Sebuah ruangan yang terlihat dirancang dengan cepat sesuai dengan ingatan penciptanya di jaman dahulu, ruang tahanan dengan dinding lusuh tanpa cat yang berbau pengap. Tanpa perabotan ataupun alas hanya tumpukan jerami kering dengan pencahayaan obor di ujung ruangan, sedikit memberi penerangan mengarah pada wajah tampan sang tahanan.
Gil berdiri dengan kedua tangan yang terantai ke atas. Matanya terpejam tidak sadarkan diri. Tubuhnya agak condong ke samping menumpu berat tubuhnya yang melemas. Dua orang penyihir berjaga di depan pintu dengan berdiri tegak sesuai perintah ratunya yang menganggap tahanan mereka adalah sesuatu yang berharga.
Mata Gil mulai bergerak mencoba untuk membuka. Bagai perekat yang menempel di matanya membuat pria tampan itu berusaha dengan cukup keras agar penglihatannya terbuka sempurna. Usaha yang sia-sia, kedua mata tidak juga terbuka. Giliran Gil ingin membuka mulutnya dan berteriak.
Sesuatu membuat kedua bibir atas dan bawahnya saling
Jani menyusul Ken masuk ke dalam kamar mereka. Dia melihat suaminya duduk di pinggir ranjang sambil menunduk. Jani duduk disebelahnya. Tangannya merangkul pundak Ken dengan kepalanya bersandar di lengan suaminya."Aku tahu kau sangat khawatir. Tapi ini sangat penting. Banyak nyawa yang dipertaruhkan," ucap Jani pelan namun jelas."Hah, kau benar. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu sendiri. Aku bisa gila memikirkanmu setiap saat." Ken ikut menyandarkan kepalanya ke Jani."Aku akan pergi bersama Fred. Aku yakin dia akan menjagaku dengan baik.""Berjanjilah ruh kita akan bertemu setiap malam! Setidaknya kau bisa mengetahui siang dan malam di luar sana." Ken menarik tubuh Jani dan memeluknya."Tentu saja, mana mungkin aku bisa jauh darimu. Itu juga akan menyiksaku, sayang,"Jani menatap Ken dengan penuh cinta dan menciumnya mesra.**Di dalam istana hitam yang menyerupai castil angker, Gil tertawa setelah mendengar ajakan Ania kepada
Fred terlihat berbincang dengan Tuan Donovan. Beberapa barang telah dibawanya di dalam tas kain berwarna coklat. Dia melihat ke arah jam. Segera Fred berpamitan untuk menjemput Jani di kamarnya.Ken terlihat enggan melepas istri yang sangat dicintainya. Tangannya memeluk erat tubuh Jani yang masih polos. Berkali-kali bibirnya mengecup mesra kening istrinya."Sayang, aku harus memakai bajuku. Fred pasti akan segera datang," ucap Jani pelan tanpa bergerak. Dia tidak ingin membuat suaminya malah merasa sedih."Sebentar saja. Aku belum mendengar suara pintu diketuk," jawab Ken enggan."Bagaimana jika kau yang memakaikan bajuku?" bujuk Jani yang menoleh ke wajah Ken yang hanya berjarak satu senti."Hah, baiklah." Ken melepas pelukannya setelah mengecup sekilas bibir istrinya dan berdiri mengambil baju Jani di dalam lemari. Jani berdiri dan memeluk Ken dari belakang. Suaminya berbalik dan memakaikan baju kepadanya. Mata Ken meredup, pikirannya me
Gil menarik tengkuk Ania dan menciumnya dengan panas. Ania tersenyum membiarkan Gil melakukan apapun keinginannya terhadap tubuhnya. Gil melirik ke arah cermin dan menarik bibirnya yang menempel di bibir Ania. Dia berdiri mendekati cermin itu untuk melihat dirinya sendiri. Bibir tipisnya tersenyum menambah ketampanan wajahnya."Siapa aku?" tanyanya tegas dengan keningnya yang mengkerut. Ania segera berdiri disampingnya dengan memeluk dada bidang Gil."Kau adalah Giller. Kekasih dari Ratu Ania penguasa kegelapan. Kau akan mengabdikan hidupmu hanya untukku." Ania melepas pelukannya dan berdiri menatap Gil."Berlututlah, Gil! Hidupmu sekarang milikku." perintah Ania.Gil menatap dengan terdiam beberapa saat. Matanya masih bersinar kuning. Retinanya bergerak perlahan memandang tubuh wanita di depannya."Aku hanya akan berlutut saat aku bercinta denganmu, tidak untuk yang lain," jawab Gil menantang."Jadi itu maumu?" Ania mengarahkan tangannya un
Ken langsung bersembunyi sambil menguping pembicaraan beberapa orang yang sedang sibuk menata sesuatu. Dia mengintip di celah pintu melihat peti-peti kayu yang besar. Bau ruangan itu begitu anyir. Ken menutupi sebagian wajahnya dengan kain untuk menutupi bau yang menyengat."Apa yang sedang mereka lakukan?" Rasa penasaran Ken membuatnya memberanikan diri mendekat untuk melihat lebih jelas. Dia berada di belakang tumpukan peti kosong."Cepat bawa peti-peti ini ke istana! Para Nehul sudah sangat kelaparan. Siapkan lagi besuk. Berikan para manusia itu makanan yang banyak agar besuk saat kalian memotong-motong tubuh mereka, dagingnya akan empuk dan berair, hahaha," ucap Ketua Penyihir dengan tertawa.Terlihat beberapa orang pengikut kekuatan gelap mengangkat peti-peti ke dalam truk. Salah satu terjatuh karena sebuah batu menyandung kakinya."Brak!" Pintu peti terbuka dan mengeluarkan isi yang membuat Ken terkejut.Ketua penyihir begitu marah dengan menen
Fred tersenyum menatap tebing tinggi yang ada di depannya. Jani menghentikan tubuhnya yang berputar lalu berdiri di samping Fred. Dia memandang sekitar dengan keningnya yang berkerut."Lalu di mana Pasukan Putih? Aku tidak melihat apapun," tanyanya.Fred menunduk seperti memberi hormat, lalu mengucap bahasa kuno yang sama seperti yang tertera di magic book. Jani memahami artinya dan ikut menunduk untuk memberi hormat."Hormat kami, ketua Pasukan Putih. Kami datang dengan damai," arti ucapan bahasa kuno yang diucap Fred.Tiba- tiba angin menghembus dan berputar mengelilingi Jani dan Fred. Daun-daun kelapa tertarik dan bergerak mengikuti arah angin. Pasir panas meluap ke udara hingga menutupi pandangan mata. Jani dan Fred segera melindungi mata mereka dengan kain agar pasir-pasir itu tidak mengenai mata mereka.Angin topan semakin lama semakin besar seolah menyapu semua yang ada di sana. Namun, Jani dan Fred seolah tidak merasakan hembusan itu dengan b
Ken mengikuti Sonya yang masuk ke dalam Istana Hitam. Dia memarkir motornya di antara semak-semak. Sonya masuk ke dalam di kawal beberapa penyihir yang mengantarkannya masuk ke ruangan.Ken masih mencari jalan untuk menyelinap ke dalam .Sonya masuk ke ruang singgasana saat semua pejabat masih di dalam untuk menyambut kekasih baru Ania.Dia langsung terkejut melihat wajah Gil yang kini mendampingi Ratu yang dia sembah."Maaf, Ratu. Saya datang terlambat karena sedang meyakinkan para warga yang sedang kita tahan," ucapnya dengan menunduk.Gil mengerutkan keningnya menatap Sonya yang sepertinya tidak asing."Kali ini aku mengampuniku karena hatiku sedang senang. Apa makanan untuk para Nehulku tersedia dengan baik?" tanya Ania."Sangat baik, Ratu," jawab Sonya sedikit melirik ke arah Gil yang matanya semakin kuning."Bagus. Ini adalah Giller kekasihku yang baru. Kau akan bekerja sama dengannya untuk menyusun kembali pengambilan al
Ruh Jani memegang tangan ruh Ken yang membuatnya terkejut. Ruh Ken tidak jadi kembali ke tubuhnya dan berbalik melihat wajah yang sangat dirindukannya."Sayang, kau datang." Ken ingin memeluknya, namun sesuatu menghalangi. Tiba-tiba ruh Jani menjadi menjauh."Aku hanya bisa sebentar memenuimu. Aku harus kembali. Pasukan putih sudah kutemukan. Aku akan segera kembali," ucap Jani yang terkesan tergesa-gesa."Tunggu, sayang. Setidaknya aku bisa memelukmu sebentar saja," Ken masih berusah meraih Jani yang semakin menjauh."Aku mencintaimu, Ken. Tunggu aku datang." Ruh Jani segera menghilang dengan senyuman yang membuat Ken semakin merindukannya."Jani, tunggu!" teriak Ken yang sia-sia. Jani telah menghilang, ruh Ken kembali tertarik ke tubuhnya.Dia terbangun di atas sofa dengan meneriakkan nama istrinya.Ken kembali menunduk menahan perih di hati. Dia mengambil jaket dan keluar dari toko itu. Terpal yang menutup motornya segera dis
Suara lantang yang kemudian menjadi serak dan menghilang. Sonya sangat terkejut melihat namanya keluar dan terpampang jelas di layar tv besar di tengah ruangan dengan semua mata tertuju kearah TV itu.Spontan semua langsung menoleh ke ruangan yang terdapat kaca besar memperlihatkan isi dari ruangannya itu. Wajah Sonya yang terkejut terlihat jelas."Apakah ada yang memiliki nama yang sama denganku?" tanyanya menggunakan microphone.Semua saling pandang dan menggeleng. Wajah Sonya semakin pucat."Kalau begitu pasti ada kesalahan. Kita akan mengacak kembali." Sonya menekan tombol untuk kedua kalinya dan namanya tetap keluar sebagai pemenang. Dia mengulangi lagi dan lagi. Hingga akhirnya memutuskan keluar dari ruangan.Dia berdiri di atas panggung kecil yang ada di samping layar tv."Karena ada gangguan, bagaimana jika kita mengundinya secara manual," ucapnya tersenyum."Tidak mau. Kami ingin kau yang tetap menjadi pemenang," ucap Satu ya
Sebuah rumah sakit yang serba putih, terlihat banyak perawat pria dan wanita menjaga sebuah ruangan di mana banyak orang-orang yang kehilangan akalnya. Rumah sakit jiwa yang terletak di kota terpencil sangat jauh dengan kota yang kini terbebas dari Ratu Jahat. Sonya duduk di salah satu kursi dengan pakaian putih yang mengikat tubuhnya. “Aku adalah wanita penguasa. Tapi … siapa aku? Hahaha ,” ucapnya lirih yang kemudian tertawa dengan kencang dan meronta. Dua perawat laki-laki segera memberinya suntikan penenang lalu membawanya ke sebuah ruangan kecil yang menjadi kamarnya. Di dinding ruangan itu tertulis sebuah nama dengan menggunakan kuku. Matanya hampir terpejam akibat obat penenang. Tapi sebelumnya wanita itu sempat mengucapkan nama yang dia tulis. “Gil.” ** Dom telah memiliki rumah yang lumayan besar. Namun, dia tidak menempati rumah itu sendirian bersama istri dan anaknya. Melainkan bersama para anak-anak yang orang tuanya tewas akibat kekejaman
Perlahan Sonya membuka mata. Dia sangat terkejut dan mencoba berdiri. Namun kakinya lemah tidak mampu menahan tubuhnya. “Kenapa dengan kakiku? Kenapa aku tidak bisa merasakannya?” Sonya berkali-kali mencoba berdiri dan tidak bisa. Dia menatap ke semua orang dan berteriak. “Siapa kalian? Aku wanita berkuasa dan aku …” Sonya tidak melanjutkan ucapannya karena tidak mengetahui jati dirinya. “Siapa aku? Argh!” Sonya meronta-ronta dan segera di bawa oleh petugas medis. Gil hanya melihat dengan sinis. “Kau mendapatkan apa yang kau taman, Sonya,” ucapnya pelan. Saat Gil berjalan menelusuri tempat itu, pemuda yang diselamatkannya berlari menemuinya. “Tuan Gil, terima kasih atas segalanya. Aku berkumpul kembali dengan adik dan ibuku,” ucapnya menunjuk ke arah adik dan ibunya yang tersenyum. “Kau juga telah menyelamatkanku di medan perang. Ngomong-ngomong siapa namamu?” “Aku Andy. Dan aku ingin menjadi sepertimu, Pembasmi Penyihir,” ucap
Terlihat kulit wajah Ania melepuh. Dia menggunakan kekuatan untuk menyembuhkan lukanya. Namun, yang terjadi wajahnya menghitam bagai terpanggang. Serbuk itu telah dimantrai olehnya dengan mantra yang sangat kuat sehingga tidak bisa di sembuhkan. Senjata makan tuan, istilah yang tepat untuknya.“Sudah cukup. Kini saatnya kau mati, Jani,” teriaknya dengan kesal. Ania membuat duri-duri di tubuhnya seakan hidup. Duri itu berubah menjadi ruh hitam dengan wajah-wajah manusia yang berteriak seakan kesakitan. Jani terkejut saat dirinya dikelilingi ruh-ruh itu.“Hahaha, sebentar lagi kau akan menjadi seperti mereka,” ucap Ania.“Siapa mereka, Ania?” teriak Jani merasakan hawa panas setiap ruh-ruh itu menembusnya.“Itu adalah jiwa para manusia yang menyembahku dan yang aku bunuh untuk kujadikan tumbal. Selamanya jiwa mereka akan terikat padaku dan menjadi budak Iblis Hitam, hahaha. Kini jiwa-jiwa ini akan membuatmu ma
Bayangan hitam yang sangat besar terlihat begitu mengerikan. Iblis Hitam menampakkan diri di tengah medan perang. Jani membuka telapak tangannya yang bersinar. Dia melirik ke arah Ken yang tidak terlalu jauh darinya. Pedang belati emas yang bersinar merah, tiba-tiba berubah putih persis seperti sinar di tangan Jani. Sinar itu semakin besar mengelilingi lembah.Jani dan Ken menggunakan sinar itu untuk melindungi pasukan mereka yang berada di balik bebatuan untk berlindung.Bayangan iblis hitam pelahan menghilang di barengi dengan kemunculan wujudnya. Iblis itu berdiri di depan Ania.“Hem. Jadi kau yang di tunjuk Ratu Putih untuk mengalahkanku? Hahaha, sungguh mengecewakan.”Tangan iblis itu mengarah ke depan mengeluarkan api yang menyerang Jani dan Ken. Secepatnya Ken berlari melindungi Jani dengan menahan api itu menggunakan pedang belati emas. Jani mengambil kesempatan saat Iblis Hitam teralihkan perhatiannya menghadapi Ken dengan menyerang A
Di medan pertempuran, masih terjadi saling bunuh antara mahkluk perjaga dengan pasukan di pihak Jani. Terlihat badut-badut lucu melompat-lompat membuat pembasmi penyihir merasa mudah menghabisinya tanpa rasa takut. Kaca mata canggih itu benar-benar menghabisi mahkluk tak bermata kesayangan Ania. Elang-elang raksasa mencengkeram mereka dengan cakar-cakar tajam lalu membawanya ke udara yang tinggi dan menjatuhkan para mahkluk hingga hancur di tanah.Di dalam lingkaran serbuk emas, Fred kembali berdiri lebih dekat di depan Ania. Mulutnya masih mengucap mantra. Ania turun dari kereta berjalan beberapa langkah mendekati Fred. “Kau tidak bisa mengelabuhiku. Kau pikir sebuk emasmu bisa menghalangiku?” Ania menepuk kedua tangannya yang mengeluarkan kabut hitam dan langsung menyelimuti serbuk emas.Seketika serbuk emas itu meleleh dan memudar. Mantra di mulut Fred berhenti. Serbuk-serbuk itu tidak lagi kembali kepadanya. Namun, ada yang aneh dengan pemandangan di de
Portal meledak membuatnya tertutup. Ania segera menoleh dengan wajah terkejut. Tidak ada lagi jalan masuk instan dari istana ke medan perang. Dave, Mel dan Dua secepatnya bersembunyi di tempat gelap menunggu situasi aman untuk menuju teman-teman mereka di sisi berlawanan.“Sial, siapa yang melakukannya?” teriak Ania memandang sekitarnya.Dave dan Mel bersembunyi di balik tubuh mahkluk penjaga yang besar sehingga terhindar dari pandangan Ania. Dua bersembunyi di bawah keretanya dengan menahan nafas. Ania kembali menatap pertempuran dan memerintah mahkluk penjaga untuk bersiap maju.Di tengah medan pertempuran, terlihat pasukan penyihir baru dengan mudah di kalahkan oleh pasukan pertama pimpinan Ken. Gil terlihat dengan brutal mencari keberadaan Ken. Suami Jani itu menggenggam belati hijau menuju temannya.Para penyihir baru berdiri di depannya untuk menghalangi jalannya.Mata mereka menguning dengan erangan. Ken menggenggam belati hijau dan berl
Mahkluk tak bermata keluar dari sinar yang terpencar di kegelapan. Mereka bersujud di depan Ania dengan mengerang. Mahkluk yang lain terlihat menyambut kedatangan mereka dan menyahut erangan itu dengan erangan khas masing-masing. Ania terlihat sangat puas dan bahagia. Tangannya mengarah ke atas mengeluarkan kilatan yang menjadi satu dengan awan hitam yang kini menjadi merah menyala.Pemuda yang telah di ubah oleh Gil, memakai jubah yang sama dengan para penyihir baru. Perlahan dia masuk ke dalam barisan. Berjalan maju selangkah demi selangkah mencari ibu dan adiknya yang masih menjadi penyihir.“Ibu, aku menemukanmu.” Pemuda itu melihat wajah ibunya di balik tudung yang berubah buruk rupa. Perlahan dia menarik ibunya yang masih di bawah pengaruh sihir dengan terdiam dalam barisan. Hingga sampai di belakang, pemuda itu melihat ke segala arah memastikan aman. Diam-diam dia membawa ibunya ke balik tembok dan menyandarkannya di sana dengan posisi duduk. Dia men
Suara itu samar,namun sangat jelas. Jani dan Ken langsung menoleh ke belakang mencari sumber suara. Hanya ada kegelapan yang di temani suara burung hantu. “Kau dengar itu, Ken?” tanya Jani memandang sekitar.“Aku mendengarnya. Tapi, siapa yang memanggilmu?” Ken melangkah ke depan mengawasi ke seluruh tempat itu dengan mata supernya. Tetap dia tidak melihat apapun. Ken kembali mundur dan mengajak Jani menuju mobil. Saat mereka hendak masuk ke dalam mobil, suara memanggil itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya.“Jani.”Seketika mereka berdua menoleh ke belakang dan terkejut melihat ruh Ibu Jani dengan bersinar terang tersenyum ke arah mereka.“Ibu!” teriak Jani segera berlari ke arah ibunya. Tangannya menyentuh tangan ibunya yang tembus. Terlihat kerlipan sinar terpancar di seluruh tubuh wanita yang telah melahirkannya. Jani tidak kuasa menahan air mata yang akhirnya tumpah membasahi pi
Langit bergemuruh disertai kilatan petir yang dasyat. Tanah membelah mengeluarkan semburan api yang mengucur ke atas. “Bangkitlah, para mahklukku!” teriakan Ania membuat suara gemuruh dan langit menjadi merah menyala.Munculah sosok-sosok aneh setelah semburan api menghilang. Wajah babi dengan tubuh manusia yang tinggi dan besarnya dua kali ukuran manusia biasa. Ada pula yang mendesis seperti binatang melata tetap dengan tubuh manusia namun wajahnya menyerupai kadal dengan ekor yang panjang. Semua berjalan mendekati Ania dan tunduk di hadapannya.Jani menatap langit merah di atas istana hitam yang nampak dari kejauhan. Dia menggunakan kekuatan matanya untuk melihat apa yang terjadi di istana itu. Jani berbalik menatap Ken dan juga Tuan Donovan yang berada di belakangnya. “Kalian tidak akan suka dengan apa yang aku lihat. Mahkluk yang baru muncul lebih mengerikan dari yang sebelumnya tapi sangat lambat,” ucap Jani.“Dari mana kau tah