namun, tanpa dosa, Brianna membuka pintu mobil lalu melesak masuk duduk di belakang.Wajahnya begitu sumringah, bahkan dia seakan berhati-hati saat duduk, mengelus kulit jok mobil dan merasakan keempukannya.Savanah menatapnya dan tertawa geli dalam hati.Tapi Storm, dia berdecak kesal lalu bergumam, “Kau tidak memberitahunya tentang syarat yang harus dia patuhi agar diperbolehkan ikut datang dan pulang bersama kita?”Giliran Savanah yang mendelik Storm lalu tersenyum geli ketika melihat ternyata Storm serius dengan
“Mom, coba lihat siapa yang datang?!” Misty mendekatkan bibirnya ke telinga ibunya lalu berbisik lirih.Miranda yang sedang asyik menyesap cocktail di tangannya pun menengadah dan mengikuti arah pandang putrinya yang tertuju pada pintu masuk.Terlihat olehnya saat ini adalah Savanah berjalan anggung dengan menggamit lengan Storm.Kedua mata Miranda membelalak meskipun dia berusaha keras untuk tetap tenang.Bukan saja karena gaun yang dikenakan Savanah merupakan gaun bagus, gaun yang selalu dilihatnya terpajang di salah satu top butik di kota ini, tapi juga karena Savanah yang terlihat cantik tampak serasi bersanding dengan Storm.Bagaimana bisa?Storm yang urakan, berandal, dan bukan siapa-siapa, tidak seharusnya bisa tampil sememesona ini.“Kenapa kakak tiriku bisa tampak ganteng ya malam ini?” bisik Misty lagi dengan wajah penuh senyum. Sontak saja sang ibu mendelik tajam padanya.“Apa-apaan kau ini? Dasar genit!”“Lah, habisnya tidak pernah sebelumnya Storm tampil semacho ini, Mom!
Kata-katanya itu lebih diarahkannya untuk Storm.Ketika dia melihat Storm mengangguk puas dengan segala pembelaan Brianna, gadis itu berseru lagi, “Jadi, sekarang aku sudah boleh kan ikut kalian ke mana-mana?”“Memangnya kau mau ikut kami ke mana saja? Tidak risih jadi nyamuk?”“Ya bukan jadi nyamuk juga lah! Maksudku kalau ada acara kece begini, aku menebeng kan sudah diperbolehkan bukan?”Storm akhirnya tidak menjawabnya lagi. Biar bagaimana pun dia berterima kasih pada Brianna sudah membalas kata-kata Miranda sehingga dirinya sendiri tidak perlu berkutat dengan emosi antara ingin memukul Miranda, atau harus memikirkan kehormatan dirinya sebagai manusia yang beretika.Tapi di sisi lain, Brianna terlalu cepat over pede. Seperti kali ini. Itu sedikit menyebalkan.Tinggallah Savanah saja yang tersenyum pada Brianna lalu menggerakkan jarinya membentuk ucapan terima kasih.Mereka lantas mulai menikmati acara. Merasa tidak terlalu dikenal para anggota asosiasi karena identitas Storm sebag
Seseorang akhirnya menghampiri Moreno dan mengajaknya berbincang.Riley Barkeley pun bisa terlepas dari perbincangan tak berarti dengan Milka. Pria itu pergi dan tinggallah Milka mengikuti percakapan antara Moreno dan seseorang.Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Tn. Alfred, pemilik sekaligus direktur utama sebuah yayasan yang bergerak dalam membina anak-anak jalanan serta wanita-wanita PSK.Yayasan ini dibentuk sebagai sebuah bentuk tanggung jawab sosial dari perusahaan induk yang menyajikan hiburan dalam bentuk kasino.Miris sebenarnya betapa saling bertentangan antara visi yayasan serta visi kasino, tapi itu salah satu jalan yang harus ditempuh oleh Harme’s Casino agar kehadirannya tidak lagi mendulang protes yang panjang lebar dari masyarakat.Harme’s Casino cukup terkenal di seantero kota. Merupakan kasino terbersar di kota mereka.Lalu Moreno menjabat sebagai wakil direktur yayasan Harme’s Casino yang diberi nama Yayasan Pengayoman Harme.Itu luar biasa!Milka sudah melambu
Kedua matanya berkaca-kaca. ‘Kapan kau mempelajarinya? Aku sungguh tidak menyangka. Brianna saja tidak pernah bisa. Mom pun tidak terlalu pandai berbahasa isyarat.’“Oh, aku juga tidak terlalu pandai sebenarnya. Aku hanya menghapalkan gerakan untuk kalimat tadi saja. Jangan menangis, nanti riasanmu luntur,” bisik Strom sembari menarik Savanah dan memeluknya erat.Dia sudah mempelajari bahasa isyarat untuk kalimat tadi sebulan lamanya. Storm diam-diam mencari seseroang yang bisa bahasa isyarat untuk mengajarinya.Karena keterbatasan waktu dan tingkat kesulitan, jadilah Storm hanya mampu mengucapkan beberapa kalimat saja dengan jarinya itu. Tapi khusus untuk kalimat tadi, dia bertekad melancarkannya.Dan itu sukses membuat Savanah terharu.Dipeluknya erat, merasakan kehangatan hati dan cinta dari Storm.“Sudah jangan menangis lagi. Kita harus berangkat sekarang. Tuan rumah tidak boleh terlambat, bukan?”
Savanah memeluk Storm dari belakang, mengalungkan lengannya di leher Storm, lalu berbisik lembut, “Redakan amarahmu. Langit sudah gelap, tidak baik menahan marah sampai esok hari.Kita akan membekali Sky, River, dan Aspen dengan pembelajaran bahwa jika ayahmu mendekati mereka lagi, lalu mengajak pergi bersama, mereka harus pastikan bahwa kita berdua ikut, atau setidaknya diberitahu.”Selesai berbisik, Savanah menciumi tengkuk pria itu agar amarahnya sedikit teralihkan.Benar saja, Storm mulai meletakkan ponselnya lalu memanjangkan lengannya ke arah belakang dan merangkul leher Savanah. Dia lalu membawa sang istri ke depan dan kini posisi Savanah yang didekapnya dari belakang.Seakan hasrat sudah mengambil alih, kini giliran Storm yang menciumi tengkuk Savanah setelah dia menyampirkan rambut panjang Savanah ke bahu kiri sang istri.Leher putih, mulus, dan jenjang itu begitu menggoda, membuat kemarahannya pun sedikit mereda digantikan hasrat yang mengembang apalagi rasa frustrasinya tad
Savanah menatap Braxton yang menjawab tanpa rasa bersalah sama sekali. Pria itu malah terkesan menikmati kekesalan dan kekhawatiran Savanah.Tidak tahukah dia bahwa Savanah begitu khawatir pada River sampai-sampai dia tidak nafsu makan, bahkan tidak mengingat bagaimana Sky dan Aspen makan malam tadi. Apakah mereka makan dengan benar, dengan cukup? Atau malah mereka hanya memainkan makanan mereka?Andai bisa, Savanah rasanya ingin meninggalkan Braxton tanpa kata sama sekali dan langsung membawa anak-anak dan keluarganya masuk. Biarkan saja dia merasa tidak dianggap.Tapi ada ayah dan ibunya yang turut mendelik tajam pada Braxton. Hanya saja pria itu seakan tidak menganggap kekesalan mereka semua dengan serius. Braxton malah membiarkan wajahnya terlihat senang seperti tak ada rasa bersalah pada Savanah dan yang lainnya.Dia menunjuk sekotak hadiah besar yang dipegang River.“Kakek kenapa mengajak River jalan-jalan tidak izin dulu dengan mommy dan daddy? Asal kakek tahu, Mommy dan Daddy
Storm marah. Dia pun mengajak Savanah dan anak-anak untuk segera pulang. Perjalanan yang tadinya terasa menyenangkan dengan berjalan santai bersama, kini terasa terlalu panjang seakan tak berujung.“Mommy, kenapa dengan River? Bukankah kata Mommy, kakek Braxton adalah ayahnya daddy? Mungkin saja Kakek Braxton sedang bermain bersama River.”Celotehan Sky membuat Storm terperangah. Savanah pun ikut kehilangan kata-katanya.Mereka berpandangan dan merasa sulit untuk menjelaskan pada Sky.Sudah jelas Savanah tidak ingin menjelekkan Braxton di depan anak-anak mereka. Biar bagaimanapun Braxton adalah ayahnya Storm. Tidak baik jika dia menjelekkannya di hadapan anak-anaknya.Dan sekalipun Storm tidak peduli jika sifat asli ayahnya dikuak di depan anak-anaknya, dia tetap tidak menyalahkan Savanah. Storm menghormati keputusan Savanah untuk tetap menjaga image ayahnya.Storm juga mengerti jika dari sudut pandang anak-anak, mereka masih sep
“Hei!” seru Braxton menyapa Sky dengan senyum ramah.Pria itu mengambilkan bola yang menggelinding lalu memberikannya pada Sky.“Kakek? Terima kasih.” Sky mengambil bola yang disodorkan.Braxton pun mengangguk senang dengan mata berbinar-binar.Sky lalu berbalik hendak kembali, tapi dia berhenti sejenak lalu berbalik lgi menghadap Braxton.“Kakek ... ayahnya daddyku, bukan?” tanyanya dengan polos.Hanya pertanyaan sederhana tapi Braxton terharu. Ternyata Storm masih menceritakan jati dirinya dengan benar pada anak-anaknya.“Iya, aku kakekmu.”Sky lalu tersenyum padanya dan merentangkan tangan. Braxton terkesiap melihatnya dan segera membungkukkan tubuh agar bisa dipeluk Sky.“Aku senang karena masih memiliki kakek. Jadi sekarang, kakekku ada dua. Kakek Zach dan kakek.”Braxton begitu tersentuh sampai-sampai air matanya menetes. Hatinya kembali berat ketika Sky melepaskan pelukan mereka.“Dah, Kakek. Aku mau bermain lagi.” Sky melambaikan tangan dan berlari pergi.Bergeming di tempatny
Siang yang santai, Storm mengajak anak-anak dan Savanah untuk berjalan-jalan santai sedikit jauh dari rumah. Mereka melwati pohon-pohon dengan daun yang sudah berubah beberapa warna, yang juga berguguran di jalanan.Warna kuning, merah, lalu coklat, menjadi dominan di pepohonan, menggantikan daun hijau yang menghias musim panas yang lalu.Suhu udara juga turun cukup banyak di musim gugur ini sehingga berjalan di siang hari adalah waktu yang tepat. Lagipula, siang hari menjadi lebih pendek, dan langit menggelap di sore hari.Storm merangkul Savanah yang perutnya kini sudah cukup besar. Jaket dan syal melingkupi tubuh Savanah yang kini seahri-hari mengenakan dress longgar demi kenyamanan perut besarnya. Storm sendiri hanya mengenakan sweater lengan panjang yang tidak terlalu tebal serta celana jeansnya yang berwarna biru muda, kesukaannya.Sky berjalan di depan mereka mendorong sebuah stroller yang akan ditempati Aspen jika bocah itu lelah.“Di ujung sana ada taman bermain, Daddy. Boleh
Miranda masih mengingat jelas bagaimana wajah Scilla saat muda, saat dia berhasil merayu Braxton untuk menikahinya dan mengusir Scilla dari rumah ini.Scilla sangat cantik dengan pembawaannya yang tenang dan bersahaja. Miranda selalu cemburu melihat Scilla yang tak pernah terlihat patah hatinya sekalipun Braxton telah jelas-jelas memperkenalkan dirinya pada Scilla.Wanita itu bagaikan putri raja yang begitu agung dan terhormat, yang hanya menatap dalam diam bagaikan air tenang yang menghanyutkan.“Aku akan menikahinya, karena dia sekarang mengandung anakku,” kata Braxton waktu itu.Raut wajah Scilla tidak berubah ketika mendengar kata-kata Braxton kala itu. Dia dengan diam berdiri dan menatap datar pada Braxton lalu Miranda.“Baiklah kalau kau ingin menikahinya, aku akan menceraikanmu.”Bahkan Miranda sangat kesal karena Braxton terus membahas kalimat Scilla waktu itu. Dia yang menceraikan Braxton, bukan dia meminta diceraikan. Hah, wanita sombong!Lebih sombong lagi karena permintaann
“Haaah ... kita lagi-lagi pulang hanya ada rumah yang kosong. Seharusnya tadi itu kau jangan banyak bicara. Sebelum Storm pulang, kita sebenarnya punya kesempatan untuk mengambil salah satu dari bocah itu!”Braxton duduk di salah satu sofa dengan raganya yang terlihat letih. Mendapati rumah ini yang hanya berisi beberapa pelayan saja, tanpa adanya Misty dan Moreno lagi, membuat hati Braxton merasa hampa.Biar bagaimana pun rumah ini terlalu besar untuk ditempati mereka berdua saja.Apalagi tadi dia sempat melihat sekilas isi dalam rumah Storm. Sekalipun perabot mereka biasa saja dan kebanyakan menggunakan perabot berbahan kayu, rumah Storm terlihat hangat.Bayangan anak-anak kecil duduk dan mengitari setiap sudut rumah, bermain sambil berlarian, bercekikikkan, berceloteh, bahkan bertengkar, membuat hati Braxton berkedut lebih sedih lagi. Dia ingin merasakan semua itu di rumahnya ini.Rasanya sungguh iri melihat teman-temannya yang lain memiliki kesibukan extra di masa tua mereka, yaitu
Raut wajah Storm perlahan melunak seiring menghilangnya mobil Braxton dari pandangan mereka.Pria itu menatap anak-anaknya satu demi satu.“Kalian tidak apa-apa?” tanyanya sambil memeluk Sky dan River bersamaan.“Kami tidak apa-apa. Tapi tadi itu siapa, Dad? Kenapa mereka sepertinya ingin membawa kami pergi dari sini?”Storm tidak langsung menjawab. Dia hanya memeluk erat lalu mengecup kepala dua bocah itu satu per satu. Lalu pandangannya tertuju pada Aspen yang berada dalam gendongan Savanah.Dia pun turut memeluk Aspen lalu istri tercintanya.“Mau apa mereka?” tanyanya pada Savanah saat mengurai pelukannya.“Mereka memintaku untuk mengizinkan Sky dan River menginap di rumah ayahmu. Alasannya karena dia berhak atas mereka, karena dia adalah kakek mereka. Lalu mereka juga bilang, bahwa anak-anak berhak memilih di mana mereka ingin tinggal.”Storm meradang lagi ketika mendengar penjelasan istrinya. Bagaimana bisa ayahnya dan istri ayahnya itu tiba-tiba memiliki pikiran seperti ini? Su
“Hah!” Savanah tak habis pikir dengan bagaimana Braxton dan Miranda bisa datang ke rumah mereka dan mengatakan semua itu dengan lantangnya?Padahal, jika dirunut puluhan tahun ke belakang, Braxton menelantarkan Storm. Lalu mereka telah menghina Savanah saat bisu. Ada banyak pertikaian dan mereka masih berani mengatakan hal seperti ini?Di mana urat malu mereka?“Mohon maaf, Tn. Braxton, tapi putramu mengurus anak-anaknya dengan sangat baik. Jika saat kecil Storm dibuang dari rumahmu itu benar disebut ditelantarkan. Tapi anak-anakku merasakan kehangatan di rumah kami, sudah tentu mereka tidak ditelantarkan.Mereka kami rawat dengan penuh sayang. Bagaimana bisa kau mengatakan mereka terlantar?Lagipula, asal kau tahu, Tn. Braxton, Storm telah menjadi ayah yang hebat bagi mereka. Dia selalu hadir di setiap moment hidup anak-anaknya.Setiap ulang tahun mereka, dia selalu hadir. Jangankan ulang tahun, setiap sarapan dan makan malam, Storm selalu bersama kami. Bagaimana mungkin kau dengan e