"Mike," jawab Irene. "Aku nggak tahu harus berapa lama di rumah sakit, jadi aku menelepon agar dia nggak menungguku makan malam."Sambil berbicara, Irene menghubungi nama "Mike" dalam daftar kontak di ponselnya.Tidak lama kemudian, panggilan ini terhubung. Terdengar suara Michael yang agak dingin. "Kak.""Aku ada masalah kecil. Hari ini, sepertinya aku akan pulang lebih malam. Kamu ... makan malam sendiri saja," kata Irene."Apa maksudmu masalah kecil?! Langsung beri tahu dia kalau kamu lagi di rumah sakit," sela Leni dari samping."Kak, kamu lagi di rumah sakit?" tanya Michael. Suaranya sepertinya agak berubah."Ya, aku terjatuh. Sekarang, aku lagi menunggu untuk pemeriksaan rontgen di rumah sakit," kata Irene."Rumah sakit mana? Aku ke sana sekarang juga," kata Michael."Nggak perlu. Ada Leni, kok, di sini. Kamu tunggu saja di rumah," kata Irene dengan terburu-buru.Di ujung telepon lainnya, Michael terdiam. Sesaat kemudian, suara yang dingin itu kembali terdengar. Dia tetap bersike
Hanya saja, karena pesan direktur rumah sakit, Dokter Cokro baru lebih memperhatikan Irene.Tepat pada saat ini, seseorang berjalan memasuki ruangan ini dan menghampiri Irene. "Kak," panggil orang ini."Kamu sudah datang, ya," kata Irene. Pria ini tiba lebih cepat daripada yang Irene bayangkan."Ya, jalanan macet, jadi agak telat," kata Michael."Pak Dokter, bagaimana? Apakah temanku terluka parah? Tadi, dia dibuat tersandung oleh seseorang dan terjatuh beberapa anak tangga di eskalator," kata Leni dengan gugup."Lukanya nggak parah, hanya saja di bagian mata kaki ada patah tulang ringan. Istirahat seminggu atau dua minggu sudah cukup, tapi ...." Dokter Cokro ragu-ragu sesaat."Tapi apa?" tanya Leni."Tapi, Nona Irene, beberapa tahun yang lalu, kamu sering terluka, ya?" tanya Dokter Cokro.Irene tercengang. Untuk sesaat, dia tidak bisa menjawab pertanyaan ini."Aku nggak bermaksud apa-apa, tapi dari hasil rontgen, bisa dilihat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kamu sepertinya sering
Saat nama "Michael Yunata" keluar dari mulut Irene, tubuh Michael seketika menjadi kaku."Kamu membenci Michael Yunata?" gumam Michael.Irene membuang napas dan berkata, "Semua orang di Kota Cena kenal dengannya. Di kecelakaan itu, orang yang meninggal itu Helen Moiras, calon istrinya Michael. Jadi, tentu saja nasibku akan menjadi buruk. Ada banyak orang yang ingin menjilat Michael, jadi mereka menyakitiku."Setelah terdiam sejenak, Irene mentertawakan dirinya sendiri, dia berkata, "Terkadang, aku bahkan berpikir, kalau saat itu orang yang terlibat dalam kecelakaan itu bukan Helen, apakah aku bisa memenangkan kasus itu? Apakah aku nggak akan masuk penjara tiga tahun dan mengalami semua penderitaan itu?"Irene tidak tampak marah, tetapi caranya mentertawakan dirinya sendiri seperti ini malah membuat Michael makin merasa bersalah.Mungkin, setengah dari penderitaan yang Irene alami berhubungan dengan Michael.Michael berjongkok di hadapan Irene, tatapannya menembus rambutnya yang tebal d
"Kakak sangat ringan," kata Michael. Dia tidak berbohong. Tinggi badan Irene memang 160-an cm, tetapi saat Michael menggendongnya seperti ini, sepertinya berat badannya tidak lebih dari 45 kg. Sepertinya, ke depannya, Irene harus makan lebih banyak.Irene menempelkan wajahnya di punggung Michael dan merasakan kehangatan dari tubuh Michael. Sudah lama sekali dia tidak digendong orang lain seperti ini. Dalam ingatannya, sepertinya, hanya saat dia masih kecil, ibunya pernah menggendongnya seperti ini.Hanya saja, ingatan dari saat itu sudah terlalu kabur."Mike, kamu baik sekali," gumam Irene."Terus Kakak mau bilang kalau aku orang baik?" tanya Michael."Aku mau bilang, kamu benar-benar adikku yang baik. Aku beruntung sekali bisa punya adik sepertimu," kata Irene.Mendengar kata "adik", mata Michael berkilau.Dulu, saat permainan ini dimulai, bukankah dia berada di sisi Irene dengan status seorang adik? Irene menyuruh Michael memanggilnya dengan sebutan "kakak".Namun, sekarang, Michael
Di dalam kamar kontrakan Irene, Michael menurunkan Irene dengan hati-hati di sebuah kursi, lalu dia memanaskan makanan yang sudah dingin.Melihat Michael yang sibuk, pandangan Leni terhadap Michael agak berubah. Sebelumnya, dia tidak begitu menyetujui Irene tinggal dengan orang asing, tetapi pria ini jelas-jelas sangat baik pada Irene.Jika ada orang yang menjaga teman baiknya seperti ini, Leni pun merasa lebih tenang.Setelah Leni pulang, Michael dan Irene pun makan malam dengan sederhana. Kemudian, Irene ingin beres-beres, tetapi Michael berkata, "Aku saja, Kakak jangan banyak gerak."Pada saat ini, Irene seperti menjadi tidak berguna.Setelah beres-beres, Michael bertanya pada Irene, "Kakak mau ke kamar mandi?""Hah?" Irene tercengang sesaat, lalu wajahnya memerah."Mau atau nggak?" tanya Michael lagi, seakan-akan ini pertanyaan biasa.Dengan ekspresi canggung, Irene akhirnya tetap mengiakan ucapan Michael dengan pelan.Oleh karena itu, Michael menggendong Irene dan berjalan ke kama
Irene berkata, "Tapi, kalau aku dipecat dan nggak ada penghasilan, biaya kontrakan, biaya makan dan hidup ....""Ada aku!" kata Michael. "Aku bisa mendapatkan uang untuk menghidupimu, jadi kamu nggak perlu mengkhawatirkan hal ini."Irene menatap pria di hadapannya dengan terkejut. Dia tahu bahwa Michael hanya melakukan pekerjaan kecil-kecilan dan tidak mendapatkan uang banyak. Namun, sekarang, ucapan Michael malah membuat Irene merasa tenang.Irene tidak sendirian dan tanpa bantuan, dia masih bisa bergantung pada Mike."Cepat telepon," kata Michael sambil menyodorkan ponsel Irene padanya.Irene mengerutkan bibirnya dan menghubungi ketua tim yang bertugas untuk mengatur para penyapu jalanan di Pusat Sanitasi Lingkungan.Awalnya, Irene mengira bahwa dia tidak akan bisa mengambil cuti panjang. Namun, tak disangka, begitu dia mengatakan bahwa dia mungkin akan cuti selama seminggu, ketua timnya malah langsung setuju. Ketua timnya bahkan mengatakan jika seminggu tidak cukup, Irene bisa cuti
Pada malam hari, Michael terbangun oleh suara seruan Irene. Saat dia menyalakan lampunya, dia menyadari bahwa Irene sedang tidur dengan gelisah sambil mengigau.Hanya saja, suara Irene terlalu samar, hingga Michael sama sekali tidak bisa mendengar apa yang sedang Irene katakan dengan jelas."Kak!" Michael memanggil Irene sambil memegang kening wanita itu. Dia menyadari bahwa kening Irene sudah bercucuran keringat dan terasa panas.Michael bergegas menyeka kening Irene dengan handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat.Irene tetap memejamkan kedua matanya sambil terus menggumamkan sesuatu.Michael terus memanggilnya, tetapi mata Irene tetap saja tidak dibuka.Michael mengernyit, dia merasa khawatir dan gelisah. Bahkan, untuk sesaat, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk membuat Irene merasa lebih nyaman.Sepertinya, ini pertama kalinya dia mengkhawatirkan seorang wanita seperti ini.Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Charles, sekretarisnya. Pada pukul dua tengah mala
Namun, Charles langsung menyingkirkan pikiran ini. Dia tidak seharusnya menebak-nebak hal ini.Charles pun menutup pintu kamar ini dengan pelan. Di dalam ruangan, Michael menatap Irene yang sedang terlelap. Dia menyodorkan obat demam ke bibir Irene yang agak kering sambil berkata, "Ayo minum obat."Tanpa disadari, Irene malah menutup mulutnya rapat-rapat. Obatnya tidak bisa dimasukkan ke dalam mulutnya, apalagi ditelan.Michael benar-benar habis pikir. Kemudian, dia memasukkan obat dan air ke dalam mulutnya sendiri, menundukkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya ke bibir Irene.Bibirnya menyentuh bibir Irene. Dia membuka bibir Irene dengan ujung lidahnya dan memasukkan obat itu ke dalam mulut Irene. Sebenarnya, masih ada cara lain untuk membuat Irene minum obat, tetapi entah mengapa dia menggunakan cara ini.Meskipun obatnya sudah berada di dalam mulut Irene, bibir Michael masih tetap menempel dengan bibir Irene.Michael merasakan sejenis keserakahan dan juga sejenis kecanduan. Makin l