Hari ini adalah peringatan hari olahraga, Andreas dan Reyna pergi ke lapangan milik perusahaan untuk menyaksikan acara yang memang sedang diadakan disana. "Kamu ikut lombanya juga?" tanya Andreas ketika sedari tadi melihat Reyna yang menggunakan pakaian olahraga sejak tadi di apartemen. Reyna menganggukan kepalanya sebelum melihat keramaian di depan sana. "Wah, hari ini semua divisi berkumpul menjadi satu!" ujar Reyna. Andreas menyentuh jidatnya seakan pusing hanya dengan melihat segerombolan manusia di depan sana yang tak lain adalah seluruh pegawainya yang memakai rompi warna-warni. "Kenapa mereka memakai pakaian yang tidak nyaman saat dilihat?" tanya Andreas dengan gaya seakan menahan silau. Reyna tertawa dibuatnya. "Maksud Bapak warna yang mencolok, itu tanda pembeda setiap divisi Pak," jelas Reyna pada Andreas yang hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Sepertinya tahun lalu tidak begini," ujar Andreas dalam hati pria itu. Andreas berjalan ke atas tempat duduk yang sudah dis
Reyna memanyunkan bibirnya seharian ketika mengingat Narumi kembali ke hadapan Andreas, bahkan seharian ini Andreas tidak sama sekali tersenyum kepadanya setelah kedatangan teman masa sekolahnya dulu.Reyna inhin menanyakan percakapan apa saja yang dibahas oleh mereka pada Andreas, namun ia tidak mau nantinya hal itu akan menjadi bumerang bagi hubungan mereka sekarang. “Bapak lagi ada masalah ya?” tanya Reyna memberanikan dirinya mendekati Andreas yang berada di atas kursi meja kerjanya.“Memangnya kelihatan?” pertanyaan balik dengan respon positif dari Andreas membuat Reyna sedikit lebih berani untuk mendekat pada pria itu. Andreas menyadarinya, namun pria itu berpikir sejak kapan Reyna bisa menjadi wanita yang selalu penasaran begitu. “Kemarilah, lebih dekat lebih baik,” ujar Andreas pada Reyna yang saat itu tak memiliki kecurigaan sama sekali. Reyna kini tepat berada di samping kursi yang tengah di duduki Andreas seraya memandang pria itu. “Lucu sekali,” ucap Andreas membuat Rey
"Aaaannmngh!" lenguh Andreas ketika miliknya berhasil tertanam di dalam rahim Reyna. Namun entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang berbeda dari sebelumnya, atau mungkin saja kehamilan Reyna benar adanya. "Ahmngsh!" lenguh Reyna sembari menggerakan sendiri miliknya. Andreas menggigit bibirnya. "Ah, Reyna tunggu!" ucap Andreas dengan sedikit ketakutan.Andreas tidak ingin menyakiti calon bayinya jika benar memungkinkan Reyna benar benar tengah hamil anaknya. "Ah, mnghshg Reyna jangan digerakanmngsh ah!" lenguh Andreas. Reyna menelan salivanya dan terlihat masa bodoh dengan apa yang dikatakan Andreas, entah mengapa pula Reyna merasa dirinya kali ini lebih bersemangat ketika bercinta dengan bosnya ini. Andreas dengan paksa mengeluarkan juniornya yang masih keras itu dari kewanitaan Reyna. "Ah, kenapa dilepas?" tanya Reyna penuh tanda tanya kepada Andreas. "Bagaimana jika kamu yang di atas saja?" ujar Andreas yang tanpa basa-basi menarik tangan Reyna ke sofa yang ada di ruangan ker
Setelah sesi bercinta mereka sebelumnya di dalam kantor yang cukup panas kemarin, Andreas dengan sedikit kekhawatiran menunggu dokter pribadinya itu menghubunginya. "Hah, kenapa jam segini masih belum ada kabar?" gumam Andreas sendirian di ruang tamu. Sedangkan Reyna yang baru bangun tidur tak sengaja melihat keberadaan Andreas yang terkiuat bengong di hadapan televisi yang menyala. "Pagi Pak," sapa Reyna membuat Andreas melirik ke arahnya sebentar dengan cuek. Reyna memanyunkan bibirnya saat tak mendapat balasan apapun dari Andreas, alhasil Reyna berjalan ke dapur untuk mengambil air mineral seperti rencana sebelumnya."Ah, iya. Pak Andreas saya izin untuk keluar rumah hari ini, karena tanggal merah seharusnya saya bebas dan memiliki waktu sendirikan," ujar Reyna membuat Andreas kini mengerutkan dahinya penasaran. "Kamu bilang apa?" tanya Andreas untuk memastikan lagi. "Saya hari ini tidak dirumah, toh kantor juga liburkan," ucap Reyna membuat Andreas masih saja penasaran ingin
Andreas bisa mendengar lenguhan yang nampaknya sengaja di tahan oleh Reyna. “Buka kakimu jika ingin aku segera menghentikannya,” bisik Andreas. Reyna menelan salivanya dengan sulit walau akhirnya ia menuruti juga perintah Andreas yang berada di sampingnya. “Ah!” lenguh Reyna sembari menggigit bibir bawahnya. Mata Reyna mulai sayup-sayup terpejam ketika tangan Andreas mulai meraba dinding kewanitaannya. “Pak! Saya tidak bisa melakukannya disini,” ujar Reyna sembari menatap mata Andreas. “Kalau begitu temui saya di dalam toilet satu menit lagi, jika tidak saya akan melakukannya disini,” bisik Andreas sebelum akhirnya pergi meninggalkan Reyna ke dalam bilik toilet lebih dahulu. Sedangkan Reyna, nampaknya wanita itu sudah tak bisa melakukan apapun lagi selain pasrah mengikuti kemauan bosnya. Entah sejak kapan Reyna terus menuruti kemauan bosnya hingga dirinya lupa bahwa mereka tak memiliki hubungan yang lebih dari kawin kontrak.Dan dengan perasaan yang gugup, Reyna mulai melangkahkan
Andreas dan Reyna saling menatap dengan pandangan yang penuh gairah. "Kenapa menatap saya seperti itu?" tanya Reyna dengan terbata-bata. “Memangnya tidak boleh, toh saya yang punya mata,” ucap Andreas membuat Reyna terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali menggigit bibir ketika ia merasa dua jari Andreas berada di dalam miliknya. “Sebentar lagi kita sampai, saya tidak bisa melanjutkannya lagi,” ujar Reyna membuat Andreas tertawa kecil sebelum akhirnya melepaskan jemari tersebut dari bibir bawah istri kontraknya.Kini Reyna bisa bernapas sedikit lebih lega. “Biasanya kamu keluar lebih banyak dari ini, haruskah kita melakukannya lagi?” tanya Andreas membuat Reyna menggeleng dengan cepat. Pemberitahuan bahwa sebentar lagi kereta akan berhenti membuat Andreas harus berhenti juga menggoda Reyna. Andreas melihat Reyna yang nampaknya kesusahan menggunakan kembali tali branya, alhasil Andreas membantu Reyna untuk mengaitkannya dari belakang. Sentuhan tangan Andreas di punggungnya sudah p
JDAR!Suara petir yang mendadak membuat Reyna otomatis melompat kepelukan Andreas sampai pria itu bisa dengan jelas merasakan debaran jantung wanita di dalam gendongannya. Gemuruh hujan mulai semakin terdengar, suasana malam ini menjadi lebih dingin setelah air hujan mulai turun. “Panas,” gumam Reyna ketika kulit wajahnya bersentuhan dengan leher Andreas. Reyna menelan salivanya sebelum akhirnya memberanikan diri menyentuh dahi pria di hadapannya. “Wajah Bapak pucat, apa sedari ini Bapak menahan sakit?” tanya Reyna dengan wajah khawatir. Andreas menggelengkan kepalanya sembari mengeluarkan smirknya. “Apa kamu sedang mengkhwatirkan saya?” tanya Andreas sebelum akhirnya kepala pria itu jatuh di pundak Reyna. Reyna panik namun ia dengan segera membawa tubuh berat Andreas untuk ditidurkannya di atas kasur. “Pak Andreas, bangun Pak!” Reyna mencoba menyadarkan pria itu dengan menepuk pipinya. Hingga mata Andreas terbuka sedikit lalu menatap dalam Reyna yang berada di hadapannya. “Kena
"Uhmngsh!" lenguh Reyna yang tanpa sadar memejamkan matanya dengan tangan kanan milik Andreas yang sudah berada di depan celana dalamnya.Suara derasnya hujan malam itu membuat suasana malam itu menjadi semakin bergairah bagi Reyna. Jiwanya yang haus seperti ditelan napsu kembali lagi, rasanya Reyna ingin sekali terus mendapat belaian dari Andreas. "Uh!" lenguh Reyna ketika dengan sengaja menggesek tangan kanan milik Andreas tepat di kewanitaannya yang masih terbalut kain dalaman. "Bukankah kita sudah benar benar menikah, seharus tidak masalah bukan jika aku melakukan ini kepada suamiku sendiri," pikir Reyna yang masih tak mau menyalahi aturan dan prinsip yang telah ia pegang teguh sejak dulu. "Uhmn, Pak mngsh," lenguh Reyna semakin kencang karena suaranya cukup tertutupi oleh gemuruh hujan di luar sana. Tangan Andreas yang terasa hangat karena demam bisa dirasakan oleh Reyna yang sedang menyentuhnya. Sebenarnya ada ketakutan tersendiri untuk wanita itu, jika saat ini Andreas mem
Andreas menatap Reyna yang berada tepat di sebelahnya, tengah tertidur di atas kasurnya tanpa menggunakan busana apapun. Mereka berdua, seusai bercinta tadi malam nampaknya langsung ketiduran. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Reyna yang perlahan bangun saat menyadari wajahnya terasa ada yang terus menghujami ciuman. Cup! Cup! Cup!Seakan tak cukup telah mencium istrinya sedari tadi, Andreas mulai meremas pinggul Reyna yang kini hanya tertutupi selimut saja. "Kenapa belum berangkat kerja?" tanya Reyna yang sepertinya tahu bahwa Andreas masih belum puas dengan permainan ranjang mereka kemarin. Padahal habis dari ruang tamu mereka sempat pindah ke kamar untuk bercinta lagi. "Haruskah aku mengambil cuti lagi hari ini?" tanya Andreas membuat Reyna menggelengkan kepalanya. "Sudah sana mandi," ucap Reyna yang dengan sengaha mengusir suaminya untuk segera bekerja.Andreas mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana dengan mandi bersama?" tanya Andreas membuat Reyna segera menggelengkan kepala. "Tid
Andreas masih dengan baju santainya masuk ke dalam sebuah bar tempat di mana Anita berada. “Hah,” lenguh Andreas karena mendadak hujan turun saat dirinya masih berada di luar. “Bukankah kontrak kerja kami sudah di tanda tangani?” tanya Andreas membuat Anita menganggukan kepalanya. “Kita tidak bisa bertemu diluar jam kerja begini,” ujar Andreas dengan tegas. Anita tersenyum. “Tapi kamu tetap datang, tandanya kamu sangat membutuhkan Alisa sebagai model perusahaanmu ya?” ujar Anita membuat Andreas menghela napasnya. “Jadi apa inti pertemuan ini,” ucap Andreas yang nampaknya tak mau berbasa-basi lagi. “Hari ini adalah hari cuti saya, saya harap pertemuan ini penting sampai harus merelakan beberapa jam dari hari istimewa ini,” ucap Andreas yang akhirnya duduk di depan Anita. “Hm, sepertinya saya sudah sangat menganggu hari Pak Andreas yang sedang bermesraan dengan istri ya?” ujar Anita sembari memberikan satu amplop coklat yang diletakannya di meja. Andreas mengambilnya sebelum akhi
Anita terus memperhatikan Andreas yang kini sedang membuka buku menu di tangannya, sebelum akhirnya pria itu mengangkat satu tangan untuk memanggil waiters dan segera memesan makanan. “Kenapa terus melihat jam, sedang terburu-buru?” tanya Anita. Andreas menggeleng, pria itu masih memiliki etika bisnis selama kliennya tidak meminta hal yang tak masuk akal. Menurut Andreas, yang dilakukan Anita sangat normal karena itu ia tak protes sama sekali. “Apa yang kamu lakukan setelah makan malam?” tanya Anita ketika makanan keduanya telah disajikan di hadapan mereka. “Saya harus segera pulang,” ucap Andreas sembari memotong steak di hadapannya. Anita menganggukan kepalanya. “Mungkin ini terdengar tidak sopan, apa Pak Andreas sudah menikah?” tanya Anita membuat Andreas menganggukan kepalanya. Anita tertawa kecil. “Apa hubungan kalian rahasia, saya tidak pernah tahu Pak Andreas sudah menikah?” ujar Anita membuat Andreas merasa sedikit tersentak karena ia baru menyadari bahwa dirinya dan Rey
Andreas memandangi kecantikan Reyna yang kini dikelilingi oleh lampu-lampu indah di sekitar kapal dan laut yang gelap. Senyum Andreas yang nampak tulus seakan berhasil membuat hati Reyna tersentak. “Saya baru menyadarinya, bahwa kamu sangat amat cantik,” ucap Andreas membuat Reyna ikut menyentuh tangan Andreas yang kini sedang membelai pipinya begitu lembut. “Aku memcintaimu,” ucap Andreas sebelum akhirnya menarik tubuh Reyna ke dalam pelukannya. Yang sebelumnya rasa napsu melanda Andreas, kini perasaan menyentuhlah yang kerap dirasakan pria itu. “Hah! Aku bisa gila rasanya,” gumam Andreas bergumam tepat di telinga Reyna. Perlahan Andreas melepas pelukannya setelah mengirup kasar aroma tubuh istrinya. “Setiap bersamamu, aku benar benar tidak tahan,” ucap Andreas sembari menatap mata Reyna. Reyna tersenyum ketika mendengar ucapan Andreas yang menurutnya sangat menggelitik perutnya. “Kenyataan bahwa kamu menyukaiku, juga tidak bisa aku percaya,” ucap Reyna membuat Andreas tersenyum
Reyna melebarkan mulutnya ketika membuka penutup matanya, beberapa jam sebelumnya Andreas memintanya untuk menutup mata dengan selendang kecil itu. Kini mereka sudah berada di atas kapal pesiar dan di tengah laut lepas. “Silahkan duduk, tuan putri,” ucap Andreas pada Reyna yang kini tersenyum begitu lebar sembari mengelus perutnya yang mulai membesar. Reyna duduk di kursi yang telah disiapkan sebelumnya dengan bunga bunga di atasnya. Keduanya tak banyak bicara dan hanya memakan makanan mereka dengan tenang, hingga Andreas mengajak Reyna untuk berdiri di pinggiran kapal seraya melihat pemandangan laut lepas. “Kamu tidak akan muntah di lenganku kan?” tanya Andreas yang kini sedang memeluk tubuh Reyna dari belakang. Reyna tertawa kecil sebelum Andreas menggenggam tangannya yang berada di tiang penyangga kapal. “Maaf jika pernyataan cinta ini terlambat, aku tidak mau lagi mendengar lagi kata berpisah dari mulutmu,” ujar Andreas membuat Reyna merasa tidak enak hati sejenak. “Tapi ti
"Saya pikir sekarang kita sedang bekerja," ucap Reyna dengan lirih."Jangan mengatakannya lagi, atau acara ini berakhir dengan hal yang tak terduga," ucap Andreas. Reyna menelan salivanya. "Saya masih merasa kaku ketika memanggil dengan sebutan Andreas saja," balas Reyna dengan jujur. "Kalau begitu tidak ada lagi kata saya, hanya aku dan kamu lalu nama kita," ucap Andreas kembali. "Pilihlah saham yang kamu inginkan," ujar Andreas sebelum akhirnya pelelagan saham di lakukan. "Saya tidak terlalu mengerti perihal saham," ujar Reyna pada Andreas. "Jangan khawatirkan hal itu, semua yang di lelang hari ini sudah mendapat proses verifikasi terlebih dahulu. Bukan hanya itu, tamu yang hadir disini mendapatkan undangan. Tidak semua pembisnis bisa masuk kemari Reyna," ujar Andreas. Reyna mengangguk walau tetap ada keraguan di dalam dirinya jika saja ia suatu saat bisa merugikan Andreas. "Woah, bukankah harga ini gila?" gumam Reyna. "Hotel Rezinton di Brazil senilai 20, penawaran di mulai
Andreas menatap Reyna dari kejauhan di dalam mobil sehabis pulang kantor sebelum akhirnya mwlangkahkan kaki keluar menghampiri istrinya yang berada di lobi gedung olahraga. Mulai hari ini Andreas memang menjadwalkan Reyna untuk mengambil kelas yoga ibu hamil, walaupun tidak setiap hari. Andreas masuk ke dalam gedung dan berdiri tepat di hadapan Reyna. “Sudah menunggu dari tadi?” tanya Andreas penuh perhatian. Reyna menelan salivanya merasa keanehan dengan sikap Andreas sebelum akhirnya mengangguk karena tahu bahwa saat ini mereka sedang berada di tempat umum yang mana mungkin saja Andreas sengaja ingin menciptakan keharmonisan.Seakan tak pernah mendengar kata cerai dari istrinya, Andreas mencoba untuk bersikap biasa saja. “Kenapa mendadak ingin menjemput saya?” tanya Reyna. “Ikutlah dulu, ada yang ingin saya tunjukan,” ujar Andreas sembari mempersilahkan tangannya untuk di genggam oleh Reyna.Reyna melihat kanan dan kirinya memastikan bahwa tidak ada satupun yang melihat mereka k
“Jadi kita simpulkan semua settingan iklan di dalam hutan lagi, memang tema tersebut sudah lama tapi saya yakin akan membuat membuat pembaruan,” Andreas termenung hingga harus disadari oleh asistennya sendiri. “Baiklah, rapat sampai disini dulu tolong berikan salinan proposalnya ke ruangan saya segera,” ucap Andreas yang sebetulnya tak mendengar satu kata pun dari karyawannya yang baru saja mempresentasikan proposal kerja baru. Kalimat perpisahan yang diucapkan Reyna malam kemarin membuat Andreas tak bisa fokus bekerja sama sekali. “Bercerai,” gumam Andreas sendirian yang kini hanya duduk termenung di kursi kerjanya. Sang asisten menatap bosnya dalam-dalam mencoba membaca pikiran pria tersebut. Andreas menghela napas panjang lalu mengetik sesuatu di ponsel pintarnya. ‘Kenapa wanita menginginkan perceraian?’ Andreas membaca salah satu artikel yang mendukung pertanyaannya. “Ehm, urusan ranjang,” gumam Andreas ketika melihat poin pertama tersebut. “Kenapa juga urusan ranjang bisa
Reyna mematung, matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa dirinya sedang tidak berhalusinasi. "Apa yang baru saja aku katakan pada Pak Andreas,” ujar Reyna dalam hatinya sembari menutup mulut dengan satu tangannya. Reyna menggigit bibir bawahnya saat melihat Andreas yang tengah asik melakukan perintahnya. “Tu-tunggu, saya tidak bisa melihatnya!” ujar Reyna yang pada akhirnya menutup mata. Andreas tertawa kecil. “Nampaknya kamu terlalu banyak berbicara sedari tadi,” ucap Andreas sembari mendekati Reyna. Pria itu menurunkan perlahan kedua tangan Reyna yang menutupi wajahnya sendiri, setelah saling bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya keduanya kembali berciuman. Kali ini tak mau berlama lama, Andreas meniduri Reyna dengan hati-hati. “Humnckpmngsh,” lenguhan dari bibir Reyna keluar semakin keras ketika junior Andreas mulai masuk ke dalam kewanitaan Reyna. “Ah!” lenguh Reyna dengan wajah memerah menatap Andreas yang nampak tersenyum kepadanya. Andreas menciu