Clara mengerutkan kening ketika sebuah mobil sport abu-abu terparkir rapi di garasinya. Apakah Clara salah rumah? Clara mengecek nomor rumahnya. Ini memangrumahnya. Lalu… mobil siapa itu? Clara memarkirkan mobilnya di luar, lalu membuka gerbang rumahnya. Ia melangkah hati-hati menuju pintu depan yang sedikit terbuka. Terlalu mencolok untuk kehadiran seorangpencuri, kan? Dan jawaban dari semua itu benar-benar membuat Clara terbelalak kaget." Apa yang kau lakukan di rumahku?" jerit Clara ketika melihat Louis berbaring santai di sofa ruang tamunya." Karena tidak ada tempat untuk kutuju selain rumahmu," ucap Louis santai seraya duduk." Kau sudah pulang?" tanyanya.Clara melotot galak padanya." Bagaimana kau bisa tahu rumahku? Bagaimana kau bisa masuk? Apa yang kau lakukan di rumahku? Ya Tuhan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Clara kesal." Tenanglah, Clara. Kau sudah menanyakan pertanyaan yang sama. Duduklah dan biarkan aku berbicara." katanya.Clara menatap Louis galak. Tapi
Karena hanya ada satu kamar di rumah itu, Louis harus tidur di ruang tamu. Clara sendiri dulu membeli rumah ini untuk dirinya sendiri. Dan rumah ini adalah rumah yang nyamanuntuk tinggal sendirian. Clara tidak perlu memikirkan apapun selain dirinya sendiri di rumah ini. Ia tidak perlu memikirkan ke-kosongan dalam hatinya, dalam hidupnya.Dalam gelap, Clara bisa melihat Louis berbaring di sofa. Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua dini hari. Dia pastisudah tidur. Clara kembali ke kamarnya untuk mengambil selimut untuk Louis. Tapi ketika Clara kembali dan hendak memakaikan selimut untuk Louis, mata Louis terbuka, membuat Clara terlonjak kaget." Kenapa kau belum tidur?" tanya Louis, tak sedikitpun terdengar mengantuk." Kau mengejutkanku, Louis," kesal Clara seraya melempar selimutnya dengan sembarangan pada Louis." Kupikir kau sudah tidur."Louis beranjak duduk, sementara Clara menyalakan lampu ruang tamu, lalu duduk di depan Louis." Aku sedang berpikir, kapan kau akan kelua
" Aku kan hanya menyapamu. Kenapa kau selalu terkejut dengan kehadiranku?" balas Louis seraya pergi ke dapur untuk mengambil air dari kulkas." Ini masih pagi dan kau sudah meminum air es?" tanyaClara takjub." Aku sangat haus. Aku baru saja berolahraga, berlari mengelilingi komplek perumahan," jawabnya." Apa kau akan masak pagi ini atau kau akan membiarkan aku yang memasak?" tanyanya.Clara menatap Louis." Aku hanya akan makan roti untuk sarapan. Jika itu kurang, kau bisa memasak untuk dirimu sendiri. Aku tidak punya waktu untuk merepotkan diriku dengan itu," jawabnya." Kau ini keterlaluan sekali pada tubuhmu," cibir Louis seraya memeriksa isi kulkas untuk membuat sarapan." Tubuhku tampaknya sudah terbiasa," jawab Clara seraya kembali ke kamarnya.Tapi begitu ia berdiri di depan pintu kamarnya, ia menghentikan langkah untuk bertanya." Apakah semalam kau benar-benar masuk ke kamarku, duduk di atas tempat tidurku, dan membantuku menyelesaikan pekerjaanku?"" Aku minta maaf karen
Jadi ketika fokus pada pekerjaan, Clara tidak akan memedulikan sekitarnya. Bahkan mungkin jika ada bom meledak di gedung sebelah, dia tidak akan peduli asal acaranya berlangsung lancar. Pikiran itu membuat Louis geli. Ketika akhirnya Clara naik ke mobilnya dan mengenakan seat beltnya, ia baru menyadari kehadiran Louis di sampingnya. Dan itu,membuat Clara luar biasa terkejut. Gadis itu terlonjak kaget seraya menatap Louis dengan kesal." Apa yang kau lakukan di sini? Astaga, kenapa kau selalu mengagetkanku?" keluh Clara seraya kembali menatap ke depan dan menyalakan mesin mobil." Ada pekerjaan yang harus kulakukan di sini tadi. Tapi sepanjang malam, aku terus mengikutimu di belakangmu dan kau sama sekali tidak menyadari kehadiranku," jawab Louis santai.Clara menatap Louis sekilas dengan tatapan tajam." Pekerjaan apa? Memangnya apa pekerjaanmu? Huh, kupikir tadi kau itu salah satu stafku. Aku tidak punya waktu untuk mengurus staf yang mengekoriku. Aku berencana untuk memecatnya beso
Clara bangun 30 menit sebelum alarmnya berbunyi, tapi ia mendengar ada yang sudah lebih dulu bangun sebelum dirinya. Suara percakapan di ruang tamu membawa Clara keluar untuk melihat dengan siapa Louis berbicara." Kupikir kau sudah mati, Nak," suara asing itu berkata." Begitulah yang aku dan sebagian besar orang pikir," sahut Louis geli." Bagaimana kau bisa melarikan diri dari mereka? Kudengar mereka sudah mendapatkanmu dan memintamu memberikaninformasi tentang anggota kita. Kudengar kau… maaf, bukan nya aku tidak terbiasa mendapati anggotaku dalam bahayabesar, tapi orang yang melukaimu itu adalah.…"" Selamat pagi, Clara," Louis menyapa Clara, memotong kalimat pria asing itu.Louis bahkan tidak perlu menolehuntuk melihat Clara berdiri di balik tembok dan mencuri dengar. Clara muncul untuk melihat tamu asing itu dan menatap Louis tanpa sedikitpun merasa bersalah. Well, ini rumahnya. Dia berhak berkeliaran di rumah ini dan mendengarkan apapun yang terjadi di rumah ini." Jadi, t
" Aku masih penasaran, bagaimana kau bisa memutuskan secepat itu tentang Clara dan GM?" tanya Aeron lagi." Clara memiliki insting yang tajam tentang sesuatu. Jika orang biasa, dihadapkan denganku yang terluka parah dan dikejar pria bersenjata, pasti orang itu akan melapor pada polisi dan menyangka aku adalah buronan.Tapi gadis itu melakukan hal yang sebaliknya." Dan tentangmu, tidak ada yang dia takuti, bahkan tidak dengan para tikus itu, tapi tampaknya dia cukup takut padamu. Dia bisa menggunakan instingnya dengan sangat baik. Skylight Company yang kita curigai juga bersih. Jadi selama ini Clara tampaknya hanya bekerja sama dengan perusahaan yangbersih. Aku juga sudah memastikan dari data perusahaannya. Dia mengambil apa yang dia butuhkan, dia menerima apa yang dia perlukan untuk mencari tahu dan mendekatkannya dengan target utamanya." Dan dengan rekor kejahatan GM, Clara bahkan tidak berpikir dua kali untuk menerima pekerjaan itu. Ketika menerima proyek itu, Clara tidak bertany
Pria itu menatap Louis dengan sorot ketakutan. Louis mengarahkan moncong pistolnya ke tangan pria itu yang bergetar semakin keras. Louis tersenyum penuh kemenangan ketika perlahan jarinya bergerak. Tapi kemudian Louis mendengar suara Clara yang begitu lembut." Aku tidak akan meninggalkanmu."Suara Clara itu membuat Louis menaikkan tembakannya dan hanya mengenai lantai beton alih-alih tangan pria itu.Sementara pria itu sudah pingsan ketakutan. Seketika, jantung Louis berdetak kencang. Kenapa dia bisa mendengar suara Clara? Apa maksudnya itu tadi? Clara tidak akan meninggalkan Louis. Tidak, gadis itutidak akan meninggalkan Louis. Tapi jika Clara tahu bahwa Louis adalah pembunuh kejam dan… jika Clara tahu tentang penyebab kematian orang tuanya, dia mungkin akan pergi. Clara mungkin akan meninggalkan Louis. Tapi Clara sudah berkata dia tidak akan meninggalkan Louis, kan? Clara selalumenepati kata-katanya. Clara tidak akan….Dering ponselnya kemudian mengejutkan Louis.SegeraLouis mela
Ketika keluar bersama Disha, gadis itu menolak untuk diantarkan Louis karena sudah ada yang menjemputnya. Louis hanya mengangguk mengerti. Setelah berpamitan dengan pemimpin staf yang bertugas membereskan pesta itu, Louis akhirnya berjalan ke tempat parkir dan masuk ke mobilnya. Di lampu merah, Louis mengerutkan kening ketika melihat mobil sport abu-abu yang berhenti tepat di samping Peugeotnya. Rasanya Louis mengenal mobil itu. Jangan-janganmobil itu….Begitu lampu hijau menyala, mobil itu melesat dengancepatnya, mengejutkan Louis. Louis sendiri masih berdiam di tempatnya. Ia beruntung karena malam ini jalanan tidak seramai pagi hari, karena jika ini adalah hari Senin pagi yang sibuk, Louis pasti sudah mendapat makian dari banyak orang karenabelum juga berjalan meski lampu sudah menyala hijau.Ini gara-gara mobil itu, Louis beralasan seraya menambah kecepatan. Ia penasaran, jika memang tadi itu Louis, kenapa Louis tidak menyapa Louis? Apakah Louis tidak ingat mobil Louis? Dan jika
Clara baru menjawab telepon dan SMS Vincent pukul sebelas malam. Mau bagaimana lagi? Pukul tujuh malam Mr. Hendy sudah menjemputnya. Mereka pergi makan dan nonton. Clara tidak tahu sama sekali Vincent menghubunginya. Clara pun tidak mengabarinya karena Clara juga tidak mau mengganggunya. Dipikirnya ini win-win solution.“Ke mana saja?” tanya Vincent dengan nada sedikit jengkel.“Aku…” Clara sedang menimbang apakah Clara akan berkata jujur atau tidak.Konsekuensinya Clara tahu Vincent akan marah dan melarangnya pergi lagi bersama Mr. Hendy. Namun di satu sisi, hati nuraninya bicara akan terlalu kejam membohongi pria sebaik Vincent. Mungkin memang sebaiknya Clara tidak menemui Mr. Hendy Lagi. Di mata orang lain, hal itu pastilah tak pantas, walau Clara merasa tidak ada yang perlu diributkan. Clara dan Mr. Hendy hanya teman.“Tadi aku pergi bersama Mr. Hendy,” jawabnya jujur.“Baru pulang?” Vincent semakin jengkel.“Iya. Makan, nonton….”“Clara!” Vincent berteriak marah.“Kamu itu paca
Seseorang menekan bel pintu. Pikirnya, itu pasti Vincent. Namun tumben dia tidak langsung masuk. Dengan riang gembira nyabuka pintu depan.“Vin!” Clara sudah hampir memeluknya, tetapi ternyata orang yang berdiri di hadapannya bukanlah Vincent.Clara ternganga selama beberapa saat? Mau apa dia di sini? Dengan refleks, Clara langsung menutup kembali pintu tetapi tangan orang itu menahannya.“Mau apa kamu?” tanyanya garang.“Please… izinkan aku masuk…” Louis memohon.Clara menatapnya dengan tajam. Dia menatapnya dengan memelas.“Tidak,” jawabnya tegas.Semua kenangan tumpah ruah dalam ingatannya. Tangannya dengan kuat masih memegang kenop pintu. Clara hampir menutup pintu saat kudengar deru motor Vincent. Tak lama, dia sudah berdiri di garasi. Kedua alisnya yang tebal saling berpaut. Dia berjalan mendekat. Vincent tidak pernah menyukai Louis.“Ada apa ini?” tanyanya, membuat Louis membalikkan badan saat mendengar suara seseorang yang tidak dikenalnya. Clara senang sekali Vincent datang.
Vincent. Clara sudah salah paham. Clara selalu menghakimi dia. Dia menyiapkan semua ini untuknya. Air matanya menetes lembut. Segala kesungguhannya benar-benar dapat Dirasakannya. Bagaimana dia mengumpul kan bunga-bunga ini? Dibukanya kotak yang ada di meja. Isi nya adalah kue berbentuk hati dengan nama Mereka berdua. Vincent sedang mencoba menjadi romantis hari ini. Semua hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Dia tahu, Vincent berusaha keras.Jadi, inilah alasan Vincent marah padanya. Dia mengharap Cepat pulang. Dia menyiapkan semua ini, tetapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Dan ketika dia datang, aku sengaja mengacuhkannya, memberi celah pada Mr. Hendy untuk memperhatikannya. Kalau aku bicara jujur, memang aku tadi menikmati waktu-waktu bersama Mr. Hendy. And I was so wrong…. kamu pasti lagi nangis bombai sekarang tadi, aku, Vincent, dan Oppa nungguin kamu pulang tapi kamu sudah di sana duluan." Vin!” Clara memanggil Vincent.Dia sedang mem bersihkan meja-meja.
Hari ini. Clara akan marah padanya sampai dia mau meminta maaf.Tidak. Clara tidak bisa menunggu selama itu. Baru dua langkah aku keluar dari restoran, Dia langsung berbalik dan mengejar Vincent yang sudah duluan berjalan ke parkiran sepeda motor.“Vincent! Kamu ini gimana, sih?” Clara mendorong tubuh Vincent dengan gemas. Clara merasa tidak puas hari ini.“Kamu ini payah! Bener-bener mengecewakan! Kamu nggak ngerti perasaanku!”“Aku harus bagaimana?” Vincent merentangkan kedua tangannya.Wajahnya menampakkan kekesalan yang sama ditunjukkannya selama makan malam tadi.“Kamu bahkan nggak ngucapin apa-apa sejak tadi!” Clara mengharap ucapan ulang tahun darinya.Dia bukan yang pertama tama, Clara tidak masalah. Tetapi setidaknya, saat dia datang Clara mengharap dia mengecup keningnya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Clara benar-benar marah.Vincent menghela napas panjang. Seperti ada sebuncah kegeraman juga dalam hatinya. Clara tidak tahu apa yang membuatnya sangat marah. Clara meliha
Rencanaku berubah malam ini. Clara tidak jadi pulang ke rumah dulu, tetapi bersama teman-teman guru langsung berangkat menuju rumah makan yang Dia tunjuk. Clara sangat terbawa suasana. Tadinya Clara, Vincent, Viona, dan Dong Jun oppa akan berangkat bersama.“Clara, kamu di mana?” tanya Vincent.Clara bersama teman-teman sudah tiba di rumah makan saat Vincent meneleponnya.“Ah… ya… sorry. Clara sudah sampai. Bisa kan kamu dan Viona lansung ke sini juga? Iya. Clara nggak jadi pulang dulu. Langsung saja, ya. Clara tunggu. Bye!” ditutupnya telepon dari Vincent.Clara tidak bisa menerka apa yang dia pikirkan, tetapi seharusnya hal semacam ini tidak menjadi masalah. Clara segera menepis pikiran tentang Vincent dan kembali asyik pada teman-temannya.“Siapa?” tanya Mr. Hendy dengan sinar mata penuh keramahan.Dia orang yang sangat ceria. Clara menyukaitatapan dan senyumannya.“Oh, pacarku. Dia nanti ke sini. Juga sahabatku,” Clara mengumumkan kepada teman-temannya.“Oooh… nooo. Ternyata, Mis
Clara menceritakan semuanya pada Viona dan dia tertawa terbahak-bahak tanpa henti. Apanya yang lucu? Namun, sepertinya dia sedang menertawakan Clara, bukan Vincent. Clara semakin cemberut.“Kamu ini aneeeeh…” seru Viona.“Kamu kan tahu cowok macam apa Vincent. Kamu jangan memaksakan apa yang membuat dia nggak nyaman. Dasar Seaaan... nggak pernah berubah,” Viona menjitak kepalanya.Mereka sedang berdiam di pinggir kolam. Setiap Kamis malam, Viona selalu mendapat voucher gratis berenang di salah satu hotel milik Dong Jun oppa. Sesekali Clara ikut bersamanya.“Dia memang bukan cowok romantis, terimalah. Jangan berkhayal suatu saat kamu akan tiba-tiba menemukan se carik kertas bertulis ”I love you” di mejamu dari Vincent. Jangan berharap dia menyanyikan lagu romantis buatmu. Jangan harap dia mengetuk pintu kamarmu tengah malam dan membawakan bunga mawar. Apalagi… hahahaha… menulis surat cinta… aha hahaha…. Ya ampun, Sean. sekarang ini zamannya sudah serba tweet. Nggak ada lagi orang yang
Hari ini Vincent libur kerja. Jadi setelah kuliah, dia menjemput Clara di tempat kerjanya yang baru dan Mereka mampir ke toko buku. Vincent suka membaca komik. Clara jadi teringat, dia ingin menunjukkan naskah novelnya pada Vincent, sampai sekarang belum juga sempat.Namun hari ini, saat melihatnya asyik dengan buku-buku komik, Clara rasa dia tidak jadi menunjukkan naskah novelnya. Dia tidak akan suka. Kalau toh dia membacanya, dia belum tentu bisa memberi masukan yang baik.Clara tidak boleh memaksakan egonya. Ditinggalkan dia berkutat di antara komik-komik sementara Clara pergi melihat-lihat novel. Mau tidak mau tangannya ini nanti pastinya akan memillih beberapa novel.“Kamu beli apa aja?” tanya Vincent sambil melihat ke tangan Clara yang membawa tiga buah novel.Kami sudah mau pulang dan hendak ke kasir.“Kamu?” Clara memperhatikan Vincent dan sekelilingnya yang tidak membawa apa-apa.“Kamu nggak beli?” tanya Clara lagi.Clara ingat semasa sekolah dulu, Dia juga mengalami saat-sa
Sudah dua hari, Clara dan Vincent tidak saling berhubungan. Mereka benar-benar butuh waktu untuk me renung. Sudah dua hari ini pula Clara melepas cincin yang diberikan Steven. Clara meletakkannya di kotak nya.Diabaikannya cincin itu beberapa lama. Diangkat ponselnya dan siap menghubungi nomor Vincent. Terdengar nada sambung di seberang sana. Tidak lama, panggilannya diangkat.“Halo,” sapa suara seorang cewek. Clara mengerut kan kening.“Ha… halo…” Clara jadi ragu sejenak.Terdengar sedikit kasak-kusuk di seberang sana lalu suara Vincent berseru,”Dari siapa? Hei…” Vincent dan si cewek seperti sedang berebut ponsel.“Hai, Clara,” sapa Vincent akhirnya.“Siapa itu?” tanyanya penuh curiga.Clara sudah berbesar hati mau menghubunginya lebih dulu, tetapi ternyata seperti ini kenyataannya. Clara berpikir yang bukan-bukan.“Desi,” jawab Vincent singkat. Dia selalu jujur.“Desi?” tentu saja Clara ingat siapa dia.“Kalian di mana?"“Di kosku. Mereka sedang bikin tugas. How are you? I really
Clara hanya diam. Hatinya sedang bergumul. Ternyata Mereka memiliki pandangan yang berbeda. Apa yang harus di lakukan? Apakah Clara egois kalau Dia mempertahankan cincin ini untuk kumiliki?“Lepaskan. Suatu hari, aku akan membelikanmu cincin yang lain. Bisakah kamu menunggu?” Vincent bicara tanpa menatapnya.Pasti dia sudah sangat jengkel. Clara menghela napas panjang. Clara memandangicincin di jemarinya.“Clara!” Vincent memanggilnya dengan nada agak keras. Untung pada saat itu Viona dan Dong Jun oppa datang.“Hai, kalian datang…” seru Viona senang.Kegirangannya memecah ketegangan di antara Clara dan Vincent. Mungkin sekarang rupa Mereka sangat pucat pasi. Clara menurunkan tangannya. Sayangnya, semua belum berakhir. Clara dan Vincent sama-sama tidak betah berada di tempat itu terlalu lama.“Kalau kamu nggak lepasin cincin itu, aku akan memukul Louis sekarang,” Vincent berbisik. Clara melebarkan mata.“Maksudmu apa?”“Aku nggak suka sama Louis. Aku ingin menonjok pria itu sekarang j