" Kau ini luar biasa keras kepala, ya!" bentaknya seraya berdiri menghampiri Clara.Keriangan Clara beberapa saat lalu pudar seketika. Berani-beraninya dia membentak Clara seperti itu. Dia bahkan menyebut Clara luar biasa keras kepala. Itu sudah sangatketerlaluan." Louis, aku tidak… astaga, Louis! Turunkan aku!" Clara menjerit panik ketika Louis mengangkat tubuhnya dan memanggulnya di bahunya.Kepala Clara kembali pusing karena posisi tubuhnya kini terbalik dari pinggang hingga kepalanya. Keterlaluan sekali pria ini, kesal Clara. Seenaknya Louis mengangkat Clara, seolah Clara adalah karung beras yangbisa diangkutnya ke mana-mana. Clara memukul punggung Louis keras-keras, membuat pria itu mendesis.' Sudah kubilang, turunkan aku!" teriak Clara.Lalu detik berikutnya, Clara merasakan tubuhnya melayang sebelum mendarat di atas tempat tidurnya. Clara meringis." Berani-beraninya kau mengangkat tubuhku di bahumu seperti itu dan membantingku di atas tempat tidurku!" tunjuk Clara kesal.
Seraya mengucek matanya, tampak sangat mengantuk seraya bangun dan duduk. Ia mendongak untuk menatap Clara." Ada apa? Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Louis dengan suara mengantuk.Louis benar-benar hebat. Dia bisa berakting sempurna. Tidak ada tanda-tanda dia baru saja keluar rumah. Dia tampak seolah sudah tertidur sejak jam 10 malam dan masih mengantuk karena terbangun dini hari. Clara mengangkat gelasnya." Aku terbangun karena haus. Tadinya aku berniat untuk minum, tapi aku ingin mengecek keadaanmu. Kurasa kau juga tidak banyak tidur karena merawatku semalaman," kata Clara." Maaf karena mengganggu tidurmu. Kau bisa melanjutkan tidurmu. Aku harus kembali bekerja," pamit Clara seraya berlalu." Clara," suara Louis di belakangnya menahan Clara." Apa ada sesuatu yang meresahkanmu?" tanya Louis.Clara berdiri di tempatnya, memejamkan mata dan menggigit bibirnya." Tidak," jawabnya, berharap suaranya terdengar cukup mantap." Selamat malam, Louis," katanya sebelum me-ninggalka
" Tidak. Aku baik-baik saja. Tapi ada hal lain. Bisakah kau pulang sekarang?' pinta Clara lagi." Aku sangat sibuk, Clara," jawab Louis.Tidak ada jawaban selama beberapa saat. Lalu…." Apa kau sesibuk itu bahkan untuk menemui kakakmu, Dik?" Suara itu membuat Louis membeku.Ia bahkan tidak menunggu lebih lama lagi untuk menutup teleponnya dan berlari keluar.Louis tak memedulikan panggilan dan pertanyaan teman-temannya. Yang terpenting saat ini, ia harus pergi sebelum Clara…. Tidak, dia tidak boleh menyakiti Clara. Jangan gadisitu….Louis mengemudi dengan kecepatan penuh. Kecemasan tampak jelas di wajahnya. Dan begitu mobilnya sudah berhenti di depan gerbang rumah Clara, Louis berlari masuk. Ia melompati pagar alih-alih membuka pagar dan menghabiskan semakin banyak waktu. Ia berlari semakin cepat melihat pintuyang terbuka. Ia tidak bisa membayangkan jika…." Louis?" suara kaget Clara begitu Louis masuk ke dalam rumah membuat langkah Louis terhenti.Louis terengah kehabisan napas
Sudah hampir jam 11 malam, tapi Louis belum juga pulang. Karena lapar, Clara makan lebih dulu. Tapi ia tidak bisa tenang sebelum ada kabar dari Louis. Pria itu bahkan tidak mengabari Clara jika akan pulang selarut ini. Memangnya pekerjaannya itu sesibuk apa sih, pikir Clara kesal.Clara berbaring di sofa sambil membaca majalah seraya menunggu Louis pulang. Tapi ketika pikirannya kembali melayang pada kakak Louis, majalah di tangan Clara itu menjadi tidak menarik lagi. Alex, pria itu memperkenalkan dirinya bernama Alex. Priaitu tampaknya pria yang baik, tapi kenapa sikap antara kakak-adik itu tampak aneh di mata Clara? Apa salah, jika Clara berpikir bahwa mereka saling membenci? Tidak, Alex tidak tampak membenci Louis. Tapi ketika mereka berbicara di luar tadi,Clara bisa melihat betapa Louis sangat marah pada kakaknya itu. Tapi Alex tampak santai meski tidak sedikit pun kewaspadaannya berkurang. Alex mungkin memiliki refleks gerak yang sangat bagus. Dia pasti selalu waspada, dalam set
" Maksudmu tentang kepergianmu yang mendadak dan tiba-tiba tadi? Apa ada hubungannya dengan Clara? Dia baik-baik saja, kan?" tanya Aeron, terdengar sungguh-sungguh cemas." Dia masih baik-baik saja, setidaknya sampai Alex memutuskan untuk melibatkannya dalam urusannya denganku," jawab Louis." Alex?" Aeron terdengar waspada." Sore tadi, Clara meneleponku dan memintaku untuk segera pulang karena… Alex ada di sini," Louis berkata.Selama beberapa menit Aeron tidak menjawab, tampaknya masih terkejut dengan apa yang dikatakan Louis." Alex… datang ke rumah Clara?" tanya Aeron ngeri." Ya. Dan, entah kenapa Clara sama sekali tidak bisa merasakan sosok Alex yang sebenarnya. Dia bahkan tampak cukupakrab dengan Alex," Louis menjawab." Aku ingin segera menyelesaikan kasus GM agar bisa memusatkan perhatianku padamasalah Alex, Aeron. Karena itu, selama aku tidak bisa berada disini, adakah salah satu dari anggota kita yang bisa mengawasiClara ketika aku sedang tidak bisa mengawasinya?""
Louis menggeleng." Kenapa kau berpikir begitu?" Louis balas bertanya." Kau melakukan apa yang tidak pernah kau lakukan selama ini. Kau melamun di tengah pekerjaanmu," jawab Aeron.Louis menggeleng pelan. Ini benar-benar sudah keterlaluan, pikirnya kesal."Aku baik-baik saja, Aeron. Omong-omongtentang apa yang kukatakan semalam, apa kau sudah mengatakan pada yang lain?" Louis bertanya." Sudah, dan mereka menyetujuinya. Dengan satu syarat, suatu hari kau harus memperkenalkan mereka pada gadismuitu," jawab Aeron." Dia bukan gadisku," sergah Louis seraya kembali menatap layar laptopnya.Aeron mengangkat alis di belakangnya." Akan kusebarkan kabar gembira ini pada yang lain agar mereka bisa mendekati Clara. Dia gadis yang baik dan.…"" Jangan sentuh dia, Aeron," Louis memperingatkan seraya memutar kursinya dan menatap Aeron tajam." Siapa pun yang berani menyentuhnya, akan berhadapan denganku." Aeron mendengus." Dan kau bilang dia bukan gadismu," dengusnya sebelum meninggalkan
Louis menatap ponselnya dengan muram. Seandainya situasi mereka tidak seperti ini, seandainya mereka memiliki kesempatan itu, seandainya takdir tidak begitu kejam padamereka, seandainya…. Louis melempar ponselnya ke kursi sebelahnya karenakesal. Untuk apa dia berandai-andai jika kenyataannya tidak seperti itu? Untuk apa Louis mengharapkan sesuatu yang tidakbisa didapatkannya? Apakah Clara bisa membaca sikap Louis padanya? Louismungkin telah menyakitinya. Tentu saja, Louis pasti telah menyakitinya. Louis menambah kecepatan mobilnya untuk melampiaskan kekesalannya.Louis hampir saja menerobos lampu merah karena tidak berkonsentrasi dengan jalanan. Akhirnya Louis memutuskan untuk menepikan mobilnya dan menenangkan diri sejenak. Louis bersandar dan menatap lurus ke depan. Louis mengambil napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Ini bahkanlebih berat dari latihan-latihannya selama ini.Louis baru saja hendak kembali melajukan mobilnya ketika melihat sosok Presdir GM keluar dari sebua
Sana, Clara melihat kafe baru. Chocho Café, begitulah plang yang tertulis di atas kafe itu.Ketika lampu merah menyala, dengan penuh semangat Clara menyeberang. Dia sudah tidak sabar untuk tiba di tempat itu dan menenangkan dirinya di sana. Tampaknya suasananya sangat hangat. Clara bisa merasakannya dari sini. Tapi kemudian, kejadian itu terjadi begitu cepat. Ketikatiba-tiba, sebuah mobil melaju dari belakangnya dan menabrak sebuah mobil yang ada di lampu merah itu, dan kini menghalangi jalan mobil yang ditabraknya tadi.Clara terbelalak kaget melihat mobil yang muncul dari belakangnya itu terdorong olehmobil yang ditabraknya tadi hingga menghantam tiang listrik dengan keras. Dan jantung Clara seolah berhenti ketika mengenali mobil itu, dan juga penumpangnya. Memang, orang yang mengendarai mobil itu menatap ke arah mobil yang ditabraknya tadi, tapi dari belakang, Clara sudah sangat mengenalinya. Mobil sport berwarna silver itu menabrak mobil yang hendak meneroboslampu merah, yang k
Clara baru menjawab telepon dan SMS Vincent pukul sebelas malam. Mau bagaimana lagi? Pukul tujuh malam Mr. Hendy sudah menjemputnya. Mereka pergi makan dan nonton. Clara tidak tahu sama sekali Vincent menghubunginya. Clara pun tidak mengabarinya karena Clara juga tidak mau mengganggunya. Dipikirnya ini win-win solution.“Ke mana saja?” tanya Vincent dengan nada sedikit jengkel.“Aku…” Clara sedang menimbang apakah Clara akan berkata jujur atau tidak.Konsekuensinya Clara tahu Vincent akan marah dan melarangnya pergi lagi bersama Mr. Hendy. Namun di satu sisi, hati nuraninya bicara akan terlalu kejam membohongi pria sebaik Vincent. Mungkin memang sebaiknya Clara tidak menemui Mr. Hendy Lagi. Di mata orang lain, hal itu pastilah tak pantas, walau Clara merasa tidak ada yang perlu diributkan. Clara dan Mr. Hendy hanya teman.“Tadi aku pergi bersama Mr. Hendy,” jawabnya jujur.“Baru pulang?” Vincent semakin jengkel.“Iya. Makan, nonton….”“Clara!” Vincent berteriak marah.“Kamu itu paca
Seseorang menekan bel pintu. Pikirnya, itu pasti Vincent. Namun tumben dia tidak langsung masuk. Dengan riang gembira nyabuka pintu depan.“Vin!” Clara sudah hampir memeluknya, tetapi ternyata orang yang berdiri di hadapannya bukanlah Vincent.Clara ternganga selama beberapa saat? Mau apa dia di sini? Dengan refleks, Clara langsung menutup kembali pintu tetapi tangan orang itu menahannya.“Mau apa kamu?” tanyanya garang.“Please… izinkan aku masuk…” Louis memohon.Clara menatapnya dengan tajam. Dia menatapnya dengan memelas.“Tidak,” jawabnya tegas.Semua kenangan tumpah ruah dalam ingatannya. Tangannya dengan kuat masih memegang kenop pintu. Clara hampir menutup pintu saat kudengar deru motor Vincent. Tak lama, dia sudah berdiri di garasi. Kedua alisnya yang tebal saling berpaut. Dia berjalan mendekat. Vincent tidak pernah menyukai Louis.“Ada apa ini?” tanyanya, membuat Louis membalikkan badan saat mendengar suara seseorang yang tidak dikenalnya. Clara senang sekali Vincent datang.
Vincent. Clara sudah salah paham. Clara selalu menghakimi dia. Dia menyiapkan semua ini untuknya. Air matanya menetes lembut. Segala kesungguhannya benar-benar dapat Dirasakannya. Bagaimana dia mengumpul kan bunga-bunga ini? Dibukanya kotak yang ada di meja. Isi nya adalah kue berbentuk hati dengan nama Mereka berdua. Vincent sedang mencoba menjadi romantis hari ini. Semua hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Dia tahu, Vincent berusaha keras.Jadi, inilah alasan Vincent marah padanya. Dia mengharap Cepat pulang. Dia menyiapkan semua ini, tetapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Dan ketika dia datang, aku sengaja mengacuhkannya, memberi celah pada Mr. Hendy untuk memperhatikannya. Kalau aku bicara jujur, memang aku tadi menikmati waktu-waktu bersama Mr. Hendy. And I was so wrong…. kamu pasti lagi nangis bombai sekarang tadi, aku, Vincent, dan Oppa nungguin kamu pulang tapi kamu sudah di sana duluan." Vin!” Clara memanggil Vincent.Dia sedang mem bersihkan meja-meja.
Hari ini. Clara akan marah padanya sampai dia mau meminta maaf.Tidak. Clara tidak bisa menunggu selama itu. Baru dua langkah aku keluar dari restoran, Dia langsung berbalik dan mengejar Vincent yang sudah duluan berjalan ke parkiran sepeda motor.“Vincent! Kamu ini gimana, sih?” Clara mendorong tubuh Vincent dengan gemas. Clara merasa tidak puas hari ini.“Kamu ini payah! Bener-bener mengecewakan! Kamu nggak ngerti perasaanku!”“Aku harus bagaimana?” Vincent merentangkan kedua tangannya.Wajahnya menampakkan kekesalan yang sama ditunjukkannya selama makan malam tadi.“Kamu bahkan nggak ngucapin apa-apa sejak tadi!” Clara mengharap ucapan ulang tahun darinya.Dia bukan yang pertama tama, Clara tidak masalah. Tetapi setidaknya, saat dia datang Clara mengharap dia mengecup keningnya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Clara benar-benar marah.Vincent menghela napas panjang. Seperti ada sebuncah kegeraman juga dalam hatinya. Clara tidak tahu apa yang membuatnya sangat marah. Clara meliha
Rencanaku berubah malam ini. Clara tidak jadi pulang ke rumah dulu, tetapi bersama teman-teman guru langsung berangkat menuju rumah makan yang Dia tunjuk. Clara sangat terbawa suasana. Tadinya Clara, Vincent, Viona, dan Dong Jun oppa akan berangkat bersama.“Clara, kamu di mana?” tanya Vincent.Clara bersama teman-teman sudah tiba di rumah makan saat Vincent meneleponnya.“Ah… ya… sorry. Clara sudah sampai. Bisa kan kamu dan Viona lansung ke sini juga? Iya. Clara nggak jadi pulang dulu. Langsung saja, ya. Clara tunggu. Bye!” ditutupnya telepon dari Vincent.Clara tidak bisa menerka apa yang dia pikirkan, tetapi seharusnya hal semacam ini tidak menjadi masalah. Clara segera menepis pikiran tentang Vincent dan kembali asyik pada teman-temannya.“Siapa?” tanya Mr. Hendy dengan sinar mata penuh keramahan.Dia orang yang sangat ceria. Clara menyukaitatapan dan senyumannya.“Oh, pacarku. Dia nanti ke sini. Juga sahabatku,” Clara mengumumkan kepada teman-temannya.“Oooh… nooo. Ternyata, Mis
Clara menceritakan semuanya pada Viona dan dia tertawa terbahak-bahak tanpa henti. Apanya yang lucu? Namun, sepertinya dia sedang menertawakan Clara, bukan Vincent. Clara semakin cemberut.“Kamu ini aneeeeh…” seru Viona.“Kamu kan tahu cowok macam apa Vincent. Kamu jangan memaksakan apa yang membuat dia nggak nyaman. Dasar Seaaan... nggak pernah berubah,” Viona menjitak kepalanya.Mereka sedang berdiam di pinggir kolam. Setiap Kamis malam, Viona selalu mendapat voucher gratis berenang di salah satu hotel milik Dong Jun oppa. Sesekali Clara ikut bersamanya.“Dia memang bukan cowok romantis, terimalah. Jangan berkhayal suatu saat kamu akan tiba-tiba menemukan se carik kertas bertulis ”I love you” di mejamu dari Vincent. Jangan berharap dia menyanyikan lagu romantis buatmu. Jangan harap dia mengetuk pintu kamarmu tengah malam dan membawakan bunga mawar. Apalagi… hahahaha… menulis surat cinta… aha hahaha…. Ya ampun, Sean. sekarang ini zamannya sudah serba tweet. Nggak ada lagi orang yang
Hari ini Vincent libur kerja. Jadi setelah kuliah, dia menjemput Clara di tempat kerjanya yang baru dan Mereka mampir ke toko buku. Vincent suka membaca komik. Clara jadi teringat, dia ingin menunjukkan naskah novelnya pada Vincent, sampai sekarang belum juga sempat.Namun hari ini, saat melihatnya asyik dengan buku-buku komik, Clara rasa dia tidak jadi menunjukkan naskah novelnya. Dia tidak akan suka. Kalau toh dia membacanya, dia belum tentu bisa memberi masukan yang baik.Clara tidak boleh memaksakan egonya. Ditinggalkan dia berkutat di antara komik-komik sementara Clara pergi melihat-lihat novel. Mau tidak mau tangannya ini nanti pastinya akan memillih beberapa novel.“Kamu beli apa aja?” tanya Vincent sambil melihat ke tangan Clara yang membawa tiga buah novel.Kami sudah mau pulang dan hendak ke kasir.“Kamu?” Clara memperhatikan Vincent dan sekelilingnya yang tidak membawa apa-apa.“Kamu nggak beli?” tanya Clara lagi.Clara ingat semasa sekolah dulu, Dia juga mengalami saat-sa
Sudah dua hari, Clara dan Vincent tidak saling berhubungan. Mereka benar-benar butuh waktu untuk me renung. Sudah dua hari ini pula Clara melepas cincin yang diberikan Steven. Clara meletakkannya di kotak nya.Diabaikannya cincin itu beberapa lama. Diangkat ponselnya dan siap menghubungi nomor Vincent. Terdengar nada sambung di seberang sana. Tidak lama, panggilannya diangkat.“Halo,” sapa suara seorang cewek. Clara mengerut kan kening.“Ha… halo…” Clara jadi ragu sejenak.Terdengar sedikit kasak-kusuk di seberang sana lalu suara Vincent berseru,”Dari siapa? Hei…” Vincent dan si cewek seperti sedang berebut ponsel.“Hai, Clara,” sapa Vincent akhirnya.“Siapa itu?” tanyanya penuh curiga.Clara sudah berbesar hati mau menghubunginya lebih dulu, tetapi ternyata seperti ini kenyataannya. Clara berpikir yang bukan-bukan.“Desi,” jawab Vincent singkat. Dia selalu jujur.“Desi?” tentu saja Clara ingat siapa dia.“Kalian di mana?"“Di kosku. Mereka sedang bikin tugas. How are you? I really
Clara hanya diam. Hatinya sedang bergumul. Ternyata Mereka memiliki pandangan yang berbeda. Apa yang harus di lakukan? Apakah Clara egois kalau Dia mempertahankan cincin ini untuk kumiliki?“Lepaskan. Suatu hari, aku akan membelikanmu cincin yang lain. Bisakah kamu menunggu?” Vincent bicara tanpa menatapnya.Pasti dia sudah sangat jengkel. Clara menghela napas panjang. Clara memandangicincin di jemarinya.“Clara!” Vincent memanggilnya dengan nada agak keras. Untung pada saat itu Viona dan Dong Jun oppa datang.“Hai, kalian datang…” seru Viona senang.Kegirangannya memecah ketegangan di antara Clara dan Vincent. Mungkin sekarang rupa Mereka sangat pucat pasi. Clara menurunkan tangannya. Sayangnya, semua belum berakhir. Clara dan Vincent sama-sama tidak betah berada di tempat itu terlalu lama.“Kalau kamu nggak lepasin cincin itu, aku akan memukul Louis sekarang,” Vincent berbisik. Clara melebarkan mata.“Maksudmu apa?”“Aku nggak suka sama Louis. Aku ingin menonjok pria itu sekarang j