Share

Istri Bayaran Duda Angkuh
Istri Bayaran Duda Angkuh
Penulis: dtyas

Part 1 ~ Pengkhianatan

Penulis: dtyas
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-12 15:57:48

Akhirnya jam kerja pun berakhir. Rara bergegas merapikan meja dan memastikan komputer sudah off lalu menuju mesin absen tidak jauh dari lift. Biasanya dia tidak pernah meninggalkan kantor di jam seperti ini, karena akan berebut menggunakan lift. Apalagi berada di lantai tujuh dan lift sudah penuh dari atas. Karena hari ini ada perayaan yang begitu spesial, jadi gadis itu harus bergegas pulang.  

Beruntungnya Rara berdesakan di dalam lift dengan para wanita. Tidak perlu khawatir ada yang mengambil kesempatan. Saat keluar dari lift, segera ia menuju parkiran basement. Tepatnya parkiran motor. Tujuannya adalah toko kue, The Harvest Cake. Harganya lumayan mahal, tapi sesuai dengan rasanya. Apalagi ini momen spesial, wajar kalau harus mengeluarkan budget yang tidak biasa.

Sampai di toko, pilihannya jatuh pada chocolate tiramisu. Bentuknya saja sudah menggugah selera. Kebetulan Rara dan Harun sama-sama penyuka coklat. Harun adalah kekasih Rara dan hari ini anniversary setahun hubungan mereka.

 “Ucapannya ini ya mbak,” ujar Rara sambil menyerahkan memo berisi ucapan yang akan dituliskan di atas cake.

 Cake sudah bergantung aman dimotor. Dengan laju pelan agar tidak terbentur dan merusak bentuk cake, akhirnya Rara sampai di gedung apartemen di  mana Harun tinggal. Yang dia tahu hari ini Harun libur dan ada di apartemennya.

Setelah keluar dari lift, Rara mengeluarkan cake dari kardusnya. Tepat di depan pintu unit Harun, lilin pun dinyalakan lalu dia menekan code acces untuk membuka pintu. Apartemen itu terlihat sepi, tapi Rara hampir terjungkal karena tersandung heels dan dia yakin itu bukan miliknya yang tertinggal atau sengaja ditinggalkan sebelumnya.

 “Ini punya siapa ya?” gumam Rara.

Di dapur tidak ditemukan Harun, termasuk di balkon yang pintunya terbuka. Kamar menjadi tujuan berikutnya. Terdengar suara gemericik air dari shower, tapi bukan hanya itu saja. Ada suara lain dan Rara yakin suara dari dua orang dan salah satunya suara seorang wanita.

“Ahh, Harun lebih kencang.”

 “Sabar sayang. Sebentar lagi aku akan sampai.”

Terdengar percakapan dari dalam toilet, meskipun sangat pelan. Perasaan gadis itu mulai tidak enak dan lilin pun sudah meleleh. Dengan langkah pelan Rara menuju toilet yang pintunya tidak tertutup rapat.

‘Tidak apalah kalau aku melihat Harun dalam kondisi polos, dari pada tunggu dia keluar yang ada makin penasaran,’ batin Rara.

Mata Rara terbelalak karena terkejut. Hampir sama terkejutnya ketika melihat saldo rekening di akhir bulan yang hanya saldo minimum. Harun yang membelakanginya dengan kondisi tidak berbusana dan basah di bawah guyuran shower, juga seorang wanita. Keduanya sama-sama telanjang dan begitu intim, dengan bagian bawah tubuh menyatu.

 “Tega kamu ya, hari ini anniversary kita dan kamu rayakan dengan mengkhianatiku.”

 Harun terkejut dan berbalik lalu menutupi miliknya dengan kedua tangan, si wanita berdiri di belakang tubuh Harun.

 “Dia siapa?” tanya wanita itu.

 “Rara, aku bisa jelaskan,” ujar Harun.

 “Jelaskan apa? Mau bilang kalau kalian khilaf.”

 “Harun dia siapa?” tanya wanita itu lagi.

 “Bilang ke perempuan itu, aku ini siapanya kamu,” teriak Rara. 

Harun terdiam sepertinya dia bingung untuk mengakui siapa Rara dan hubungan mereka. Rasanya Rara ingin menjambak rambut kedua manusia tidak berakhlak di hadapannya, bahkan ia terlihat konyol dengan cake di tangan dan berhadapan dengan pasangan yang tidak berpakaian.

“Dia … mantanku,” sahut Harun.

 “Eh mantan, mending lo pergi deh. Ganggu kesenangan kita aja,” ujar si wanita.

 “Mantan?”

 Rara meyakinkan dirinya, kalau Harun memang mengatakan dia adalah mantannya.

 “Mantan apaan?” tanya Rara sambil melemparkan cake yang ada di tangannya tepat mengenai wajah Harun. “Gue nggak rela lo bilang mantan, sedangkan tadi siang lo masih bilang sayang ke gue. Mulai saat ini kita putus dan lo mantan gue,” ujar Rara sambil berteriak.

 “Dasar perempuan aneh, pergi lo,” teriak wanita itu sambil membersihkan wajah Harun yang penuh cream.

 Rara beranjak pergi dari tempat itu, mengabaikan teriakan Harun yang memanggilnya dan ocehan wanita murahan yang bersedia enak-enak dengan Harun padahal mereka jelas belum menikah. Rasanya setahun yang dijalani bersama Harun, sia-sia. Gadis itu begitu naif, sejak semalam merencanakan hal ini tapi kejutan yang disiapkan mengalahkan kejutan yang Harun berikan. 

Tidak terasa ternyata air mata sudah menetes di wajah Rara dan segera mengusap air matanya saat berdiri di depan lift.

“Rara.”

Harun ternyata menyusul. Hanya mengenakan bathrobe, bahkan tanpa alas kaki dan di wajahnya masih ada sisa cream dari cake yang dibeli dengan harga mahal tapi berakhir di wajah si pengkhianat.

“Aku bisa jelaskan,” ujar Harun sambil menatap Rara.

 “Tidak perlu.”

 “Aku pria normal, Rara.”

“Aku juga wanita normal,” sahut Rara masih melayangkan pandangan ke arah lain.

Harun berdecak, lalu menghalangi jalan ketika pintu lift terbuka.

“Minggir!” titah Rara tanpa semangat.

“Rara, aku pria dewasa dan normal. Perlu mengeluarkan hasratku dan kamu tidak bisa penuhi itu.”

“Lalu salah aku? Kamu harusnya menikah bukan pacaran,” pekik Rara yang menatap pria konyol di hadapannya.

“Aku belum siap.”

“Ya jangan dulu muncrat ke mana-mana. Gila kamu ya, aku nggak habis pikir. Otak mesum kamu jadi alasan untuk mengkhianati aku.”

“Bukan begitu Rara.”

“Harun,” terdengar suara pasangan si mesum memanggil.

“Kamu jangan gitu dong, masa kita pacaran cuma pegangan tangan doang. Aku raba-raba kamu dikit, ngambeknya lebih dari seminggu. Aku minta cium, itu pun dapat sekali doang dan hanya pipi. Oke kita putus dan sebaiknya kamu coba pahami apa yang aku sampaikan tadi, daripada jadi perawan tua,” tutur Harun yang cukup menohok dihati Rara.

“Fix, lo nggak waras,” ujar Rara lalu masuk ke dalam lift sebelah yang baru saja terbuka.

 “Jangan kangen aku ya, karena aku nggak bakal kangen kamu,” ujar Harun sambil terkekeh.

Rara memberikan jari tengah pada pria tidak waras dengan penampilan anehnya, lalu menekan tombol agar pintu segera tertutup.

 “Mbak, berantem ya sama pacarnya?”

 Rara menoleh, ada dua remaja di dalam lift yang tersenyum ke arahnya.

 “Dia bukan pacar saya.”

 “Terus siapanya mbak?”

 “Bukan siapa-siapa. Dia tidak waras, hati-hati kalau ke lantai tadi. Takutnya kalian bertemu orang itu.”

Dalam perjalanan pulang, Rara menangis bahkan terkadang berteriak. Mungkin pengguna jalan yang melihat keadaannya bertanya-tanya ada apa dengannya, tapi Rara tidak peduli. Sebenarnya dia bukan menangisi putusnya hubungan dengan Harun, tapi sakitnya dikhianati.

Justru Rara bersyukur karena tahu brengseknya Harun sekarang, bagaimana kalau ternyata mereka berjodoh kemudian terungkap kalau Harun ternyata player. Gadis itu kembali meraung, mengingat uang yang harus dikeluarkan untuk membeli cake dan berakhir di wajah Harun.

 “Tau gitu tadi beli seblak aja, terus aku siram ke wajahnya. Perih tuh mata kena kuah pedas. Dasar Harun gila.” Rara kembali berteriak.  

 Sampai di kostan, ponselnya  bergetar ternyata ada pesan dari kampung. Pengobatan Ayahnya masih harus berlanjut dan mereka butuh uang. Padahal minggu lalu dia sudah kirimkan sebagian gaji bulanannya. Dari mana lagi ia harus dapatkan uang untuk bantu orangtua.

 "Arghh." 

                   

Bab terkait

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 2 ~ Tidak Sengaja

    Kejadian Rara putus dua hari lalu menjadi pembicaraan di divisi tempatnya bekerja. Padahal dia hanya cerita ke Pak Robert, waktu mau izin tidak masuk karena sakit. Sakit hati, maksudnya. Sudah tidak diizinkan, eh malah disebar ke yang lain. Alhasil, gosip Rara putus di perayaan setahun hubungan pun merebak.Hari ini mood gadis itu belum normal, tapi dia tetap profesional dengan datang tepat waktu dan mengerjakan tugas sesuai tupoksi. Jangan sampai saat salary masuk ke rekening tidak sesuai karena ulahnya yang terpuruk pasca putus dengan Harun.“Mbak Rara, hari ini Pak Robert harus presentasi di rapat dengan pimpinan,” seru salah satu rekan Rara dengan logat jawanya yang kental. “Hm,” sahut Rara tapi pandangan tetap pada layar komputer.“Ini bahan presentasinya,” ujar Slamet sambil menyerahkan flashdisk.“Kenapa diserahkan ke aku?” tanya Rara heran.“Pak Robertnya sakit, tadi sudah sampaikan di grup pesan. Mbak Rara yang akan gantikan dia, mbak belum baca ya?”“Hah, yang bener?” Rara

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 3 ~ Sebagai Kekasih

    Kevin mengusap kasar wajahnya, mendengar Mami lagi-lagi membicarakan masalah jodoh. Menurut wanita itu, di umur Kevin ini seharusnya sudah punya anak dua. Papi Kevin seakan tidak peduli, dia fokus dengan tablet dan menyesap kopinya. Mungkin sedang mengawasi pergerakan saham.“Kevin, kamu dengar Mami nggak sih?”“Ck, ya dengar Mih. Mami dari tadi ngoceh terus bahkan aku nggak jadi sarapan nih,” keluh Kevin.Sebenarnya Kevin sudah tinggal terpisah di apartemen dan pagi ini dia mampir karena permintaan Mami. Sudah bisa diduga akan begini, lagi-lagi masalah perempuan. Memang umurnya sudah tiga puluh lima dan belum menikah lagi. Pernikahan sebelumnya berakhir karena mantan istri Kevin berkhianat.“Pih, anakmu nih,” ujar Mami.“Sayang, tenang saja. Mungkin Kevin masih belum yakin dengan pilihannya, jadi kita tunggu saja.”“Memang kamu mau istri yang kayak gimana sih?” tanya Mami.‘Yang enak lah Mih, cantik tapi nggak enak ya mana aku mau,’ batin Kevin.“Jangan yang kayak Mami,” sahut Papi.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 4 ~ Sekarang

    “Pak, ini saya mau diculik ke mana?” tanya Rara sambil mengalihkan pandangan ke luar jendela. Kevin tidak menjawab, perasaan gadis itu makin tidak karuan.Bagaimana kalau Pak Kevin akan minta ganti rugi dengan hal lain. Menjadi pembantu rumah tangga atau one night stand. Oh Tuhan, aku harus bagaimana. Tidak mungkin aku minta bantuan Ayah dan Ibu untuk bantu ganti rugi, sedankgan mereka menunggu bantuanku juga, batin Rara. “Ini kok belok ke restoran sih,” gumam Rara. Ini sebenarnya mau ke mana, kenapa malah ke restoran mewah. Rara menduga Kevin minta ditraktir makan siang. Tentu saja hal ini membuat Rara semakin takut, dia tidak akan sanggup bayar. Tadi pun Rara berniat cari makan siang yang harganya murah.“Turun!” Kevin melepas seat belt-nya.Rara bergeming, memikirkan adegan di film yang mana sang pria melepaskan seat belt sang wanita lalu … Stop Rara, kembali ke dunia nyata.“Pak Saya nggak lapar, kita balik ke kantor aja bicara di sana,” pinta Rara bahkan sambil memohon.“Aku bil

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 5 ~ Dalam Masalah

    Sejujurnya Rara tidak peduli dengan masa lalu Kevin, tapi membuat pria itu kesal bahkan sampai menatapnya tajam rasanya seru juga. Tante Mihika akhirnya yang menceritakan singkat masa lalu Kevin dan tidak heran juga, karena laki-laki memang begitu.Bermodalkan wajah tampan dan nama besar keluarga, tidak mungkin seorang pria tidak berulah. Menurut Rara, wajar saja Kevin hanya berganti-ganti pacar bukan berganti wanita tiap malam. Yang menyebalkan adalah sifat angkuhnya.“Turun!” titah Kevin setelah mobil menepi dan berhenti.Akhirnya pertemuan itu berakhir dan saat ini mereka sedang dalam perjalanan kembali ke kantor. Rara menatap ke luar jendela memastikan kalau saat ini belum tiba di kantor. Lalu untuk apa Kevin memintanya turun. Apalagi dari sini ke kantor masih lumayan jauh.“Kenapa saya harus turun di sini, Pak?”“Turun ya turun. Memang kamu mau ikut sampai mana?”“Pak Kevin tahu sendiri motor saya di kantor,” ujar Rara mulai kesal dengan pria itu. Bagaimana tidak kesal, tadi dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 6 ~ Rencana Kevin

    “Mbak Rara ya?” tanya Sari -- sekretaris Kevin. “Masuk saja Mbak, sudah ditunggu Pak Kevin.” Rara tersenyum dan menganggukan kepalanya. Isi kepalanya bertanya-tanya apa yang membuat Kevin memanggil dirinya, bahkan rekan-rekan satu divisi pun sama herannya. Kalau urusan pekerjaan, seharusnya Kevin berurusan dengan Robert selaku manager bukan Rara yang hanya staf. Mengetuk pelan pintu yang menjulang di hadapannya, Rara sempat terpukau dengan interior ruang kerja Kevin. Sangat aesthetic. Sambil menekan handle pintu, tatapan Rara masih menatap heran sekeliling ruang kerja Kevin. Seakan lupa dengan tujuannya datang. “Mau sampai kapan berdiri disitu?” “Eh.” Ucapan Kevin menyadarkan lamunan gadis itu. “Ada apa Bapak memanggil saya?” “Duduk!” titah Kevin menunjuk ke arah sofa. Rara dan Kevin sudah duduk bersama, diakui oleh gadis itu Kevin memang sempurna. Tampan, kaya sudah pasti, jabatan dan keluarga yang oke. Hanya satu kekurangan pria itu … angkuh. Bagaimana tidak, Kevin duduk dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 7 ~ Minta DP

    Rara menghela pelan masih menatap pasangan di hadapannya. Pasangan gila menurut versinya.“Hm, gimana ya.”Harun terkekeh, sambil melirik sinis.“Kamu terlalu naif Ra. Hari gini masih sok suci, yang ada kamu jadi perawan tua. Cantik juga percuma kalau tidak bisa memuaskan laki-laki," ungkap Harun masih menyudutkan Rara. “Jadi begini, aku sengaja datang kesini dan ada Kak Harun juga mbak yang cantik dan bisa memuaskan laki-laki seperti di maksud Kak Harun ya,” tutur Rara dan cukup memprovokasi. “Tentu saja aku sudah mendapatkan pengganti Kak Harun, lebih baik malah. Lebih dari segala hal.”“Hah, mana mungkin. Itu hanya khayalanmu saja.”“Aku serius Kak. Dia tampan, kaya, walaupun bicara masalah puas dan tidak puas tentu saja pria ini bisa mengajariku karena dia sudah berpengalaman dan kami akan segera menikah. Aku pastikan Kak Harun dan mbak yang katanya cantik ini akan kami undang. Jangan sampai tidak hadir ya. Bye Kak Harun,” ujar Rara lalu melambaikan tangannya dan meninggalkan pasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 8 ~ Jangan Sentuh Istrimu

    Rara mengabaikan Kevin, padahal pria itu sedang menunggu dirinya mengirimkan lokasi dimana dia tinggal. Bukan tanpa alasan, tentu saja karena … terpaksa harus bertemu. Baik Kevin dan Rara sudah sepakat akan menjalani pernikahan kontrak, tapi siapa sangka kalau Vanya datang ke Jakarta dan sudah siap dengan hubungan yang lebih serius.Tidak mungkin Kevin mengatakan pada orang tuanya kalau dia hanya memanfaatkan Rara. Apalagi Maminya mengatakan ketidaksukaan dengan Vanya sebagai artis. Selain gaya hidup bebas dan busana yang dikenakan wanita itu selalu terbuka berkesan seperti wanita nakal.Kevin akan duduk bersama dengan Rara dan Vanya tentunya, untuk membicarakan masalah mereka kedepannya dan harus malam ini karena besok pagi Rara diundang untuk sarapan bersama di kediaman orangtua Kevin.“Shittt, ke mana dia,” gumam Kevin dengan emosi karena Rara belum juga mengirimkan lokasinya. Bahkan dihubungi tidak dijawab. Tentu saja tidak akan dijawab, karena ponsel Rara sudah dalam mode silent

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 9 ~ Minggu Depan

    Rara menyanggupi perjanjian yang diajukan Kevin semata-mata karena untuk orangtuanya. Keadaan ekonomi yang memaksanya patuh pada perjanjian yang memang berat sebelah. Apalagi hinaan dari Vanya untuknya dan sengaja memperlihatkan kemesraan bersama Kevin. Sungguh Rara sebenarnya muak, tapi dia hanya bisa pasrah. “Pak, sudah selesai ‘kan?” tanya Rara. “Besok pagi, kita akan bertemu Mami dan Papi. Jangan katakan yang aneh-aneh, ikuti saja apa yang aku katakan. Mereka akan mempercepat pernikahan kita.” “Apa?” “Ck, berlagak kaget. Pasti kamu senang ‘kan bisa menikah dengan Kevin. Jadi istri dan menantu keluarga orang terpandang.” Vanya memang bermulut pedas, mungkin karena sifat wanita itu atau mungkin juga karena cemburu. “Kamu sebaiknya istirahat, jangan sampai besok terlihat mengerikan,” titah Kevin mengakhiri perdebatan antara Vanya dan Rara. “Saya nggak mungkin pulang sekarang Pak, ini sudah lewat tengah malam. Bisa-bisa saya dianggap perempuan tidak baik lalu diusir. Susah cari

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-05

Bab terbaru

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 120 ~ Bonus Chapter (End)

    “Mas, aku kok ragu ya.”“Ayolah, sesekali tidak masalah tinggalkan anak-anak. Ada Ibu dan Mamih, juga pengasuh mereka. Aku mau ditemani kamu, sekalian kita honeymoon. Kita belum pernah loh, tahu-tahu sudah punya anak dua.” Kevin memeluk Rara yang sempat terhenti mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa.Ada kegiatan di luar kota, kali ini Kevin mengajak Rara. Arka sendiri tidak masalah, begitu pun dengan Mihika. Kiya sedang berlibur di Surabaya, bersama eyang -- ibu Rara. Hanya Abimana dan Mihika tidak keberatan kalau bocah itu dititip bersamanya.Apalagi di kediaman Arka ada kedua anak Slamet dan Kamila, membuat Abimana tidak akan jenuh karena memiliki teman sebayanya.“Jangan bawa banyak pakaian, apalagi untuk malam. Aku lebih suka kamu tidak berpakaian,” bisik Kevin.“Masss.”“Aku tunggu di bawah ya, jangan kelamaan aku sudah lapar.”“Hm.”Saat Rara bergabung di meja makan, Kevin dan Abimana sudah siap di kursinya. Terlihat Kevin sedang menjelaskan kalau besok Rara dan dirinya a

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 119

    Rara terjaga dari tidurnya. Menggeser pelan tangan Kevin yang memeluk pinggangnya lalu beranjak duduk dan bersandar pada headboard. Masih dengan suasana kamar yang cahayanya temaram, ia mengusap perut yang sudah sangat membola sambil mengatur nafas. Sudah beberapa malam merasakan sakit yang datang dan pergi, sepertinya kontraksi palsu. Namun, kali ini terasa lebih sering. Sedangkan hari perkiraan lahir bayinya masih minggu depan.“Ahhhh.” Rara mengerang pelan. Terdengar suara tangisan Kiya, meskipun ada Nani yang akan sigap sebagai Ibu tentu saja Kiya tidak tega. Beranjak pelan menuju kamar putrinya. Benar saja, Kiya sedang menenangkan putrinya.“Princess bunda kenapa nangis?”“Nda,” panggil Kiya sambil mengulurkan tangannya.Rara tersenyum lalu ikut naik ke ranjang Kiya yang saat ini berumur satu setengah tahun.“Bobo lagi ya, masih malam nih.”“Nda.”“Ssttt.” Rara memeluk Kiya dan menepuk bok0ng bocah itu dengan pelan. “Nani, tolong buatkan susu botol, mungkin dia haus.”Setelah me

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 118 ~ Hempaskan Bibit Pelakor

    Rara mendengarkan curhatan adik iparnya mengenai sang suami yang dituduh selingkuh. Sungguh hal yang jauh dari sikap seorang Slamet. Apalagi pria itu terlihat begitu menyayangi Kamila dan putra mereka. Begitu pun kesempatan untuk macam-macam, sepertinya tidak ada.“Aku yakin dia selingkuh kak.” Kamila menyimpulkan setelah dia menceritakan bagaimana sikap Slamet yang dianggap tidak setia. “Iya ‘kan?”“Hm, gimana ya,” gumam Rara.“Gimana apanya?”“Kamila, gini loh. Ketika suami macam-macam, biasanya istri akan merasakan dan melihat perubahan sikap dari sang suami. Misalnya jarang di rumah atau mulai acuh. Kalau aku lihat, Slamet nggak ada indikasi begitu. Lihat saja tuh, dia malah asyik main dengan Kai dan Kiya.”“Ya bisa aja pas di kantor. Aku curiga mungkin saja perempuan itu teman satu divisinya.”“Kamila, curiga boleh ….”“Kak, aku bukan curiga,” ujar Kamila menyela ucapan Rara.Rara kembali mendengarkan ocehan Kamila dan sesekali mengangguk. Saran darinya untuk memastikan kebenaran

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 117

    Ada rasa bahagia saat dokter mengatakan kalau Rara sedang hamil dan gejala yang muncul sangat umum untuk awal kehamilan. Tanpa harus mengikuti program kehamilan, ternyata istrinya sudah lebih dulu mengandung. Namun, ada kekhawatiran melihat Rara tergolek lemah karena tidak sadarkan diri.Bahkan saat kehamilan Kiya, Kevin tidak tahu dan tidak mendampingi karena mereka terpisah semenjak ada masalah. Pun saat Kiya lahir, Kevin malah dalam proses pengobatan di Singapura.“Maaf sayang, kali ini aku pastikan akan mendampingi kamu. Apapun yang kamu rasakan kita jalani bersama,” bisik Kevin sambil mengusap kepala istrinya.Akhirnya Rara pun siuman dan terkejut dengan keberadaannya saat ini, bukan di kamarnya.“Mas ….”“Jangan memaksa bangun,” ujar Kevin menahan tubuh Rara agar tetap berbaring.“Aku kenapa Mas?”“Kamu sempat pingsan waktu kita mau pulang. Bukannya aku sudah bilang kalau kamu sakit jangan memaksa untuk ikut denganku.”“Hanya sakit kepala saja Mas. Ayo kita pulang, aku takut Kiy

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 116 ~ Adik Untuk Kiya (2)

    Ucapan Mami Mihika mengenai dirinya kemungkinan hamil, membuat Rara resah. Kevin menyangkal karena sering memakai pengaman, meskipun kadang lupa. Sebenarnya tidak masalah walaupun ia hamil, toh Kiya sudah hampir satu tahun. Hanya saja rencana Kevin untuk program hamil tentu saja gagal.“Sayang, hei.” Tepukan di bahunya membuat Rara tersadar dari lamunan.“Ya.”“Are you okay?” tanya Kevin dengan mengernyitkan dahi. Rara hanya mengangguk pelan dan menyadari mobil sudah berhenti di … rumah mereka.“Sudah sampai?” tanyanya sambil melepas seatbelt.“Bahkan Kiya sudah duluan turun,” jawab Kevin. “Kamu yakin baik-baik saja?”“Aku baik sayang, hanya saja tadi aku melamun mungkin. Ayo turun!”Menjelang tidur, pikiran Rara masih terkait antara hamil dan tidak hamil. Untuk memastikan dia hanya perlu tespek atau ke dokter. Masalah datang bulan agak sulit menjadi dasar ukuran karena sejak melahirkan Kiya, periode bulanannya tidak teratur. Seperti bulan ini, yang belum datang juga.“Sayang, besok a

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 115 ~ Adik Untuk Kiya (1)

    Banyak berkah dan kemudian menjadi istri dari Kevin Baskara, yang awalnya bukan tujuan Rara kini ia bersyukur dengan segala yang dirasakan. Seperti saat ini, pulang ke Surabaya menggunakan pesawat dengan pilihan kelas bisnis agar Kiya tetap nyaman. Bahkan ketika tiba di bandara, mobil yang memang disiapkan untuk kebutuhan Ibu sudah menjemput.Rumah peninggalan almarhum bapak tidak berubah hanya diperbaiki kalau ada kerusakan, tapi Kevin membeli kavling di sebelah rumah Ibu dan dibangun untuk ia tinggal ketika berkunjung ke sana. Mobil sudah berhenti di depan pagar, Ibu keluar dengan antusias.“Cucu Uti sudah datang, ayo sini gendong sama uti.”Kiya yang dalam perjalanan dipangku oleh pengasuhnya pun berpindah ke gendongan Ib, bahkan tergelak saat Ibu menciumi pipinya.“Ayo masuk, istirahat dulu. Kamu pasti pusing ‘kan turun dari pesawat,” ujar Ibu pada Rara.Rara menganggukan kepala setelah mencium tangan ibunya, lalu menuju rumah mereka. Pak Budi membawakan koper dan tas milik Rara d

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 114 ~ Program Hamil

    “Halo Mas, aku baru sampai nih. Kita ketemu di kamar Kamila aja ya.”Rara baru saja tiba di rumah sakit dan sempat menghubungi suaminya, janjian untuk menjenguk bayi Kamila dan Slamet. Menggendong Kiya berjalan di sepanjang koridor rumah sakit. supirnya menawarkan mengantar, tapi ditolak oleh Rara.Tidak terlalu memperhatikan sekitar karena hanya fokus menuju kamar rawat Kamila sesuai petunjuk arah, ternyata ada seseorang yang mengekor langkahnya.“Kemana ya?” gumam Rara sedangkan Kiya berceloteh dalam gendongan. “Ah ke sebelah sana.”“Rara.”Langkah Rara terhenti, lalu menoleh ke arah suara.“Kamu … Rara ‘kan?”Seorang wanita berdiri dan berjalan mendekat ke arahnya. Wanita yang pernah hadir dalam hidup Kevin, yang menjadi alasan kenapa harus ada kesepakatan pernikahan dengan Kevin. Vanya, wanita itu adalah Vanya.Tidak berubah, Vanya selalu berpenampilan seksi dan glamour. Begitupun saat ini. Sama halnya dengan Vanya yang memindai penampilan Rara dari kepala sampai kaki.“Iya, aku R

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 113 ~ Anak Kedua

    “Hey, baby girl. Ini ayah, kamu cantik seperti bunda.” Kevin seakan enggan lepas dan pisah dengan putrinya. Sejak tadi malam bayi itu bahkan tidak berada di box bayi, tapi tidur di antara kedua orang tuanya.Setelah tadi dimandikan, Kiya masih diajak bicara. Rara yang baru keluar dari wardrobe, melihat putrinya masih berada di atas ranjang bersama sang suami dan terus diciumi juga disentuh pipi dan hidungnya. Hanya bisa menggelengkan kepala dan memaklumi. Kevin mengatakan akan mengganti kealpaannya karena tidak bisa mendampingi Rara melahirkan dengan memberikan yang terbaik untuk istri dan anaknya.“Mas, jangan di ganggu terus. Harusnya dia sudah tidur.”“Dia masih betah denganku. Kapan dia besar dan bisa aku bawa ke kantor atau jalan-jalan ke mall.”“Ck, kapan kamu mandi?”“Nanti dulu Ra, aku masih kangen. Lihat, jariku tidak dilepaskannya.”Jemari Kiya mencengkram ibu jari Kevin dan bibir bayi itu terus mengecap seakan masih lapar dan mencari sumber kehidupannya. Rara menghampiri me

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 112 ~ Bayiku Sainganku

    “Mas … Kevin.”Kevin tersenyum dan merentangkan tangannya memberi kesempatan pada Rara untuk datang ke dalam pelukan. Seakan tidak percaya kalau yang ada di hadapannya adalah Kevin, Rara malah meneteskan air mata.“Mas ….”“Kemarilah, apa kamu tidak rindu denganku?”Rara langsung menghambur ke dalam pelukan suaminya, memeluk erat membenamkan wajah di dada pria itu. Tubuhnya berguncang karena tangisan. Bukan hanya Rara yang begitu rindu, Kevin pun sama. Kedua tangannya mendekap erat tubuh sang istri bahkan berkali-kali mencium kepalanya.Sesaat dia menyadari kalau pelukannya sangat erat, tidak seperti sebelumnya yang selalu terhalang oleh perut Rara yang sedang hamil. Kevin mengurai pelukan dan menatap tubuh sang istri. Masih terlihat agak chubby dengan dada yang tampak membusung, tapi perutnya … tidak besar cenderung rata.“Rara, kamu sudah melahirkan?” tanya Kevin lirih.Rara masih dengan tangisnya hanya sanggup menganggukan kepala“Kamu melahirkan tanpa ada aku mendampingi?”Lagi-la

DMCA.com Protection Status