Reyna terbangun dari tidurnya, wanita itu mengerjapkan matanya perlahan dan menemukan Andreas yang berada tepat disampingnya. Perlahan wanita itu menjauh dan menyadari bahwa tubuhnya terasa sangat lengket, Reyna akhirnya mandi untuk membersihkan diri. Tak lupa wanita itu keramas untuk mencuci rambutnya yang nampaknya terkena keringatnya. “Tadi malam, sebenernya benda apa yang di masukan Pak Andreas ke dalam tubuhku?” pikir Reyna dengan wajah memerah karena mengingat kejadian tadi malam lagi. Ia juga baru menyadari bahwa nampaknya kemarin tidak terjadi apa apa lagi selain bermain dengan mainan baru bosnya. “Hem, nampaknya aku benar benar ketiduran,” gumam Reyna. “Kalau aku tidak ketiduran mungkin kami sudah melalukannya lagi,” ucap Reyna di bawah guyuran air shower sampai dimana pintu kamar mandi yang lupa dikuncinya terbuka lebar. Di balik kaca berbuansa kayu Reyna mengintip bahwa Andreas yang baru saja masuk ke dalam kamar mandi. “Pak Andreas disini ada saya,” ujar Reyna yang be
Belum sempat Andreas membalas ucapan Reyna, wanita itu malah nampak tertawa kecil sebelum akhirnya tawa tersebut menggelegar. “Tunggu, Reyna kamu baik-baik saja?” tanya Andreas pada Reyna yang mengangguk namun tubuhnya mulai tumbang sehingga Andreas harus menangkapnya. Reyna kini masih tertawa sendirian dengan gelagat seperti orang yang sedang mabuk. “Hei, Reyna!” panggil Andreas yang berusaha untuk menyadarkan Reyna. Pria itu memilih untuk mendudukan Reyna di atas sofa lebih dulu, sebelum mencari tahu akar masalah dari apa yang saat ini terjadi. Andreas menuju ke dapur untuk memeriksa sesuatu, karena ia sedikit curiga dengan apa yang sebelumnya Reyna konsumsi. “Pak Andreas, mau kemana?!” tanya Reyna ketika Andreas berjalan ke arah dapur. Andreas memicingkan matanya ketika melihat botol putih yang mirip dengan sirup manis di atas meja. “Apa dia menggunakan ini?” pikir Andreas sebelum akhirnya mengambil botol tersebut untuk diciumnya. “Ehmn, pantas saja. Dia bahkan menggunakan a
Reyna bangun di hari langit sudah gelap. “Pak Andreas mau kemana?” tanya Reyna ketika Andreas tengah berkaca di hadapan cermin saat ini dengan pakain rapih. “Saya mau keluar,” ucap Andreas dengan nada dinginnya para Reyna yang nampaknya hanya bisa menganggukan kepalanya. “Saya tidak akan pulang malam ini, jangan menunggu saya,” ucap Andreas dengan nada dingin.Reyna mulai berpikir tentang apakah dirinya baru saja melakukan kesalahan, karena merasa bahwa Andreas baru saja bersikap sedikit jutek kepadanya. “Apa aku salah dengar ya?” gumam Reyna sendirian. Reyna menatap kepergian Andreas sore ini, padahal jika Reyna lihat lewat balkon hari sudah semakin gelap. “Nggak biasanya Pak Andreas jalan sendiri dan meninggalkanku, apa ada urusan pribadi ya?” pikir Reyna sendirian. Andreas keluar dari penginapan saat itu juga, sedangkan Reyna yang khawatir ada sesuatu yang terjadi pada Andreas akhirnya menyusul keluar. Berniat membuntuti suami kontraknya itu. Dan berhentilah mobil Andreas di
Reyna memasuki kamar penginapan di pagi hari buta agar kepulangannya dari rumah sakit kemari tidak bentrok dengan kepulangan Andreas. Namun ia terkejut ketika melihat Andreas yang berada di depan televisi. “Bapak sudah pulang?” tanya Reyna pada Andreas yang tak menjawab pertanyaannya. “Saya habis dari pasar subuh di Jepang,” ucap Reyna yang berbohong pada Andreas yang nampaknya juga tidak perduli pada dirinya. Namun ketika dirinya melangkah masuk ke dalam kamar, ia melihat satu bantal di atas kasur menghilang. Reyna langsung menoleh dan menyadari bahwa bosnya pasti sengaja memindahkan satu bantal tersebut ke sofa ruang tamu. “Apa saya harus pindah kamar?” tanya Reyna dengan mata yang nampaknya sedang menahan tangis. “Tidak perlu,“ ucap Andreas membuat Reyna mengangguk seraya tersenyum pada bosnya. Reyna memukul kecil dadanya. “Kenapa aku sensitif sekali, apa karena mau datang bulan ya?” gumam Reyna sendirian. Di dalam kamar, Reyna terus bertanya tanya dengan apa kesalahan yang
Andreas masuk ke dalam kamar lalu mendekati Reyna yang dengan perlahan pria itu coba untuk bangunkan. Andreas merasa khawatir jika Reyna belum makan dan mungkin bisa menyebabkan wanita itu sakit. “Reyna,” panggil Andreas pada Reyna yang sedang tidur. Reyna nampak menggelengkan kepala perlahan dalam tidurnya. “Apa dia sedan bermimpi buruk?” gumam Andreas khawatir. Andreas mengambil tangan kanan Reyna untuk dipegangnya. “Hei, Reyna waktunya makan,” ucap Andreas pada Reyna yang perlahan membuka matanya dengan sayu. “Pak Andreas pasti mulai membenci saya,” ucap Reyna dengan lirih sembari mengeluarkan setetes air matanya menatap ke mata Andreas. “Bapak pasti ingin menceraikan saya setelah kita pulang liburan bukan?” lirih Reyna kembali membuat Andreas mengerutkan keningnya seakan tak setuju dengan ucapan istri kontraknya itu. “Dengar dari mana semua lelucon itu?” tanya Andreas seraya menahan kekesalan. Reyna menelan salivanya lalu mengeratkan tangannya dipegangan tangan Andreas saat
Satu kecupan diberikan Andreas untuk Reyna yang perlahan membuka matanya lalu mengalungkan tangannya ke leher Andreas sebelum memajukan bibirnya untuk mencium pria itu kembali.Andreas jelas tak bisa menolaknya, bibir Andreas dengan sigap membalas lumatan bibir Reyna kala itu. “Emnsgh…, mngshnsgh!” lenguh Reyna ketika Andreas memegang pinggangnya begitu mesra. Lidah Andreas menyentuh bibir Reyna serta mengoyak habis isi di dalam mulut wanita tersebut. “Ah!” lenguh Andreas yang dengan lembut mencium tekuk istri kontraknya tersebut. Namun saat Reyna hendak membuka resleting celana pendek milik Andreas, pria itu dengan sigap menahan tangannya. “Pak Andreas?” lirih Reyna seraya menatap wajah Andreas dengan wajah memelas membuat Andreas tak dapat berkata-kata namun juga tak mengizinkan Reyna untuk membuka celananya. Reyna mengerutkan keningnya seraya memanyunkan bibirnya. “Katanya kita mau pergi bukan?” ujar Andreas membuat eskpresi Reyna kembali berubah senang. Wanita itu bangun dari
“Pak Andreas baru saja menghawatirkan saya ya?” tanya Reyna dengan wajah yang sumringah menggoda bosnya yang nampak panik dan salah tingkah.“Bukankah kamu terlalu percaya diri,” ujar Andreas yang menjauh dari Reyna saat itu juga. Reyna tertawa. “Karena Bapak sudah ada disini, sekalian saja Pak Andreas membantu saya mengambil foto,” ujar Reyna pada Andreas seraya memberikan ponselnya. Andreas menghela napasnya, lalu terpaksa menerima ponsel milik Reyna yang baru saja ia buka langsung dibuat terkejut dengan walpapernya. “I-ini bukannya foto saya?” tanya Andreas pada Reyna yang menganggukan kepalanya. “Saya mengganti walpaper ponsel saya dengan foto Bapak, walaupun walpaper dalam ponsel saya foto Jeremy,” ujar Reyna yang dengan percaya diri membuat Andreas tak dapat berkata kata lagi. “Cepat berpose jika ingin saya fotokan, sebelum saya berubah pikiran,” ancam Andreas pada Reyna yang menganggukan kepala sembari melepas jaketnya. Setelah dapat lima sampai enam foto Andreas menghent
“Pak Andreas, saya udah capek banget nih,” ujar Reyna terengah ketika sedari pagi dirinya sudah diminta untuk berolahraga oleh Andreas dengan alasan agar tubuhnya semakin sehat. Reyna menelan saliva dan menuju ke konter makanan untuk membeli air mineral sedangkan Andreas menggelengkan kepala tak menyangka dengan apa yang dilakukan Reyna. “Reyna!” panggil Andreas pada Reyna yang menoleh ke belakang menatap bosnya. “Kamu tunggu disana saja dan jangan kemana-mana, saya akan lari satu putaran lagi,” ucap Andreas yang diangguki Reyna sembari menunjukan jempolnya pada Andreas yang saat itu juga terlihat mengeluarkan smirknya. Reyna berjalan ke dalam dan meminta satu buah botol air mineral untuk diminumnya setelah membayar pastinya. Reyna mengeluarkan ponselnya ketika dirinya hendak duduk di salah satu tempat disana, ia melihat beberapa koleksi fotonya dengan Pak Andreas kemarin di pantai. “Apa boleh aku menjadikannya walpaper hp?” gumam Reyna seraya tersenyum ketika melihat kembali ek
Andreas menatap Reyna yang berada tepat di sebelahnya, tengah tertidur di atas kasurnya tanpa menggunakan busana apapun. Mereka berdua, seusai bercinta tadi malam nampaknya langsung ketiduran. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Reyna yang perlahan bangun saat menyadari wajahnya terasa ada yang terus menghujami ciuman. Cup! Cup! Cup!Seakan tak cukup telah mencium istrinya sedari tadi, Andreas mulai meremas pinggul Reyna yang kini hanya tertutupi selimut saja. "Kenapa belum berangkat kerja?" tanya Reyna yang sepertinya tahu bahwa Andreas masih belum puas dengan permainan ranjang mereka kemarin. Padahal habis dari ruang tamu mereka sempat pindah ke kamar untuk bercinta lagi. "Haruskah aku mengambil cuti lagi hari ini?" tanya Andreas membuat Reyna menggelengkan kepalanya. "Sudah sana mandi," ucap Reyna yang dengan sengaha mengusir suaminya untuk segera bekerja.Andreas mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana dengan mandi bersama?" tanya Andreas membuat Reyna segera menggelengkan kepala. "Tid
Andreas masih dengan baju santainya masuk ke dalam sebuah bar tempat di mana Anita berada. “Hah,” lenguh Andreas karena mendadak hujan turun saat dirinya masih berada di luar. “Bukankah kontrak kerja kami sudah di tanda tangani?” tanya Andreas membuat Anita menganggukan kepalanya. “Kita tidak bisa bertemu diluar jam kerja begini,” ujar Andreas dengan tegas. Anita tersenyum. “Tapi kamu tetap datang, tandanya kamu sangat membutuhkan Alisa sebagai model perusahaanmu ya?” ujar Anita membuat Andreas menghela napasnya. “Jadi apa inti pertemuan ini,” ucap Andreas yang nampaknya tak mau berbasa-basi lagi. “Hari ini adalah hari cuti saya, saya harap pertemuan ini penting sampai harus merelakan beberapa jam dari hari istimewa ini,” ucap Andreas yang akhirnya duduk di depan Anita. “Hm, sepertinya saya sudah sangat menganggu hari Pak Andreas yang sedang bermesraan dengan istri ya?” ujar Anita sembari memberikan satu amplop coklat yang diletakannya di meja. Andreas mengambilnya sebelum akhi
Anita terus memperhatikan Andreas yang kini sedang membuka buku menu di tangannya, sebelum akhirnya pria itu mengangkat satu tangan untuk memanggil waiters dan segera memesan makanan. “Kenapa terus melihat jam, sedang terburu-buru?” tanya Anita. Andreas menggeleng, pria itu masih memiliki etika bisnis selama kliennya tidak meminta hal yang tak masuk akal. Menurut Andreas, yang dilakukan Anita sangat normal karena itu ia tak protes sama sekali. “Apa yang kamu lakukan setelah makan malam?” tanya Anita ketika makanan keduanya telah disajikan di hadapan mereka. “Saya harus segera pulang,” ucap Andreas sembari memotong steak di hadapannya. Anita menganggukan kepalanya. “Mungkin ini terdengar tidak sopan, apa Pak Andreas sudah menikah?” tanya Anita membuat Andreas menganggukan kepalanya. Anita tertawa kecil. “Apa hubungan kalian rahasia, saya tidak pernah tahu Pak Andreas sudah menikah?” ujar Anita membuat Andreas merasa sedikit tersentak karena ia baru menyadari bahwa dirinya dan Rey
Andreas memandangi kecantikan Reyna yang kini dikelilingi oleh lampu-lampu indah di sekitar kapal dan laut yang gelap. Senyum Andreas yang nampak tulus seakan berhasil membuat hati Reyna tersentak. “Saya baru menyadarinya, bahwa kamu sangat amat cantik,” ucap Andreas membuat Reyna ikut menyentuh tangan Andreas yang kini sedang membelai pipinya begitu lembut. “Aku memcintaimu,” ucap Andreas sebelum akhirnya menarik tubuh Reyna ke dalam pelukannya. Yang sebelumnya rasa napsu melanda Andreas, kini perasaan menyentuhlah yang kerap dirasakan pria itu. “Hah! Aku bisa gila rasanya,” gumam Andreas bergumam tepat di telinga Reyna. Perlahan Andreas melepas pelukannya setelah mengirup kasar aroma tubuh istrinya. “Setiap bersamamu, aku benar benar tidak tahan,” ucap Andreas sembari menatap mata Reyna. Reyna tersenyum ketika mendengar ucapan Andreas yang menurutnya sangat menggelitik perutnya. “Kenyataan bahwa kamu menyukaiku, juga tidak bisa aku percaya,” ucap Reyna membuat Andreas tersenyum
Reyna melebarkan mulutnya ketika membuka penutup matanya, beberapa jam sebelumnya Andreas memintanya untuk menutup mata dengan selendang kecil itu. Kini mereka sudah berada di atas kapal pesiar dan di tengah laut lepas. “Silahkan duduk, tuan putri,” ucap Andreas pada Reyna yang kini tersenyum begitu lebar sembari mengelus perutnya yang mulai membesar. Reyna duduk di kursi yang telah disiapkan sebelumnya dengan bunga bunga di atasnya. Keduanya tak banyak bicara dan hanya memakan makanan mereka dengan tenang, hingga Andreas mengajak Reyna untuk berdiri di pinggiran kapal seraya melihat pemandangan laut lepas. “Kamu tidak akan muntah di lenganku kan?” tanya Andreas yang kini sedang memeluk tubuh Reyna dari belakang. Reyna tertawa kecil sebelum Andreas menggenggam tangannya yang berada di tiang penyangga kapal. “Maaf jika pernyataan cinta ini terlambat, aku tidak mau lagi mendengar lagi kata berpisah dari mulutmu,” ujar Andreas membuat Reyna merasa tidak enak hati sejenak. “Tapi ti
"Saya pikir sekarang kita sedang bekerja," ucap Reyna dengan lirih."Jangan mengatakannya lagi, atau acara ini berakhir dengan hal yang tak terduga," ucap Andreas. Reyna menelan salivanya. "Saya masih merasa kaku ketika memanggil dengan sebutan Andreas saja," balas Reyna dengan jujur. "Kalau begitu tidak ada lagi kata saya, hanya aku dan kamu lalu nama kita," ucap Andreas kembali. "Pilihlah saham yang kamu inginkan," ujar Andreas sebelum akhirnya pelelagan saham di lakukan. "Saya tidak terlalu mengerti perihal saham," ujar Reyna pada Andreas. "Jangan khawatirkan hal itu, semua yang di lelang hari ini sudah mendapat proses verifikasi terlebih dahulu. Bukan hanya itu, tamu yang hadir disini mendapatkan undangan. Tidak semua pembisnis bisa masuk kemari Reyna," ujar Andreas. Reyna mengangguk walau tetap ada keraguan di dalam dirinya jika saja ia suatu saat bisa merugikan Andreas. "Woah, bukankah harga ini gila?" gumam Reyna. "Hotel Rezinton di Brazil senilai 20, penawaran di mulai
Andreas menatap Reyna dari kejauhan di dalam mobil sehabis pulang kantor sebelum akhirnya mwlangkahkan kaki keluar menghampiri istrinya yang berada di lobi gedung olahraga. Mulai hari ini Andreas memang menjadwalkan Reyna untuk mengambil kelas yoga ibu hamil, walaupun tidak setiap hari. Andreas masuk ke dalam gedung dan berdiri tepat di hadapan Reyna. “Sudah menunggu dari tadi?” tanya Andreas penuh perhatian. Reyna menelan salivanya merasa keanehan dengan sikap Andreas sebelum akhirnya mengangguk karena tahu bahwa saat ini mereka sedang berada di tempat umum yang mana mungkin saja Andreas sengaja ingin menciptakan keharmonisan.Seakan tak pernah mendengar kata cerai dari istrinya, Andreas mencoba untuk bersikap biasa saja. “Kenapa mendadak ingin menjemput saya?” tanya Reyna. “Ikutlah dulu, ada yang ingin saya tunjukan,” ujar Andreas sembari mempersilahkan tangannya untuk di genggam oleh Reyna.Reyna melihat kanan dan kirinya memastikan bahwa tidak ada satupun yang melihat mereka k
“Jadi kita simpulkan semua settingan iklan di dalam hutan lagi, memang tema tersebut sudah lama tapi saya yakin akan membuat membuat pembaruan,” Andreas termenung hingga harus disadari oleh asistennya sendiri. “Baiklah, rapat sampai disini dulu tolong berikan salinan proposalnya ke ruangan saya segera,” ucap Andreas yang sebetulnya tak mendengar satu kata pun dari karyawannya yang baru saja mempresentasikan proposal kerja baru. Kalimat perpisahan yang diucapkan Reyna malam kemarin membuat Andreas tak bisa fokus bekerja sama sekali. “Bercerai,” gumam Andreas sendirian yang kini hanya duduk termenung di kursi kerjanya. Sang asisten menatap bosnya dalam-dalam mencoba membaca pikiran pria tersebut. Andreas menghela napas panjang lalu mengetik sesuatu di ponsel pintarnya. ‘Kenapa wanita menginginkan perceraian?’ Andreas membaca salah satu artikel yang mendukung pertanyaannya. “Ehm, urusan ranjang,” gumam Andreas ketika melihat poin pertama tersebut. “Kenapa juga urusan ranjang bisa
Reyna mematung, matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa dirinya sedang tidak berhalusinasi. "Apa yang baru saja aku katakan pada Pak Andreas,” ujar Reyna dalam hatinya sembari menutup mulut dengan satu tangannya. Reyna menggigit bibir bawahnya saat melihat Andreas yang tengah asik melakukan perintahnya. “Tu-tunggu, saya tidak bisa melihatnya!” ujar Reyna yang pada akhirnya menutup mata. Andreas tertawa kecil. “Nampaknya kamu terlalu banyak berbicara sedari tadi,” ucap Andreas sembari mendekati Reyna. Pria itu menurunkan perlahan kedua tangan Reyna yang menutupi wajahnya sendiri, setelah saling bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya keduanya kembali berciuman. Kali ini tak mau berlama lama, Andreas meniduri Reyna dengan hati-hati. “Humnckpmngsh,” lenguhan dari bibir Reyna keluar semakin keras ketika junior Andreas mulai masuk ke dalam kewanitaan Reyna. “Ah!” lenguh Reyna dengan wajah memerah menatap Andreas yang nampak tersenyum kepadanya. Andreas menciu