Tangan Mel berada di punggungnya dengan terborgol. Dia masih setengah sadar karena obat bius yang dia hisap. Dengan pandangannya yang samar, Mel melihat beberapa orang berseliweran di depannya.
“Wah, kali ini kau mendapatkan mangsa yang sangat cantik. Lihat saja tubuhnya yang seksi itu, hahaha,” ucap salah satu yang terdengar samar.
Mel berusaha membuat dirinya sadar sepenuhnya dengan mengedip-ngedipkan matanya. Mulai terlihat lima pemuda yang berusia dua puluhan ada di depannya. Dua diantaranya menghisap sesuatu melalui hidung mereka dan membuat mereka teler. Tiga orang duduk menatap dan menunggunya sadar sepenuhnya.
“Rupanya wanita cantik ini sudah sadar. Kau mau apakan dia?” tanya salah satu pemuda. Mel menghitung jumlah mereka dan melihat semua ciri-cirinya. Mereka sama-sama memakai kaos hitam dan celana jeans hitam. Terlihat beberapa topeng badut di meja. Mel mengingat satu topeng yang dikenakan salah satu pemuda sebelum dia pi
Dave berlari kearah ledakan tanpa menghiraukan keselamatannya. Ken segera mengejar dan mendekap tubuh Dave. Dengan tenaganya yang kuat, Ken berhasil membawanya menjauh dari api yang masih berkobar.“Mel!” teriak Dave.“Biarkan aku menyelamatkannya! Dia ada di dalam. Aku melihatnya, Ken,” ucap Dave dengan meronta.“Tenanglah, Dave. Kau akan terbakar jika masuk ke dalam.” Ken masih mendekap erat tubuh Dave.Jani perlahan mendekati Dave dan menyentuh pundaknya. Dia menatap wajah Dave yang telah basah dengan air mata.“Mereka membawanya, Dave. Mel masih hidup. Seorang penyihir membawanya,” ucap Jani yang membuat Dave akhirnya meredakan tubuhnya yang masih berusaha meronta.“Apa? Jadi Mel masih hidup? Kalau begitu kita harus segera menyerang istana itu. Aku akan membunuh mereka semua,” teriaknya.Dengan segera Ken memukul tengkuknya hingga Dave pingsan. Dengan kekuatannya, Ken mem
Ken harus merasa geram karena terhalang pelindung yang tidak bisa ditembusnya. Dia hanya bisa berdiri menunggu Jani keluar dari istana itu. Saat ruh Jani tepat berada di depan pintu masuk, salah satu penyihir menyambutnya.“Tuan Skuller mengatakan bahwa kau pasti akan datang. Dia tidak akan melepaskan temanmu jika kau masuk tidak dalam wujud yang asli,” ucapnya dengan tenang.“Aku bisa saja menghabisimu sekarang juga jika kau masih menghalangi jalanku,” ancam Jani.Tiba-tiba sebuah suara terdengar di telinganya.“Datanglah dalam wujud ragamu dan dia akan hidup. Aku akan menunggumu malam ini. Dan untuk kekasihmu, jangan coba-coba masuk kemari karena pelindung ini sudah aku perbarui. Kalian tidak akan bisa masuk kemari seperti sebelumnya.” Suara skuller berbisik di telinga Jani.Dengan terkejut, Jani segera kembali ke balik pelindung untuk menemui Ken. Tentu saja Ken yang menunggunya sangat terkejut melihat Jani be
Setelah berada di markas, Mel hanya berdiam diri di kamar. Dia tidak ingin bertemu siapapun termasuk Dave. Beberapa kali Dave mengetuk pintu kamarnya, namun Mel tidak menghiraukannya.“Ayolah, sayang buka pintunya!” pinta Dave dengan sedikit memelas.Mel tetap saja tidak mau membukanya dan memilih berbaring di ranjang sambil menutupi wajah dengan selimut.Dave terpaksa meninggalkan kamar Mel. Dia masuk ke kamarnya lalu mengirim banyak pesan ke Mel melalui ponselnya.Jani duduk di pangkuan Ken sambil menatap langit gelap. Saat itu telah melewati tengah malam dan mereka masih terjaga.Jani merasa tidak bisa memejamkan mata setelah apa yang terjadi dengan Mel. Ken dengan setia menemaninya walaupun tidak berani menanyakan apa yang terjadi karena Jani tidak ingin memberitahunya.“Kau harus istirahat, sayang. Matamu terlihat sangat lelah,” ucap Ken dengan mesra.“Sebentar lagi,” jawab Jani yang bersandar
Ken dan Gil memasukkan semua belanjaannya ke dalam mobil. Mereka menuju ke sebuah hotel mewah dan menyewa salah satu kamar vip. Gil dengan cekatan menata ruangan dengan begitu indah dibantu para room service. Ken melakukan semua yang Gil minta dengan memasang banyak hiasan istimewa di kamar itu.“Dengan semua ini, Jani akan sangat senang. Setelah itu dia akan memintamu untuk melakukannya tanpa menunggu pernikahan, hahaha,” ucap Gil yang membuat Ken tersenyum.“Sepertinya tidak akan terjadi. Kami sepakat melakukannya setelah menikah,” jawab Ken.“Apa? Itu sangat luar biasa dan aku tidak menyangkanya. Hah, pasti sangat berat untukmu karena harus menahan selama itu.” Gil menepuk pundak Ken dan duduk duduk di sofa karena kelelahan.“Kau tidak bisa membayangkannya, Gil. Setiap hari bersama wanita yang aku damba, menciumnya, memeluknya, bahkan tidur seranjang dengannya. Tapi tidak bisa melakukan lebih dari itu.” K
Gil terbangun di salah satu kamar hotel yang bersebelahan dengan kamar yang disewa oleh Ken. Dia bersama dua wanita yang bercinta dengannya sepanjang malam.“Auw, kepalaku sakit sekali. Dua wanita ini sangat nakal. Mereka tidak mau melepasku sebentar saja, hahaha.” Gil bangun dari ranjang dan membiarkan dua wanita yang masih terlelap.Dia memakai bajunya lalu menelpon Ken dengan ponselnya.“Ken, kau di mana?”“Aku masih bersama Jani di kamarnya. Sepertinya rencanaku gagal mengajaknya kencan. Dia masih marah karena aku seharian tidak menghubunginya,” jawab Ken yang menunggu Jani keluar dari kamar mandi.“Itu masalah gampang. Wanita memang seperti itu. Kau harus membuatnya menyetujui ajakanmu. Aku jamin dia pasti tidak akan marah lagi padamu.”“Baiklah, aku akan mencobanya.” Ken menutup ponselnya dan duduk di sofa menunggu Jani keluar dari kamar mandi.Tidak lama yang ditunggu
Jani mendapatkan perawatan spa yang lengkap. Setelah dipijat dan berendam di air yang penuh busa dan sangat wangi, para petugas salon segera menyisir rambutnya dan menata dengan sangat indah. Salah satu merias wajahnya dengan riasan sederhana yang menambah kecantikannya yang asli.Jani sangat terkejut melihat beberapa gaun yang indah terpampang di gantungan.“Kenapa banyak sekali gaun? Apa Ken yang menyiapkan semua?”tanyanya.“Benar, Nona. Tuan Ken memilih beberapa agar anda bisa memilihnya untuk acara malam ini.”“Jadi ini alasan dia tidak menghubungiku seharian. Ah, Ken kenapa dia tidak mengatakannya? Aku sudah tidak adil padanya,” ucap Jani menyesali sikapnya.Dia segera memakai gaun dan menyemprotkan parfum. Sepatu Kristal indah menghiasi kakinya. Jani berdiri di depan cermin panjang untuk melihat penampilannya. Gaun panjang berwarna salem dengan model yang pas memperlihatkan lekukan tubuhnya yang indah.
Ken dan Jani segera berlari menuju pintu keluar hotel. Sesampai di luar, mereka melihat banyak sekali kerusuhan yang terjadi. Toko-toko banyak yang dihancurkan dan dijarah, mobil-mobil terpaksa berhenti karena dilempari dan dipukul oleh balok hingga hancur. Pengendara memilih keluar dari mobil mereka dan berlari menyelamatkan diri.Jani sangat terkejut melihat mobil yang terhimpit hingga seorang wanita dengan dua anaknya tidak bisa keluar. Sebuah truk kontainer melaju dengan kencang kearah mereka. Truk itu tidak terkendali hingga terguling. Kontainer terlepas menuju kearah mobil yang terhimpit.“Tolong! Selamatkan kami!” teriak wanita berusaha membuka pintu mobilnya untuk menyelamatkan kedua anaknya.“Ken, lihat itu!” Jani berlari kearah jalan raya dan mengerahkan kekuatannya untuk menahan kontainer yang meluncur dengan cepat. Kontainer itu seketika terhenti dengan sedikit melayang di udara.Ken menarik mobil yang terhimpit dengan kekuatannya dan membuka
Gil masih berusaha menjinakkan bom di taman kota. Dia mengikuti arahan ahli bom melalui ponselnya.“Apa lagi yang harus aku lakukan? Jadi aku harus memotong kabel merah? Baiklah akan aku lakukan,” ucapnya yang langsung memotong kabel merah dan membuat detak waktu bom berhenti.“Hah, tinggal satu lagi. Aku harus mencarinya di pasar.” Gil segera memasukkan bom rakitan itu ke dalam tas hitam dan membawanya. Dia menaiki motor dan segera menuju pasar yang telah ramai dengan kerusuhan.Para pedagang harus menyelamatkan barang dagangan mereka yang terjarah dan dihancurkan oleh para perusuh. Dia melihat Mel yang sedang bertarung dengan beberapa pengikut gelap demi menyelamatkan warga yang terluka akibat ulah mereka.Gil mendekat dan ikut menghajar para perusuh hingga membuat mereka terkapar tak berdaya. Gil menarik Mel dan memberitahu sesuatu.“Mel, mereka memasang bom di tempat ini. Kita harus mencarinya. Aku sudah menjinakka
Sebuah rumah sakit yang serba putih, terlihat banyak perawat pria dan wanita menjaga sebuah ruangan di mana banyak orang-orang yang kehilangan akalnya. Rumah sakit jiwa yang terletak di kota terpencil sangat jauh dengan kota yang kini terbebas dari Ratu Jahat. Sonya duduk di salah satu kursi dengan pakaian putih yang mengikat tubuhnya. “Aku adalah wanita penguasa. Tapi … siapa aku? Hahaha ,” ucapnya lirih yang kemudian tertawa dengan kencang dan meronta. Dua perawat laki-laki segera memberinya suntikan penenang lalu membawanya ke sebuah ruangan kecil yang menjadi kamarnya. Di dinding ruangan itu tertulis sebuah nama dengan menggunakan kuku. Matanya hampir terpejam akibat obat penenang. Tapi sebelumnya wanita itu sempat mengucapkan nama yang dia tulis. “Gil.” ** Dom telah memiliki rumah yang lumayan besar. Namun, dia tidak menempati rumah itu sendirian bersama istri dan anaknya. Melainkan bersama para anak-anak yang orang tuanya tewas akibat kekejaman
Perlahan Sonya membuka mata. Dia sangat terkejut dan mencoba berdiri. Namun kakinya lemah tidak mampu menahan tubuhnya. “Kenapa dengan kakiku? Kenapa aku tidak bisa merasakannya?” Sonya berkali-kali mencoba berdiri dan tidak bisa. Dia menatap ke semua orang dan berteriak. “Siapa kalian? Aku wanita berkuasa dan aku …” Sonya tidak melanjutkan ucapannya karena tidak mengetahui jati dirinya. “Siapa aku? Argh!” Sonya meronta-ronta dan segera di bawa oleh petugas medis. Gil hanya melihat dengan sinis. “Kau mendapatkan apa yang kau taman, Sonya,” ucapnya pelan. Saat Gil berjalan menelusuri tempat itu, pemuda yang diselamatkannya berlari menemuinya. “Tuan Gil, terima kasih atas segalanya. Aku berkumpul kembali dengan adik dan ibuku,” ucapnya menunjuk ke arah adik dan ibunya yang tersenyum. “Kau juga telah menyelamatkanku di medan perang. Ngomong-ngomong siapa namamu?” “Aku Andy. Dan aku ingin menjadi sepertimu, Pembasmi Penyihir,” ucap
Terlihat kulit wajah Ania melepuh. Dia menggunakan kekuatan untuk menyembuhkan lukanya. Namun, yang terjadi wajahnya menghitam bagai terpanggang. Serbuk itu telah dimantrai olehnya dengan mantra yang sangat kuat sehingga tidak bisa di sembuhkan. Senjata makan tuan, istilah yang tepat untuknya.“Sudah cukup. Kini saatnya kau mati, Jani,” teriaknya dengan kesal. Ania membuat duri-duri di tubuhnya seakan hidup. Duri itu berubah menjadi ruh hitam dengan wajah-wajah manusia yang berteriak seakan kesakitan. Jani terkejut saat dirinya dikelilingi ruh-ruh itu.“Hahaha, sebentar lagi kau akan menjadi seperti mereka,” ucap Ania.“Siapa mereka, Ania?” teriak Jani merasakan hawa panas setiap ruh-ruh itu menembusnya.“Itu adalah jiwa para manusia yang menyembahku dan yang aku bunuh untuk kujadikan tumbal. Selamanya jiwa mereka akan terikat padaku dan menjadi budak Iblis Hitam, hahaha. Kini jiwa-jiwa ini akan membuatmu ma
Bayangan hitam yang sangat besar terlihat begitu mengerikan. Iblis Hitam menampakkan diri di tengah medan perang. Jani membuka telapak tangannya yang bersinar. Dia melirik ke arah Ken yang tidak terlalu jauh darinya. Pedang belati emas yang bersinar merah, tiba-tiba berubah putih persis seperti sinar di tangan Jani. Sinar itu semakin besar mengelilingi lembah.Jani dan Ken menggunakan sinar itu untuk melindungi pasukan mereka yang berada di balik bebatuan untk berlindung.Bayangan iblis hitam pelahan menghilang di barengi dengan kemunculan wujudnya. Iblis itu berdiri di depan Ania.“Hem. Jadi kau yang di tunjuk Ratu Putih untuk mengalahkanku? Hahaha, sungguh mengecewakan.”Tangan iblis itu mengarah ke depan mengeluarkan api yang menyerang Jani dan Ken. Secepatnya Ken berlari melindungi Jani dengan menahan api itu menggunakan pedang belati emas. Jani mengambil kesempatan saat Iblis Hitam teralihkan perhatiannya menghadapi Ken dengan menyerang A
Di medan pertempuran, masih terjadi saling bunuh antara mahkluk perjaga dengan pasukan di pihak Jani. Terlihat badut-badut lucu melompat-lompat membuat pembasmi penyihir merasa mudah menghabisinya tanpa rasa takut. Kaca mata canggih itu benar-benar menghabisi mahkluk tak bermata kesayangan Ania. Elang-elang raksasa mencengkeram mereka dengan cakar-cakar tajam lalu membawanya ke udara yang tinggi dan menjatuhkan para mahkluk hingga hancur di tanah.Di dalam lingkaran serbuk emas, Fred kembali berdiri lebih dekat di depan Ania. Mulutnya masih mengucap mantra. Ania turun dari kereta berjalan beberapa langkah mendekati Fred. “Kau tidak bisa mengelabuhiku. Kau pikir sebuk emasmu bisa menghalangiku?” Ania menepuk kedua tangannya yang mengeluarkan kabut hitam dan langsung menyelimuti serbuk emas.Seketika serbuk emas itu meleleh dan memudar. Mantra di mulut Fred berhenti. Serbuk-serbuk itu tidak lagi kembali kepadanya. Namun, ada yang aneh dengan pemandangan di de
Portal meledak membuatnya tertutup. Ania segera menoleh dengan wajah terkejut. Tidak ada lagi jalan masuk instan dari istana ke medan perang. Dave, Mel dan Dua secepatnya bersembunyi di tempat gelap menunggu situasi aman untuk menuju teman-teman mereka di sisi berlawanan.“Sial, siapa yang melakukannya?” teriak Ania memandang sekitarnya.Dave dan Mel bersembunyi di balik tubuh mahkluk penjaga yang besar sehingga terhindar dari pandangan Ania. Dua bersembunyi di bawah keretanya dengan menahan nafas. Ania kembali menatap pertempuran dan memerintah mahkluk penjaga untuk bersiap maju.Di tengah medan pertempuran, terlihat pasukan penyihir baru dengan mudah di kalahkan oleh pasukan pertama pimpinan Ken. Gil terlihat dengan brutal mencari keberadaan Ken. Suami Jani itu menggenggam belati hijau menuju temannya.Para penyihir baru berdiri di depannya untuk menghalangi jalannya.Mata mereka menguning dengan erangan. Ken menggenggam belati hijau dan berl
Mahkluk tak bermata keluar dari sinar yang terpencar di kegelapan. Mereka bersujud di depan Ania dengan mengerang. Mahkluk yang lain terlihat menyambut kedatangan mereka dan menyahut erangan itu dengan erangan khas masing-masing. Ania terlihat sangat puas dan bahagia. Tangannya mengarah ke atas mengeluarkan kilatan yang menjadi satu dengan awan hitam yang kini menjadi merah menyala.Pemuda yang telah di ubah oleh Gil, memakai jubah yang sama dengan para penyihir baru. Perlahan dia masuk ke dalam barisan. Berjalan maju selangkah demi selangkah mencari ibu dan adiknya yang masih menjadi penyihir.“Ibu, aku menemukanmu.” Pemuda itu melihat wajah ibunya di balik tudung yang berubah buruk rupa. Perlahan dia menarik ibunya yang masih di bawah pengaruh sihir dengan terdiam dalam barisan. Hingga sampai di belakang, pemuda itu melihat ke segala arah memastikan aman. Diam-diam dia membawa ibunya ke balik tembok dan menyandarkannya di sana dengan posisi duduk. Dia men
Suara itu samar,namun sangat jelas. Jani dan Ken langsung menoleh ke belakang mencari sumber suara. Hanya ada kegelapan yang di temani suara burung hantu. “Kau dengar itu, Ken?” tanya Jani memandang sekitar.“Aku mendengarnya. Tapi, siapa yang memanggilmu?” Ken melangkah ke depan mengawasi ke seluruh tempat itu dengan mata supernya. Tetap dia tidak melihat apapun. Ken kembali mundur dan mengajak Jani menuju mobil. Saat mereka hendak masuk ke dalam mobil, suara memanggil itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya.“Jani.”Seketika mereka berdua menoleh ke belakang dan terkejut melihat ruh Ibu Jani dengan bersinar terang tersenyum ke arah mereka.“Ibu!” teriak Jani segera berlari ke arah ibunya. Tangannya menyentuh tangan ibunya yang tembus. Terlihat kerlipan sinar terpancar di seluruh tubuh wanita yang telah melahirkannya. Jani tidak kuasa menahan air mata yang akhirnya tumpah membasahi pi
Langit bergemuruh disertai kilatan petir yang dasyat. Tanah membelah mengeluarkan semburan api yang mengucur ke atas. “Bangkitlah, para mahklukku!” teriakan Ania membuat suara gemuruh dan langit menjadi merah menyala.Munculah sosok-sosok aneh setelah semburan api menghilang. Wajah babi dengan tubuh manusia yang tinggi dan besarnya dua kali ukuran manusia biasa. Ada pula yang mendesis seperti binatang melata tetap dengan tubuh manusia namun wajahnya menyerupai kadal dengan ekor yang panjang. Semua berjalan mendekati Ania dan tunduk di hadapannya.Jani menatap langit merah di atas istana hitam yang nampak dari kejauhan. Dia menggunakan kekuatan matanya untuk melihat apa yang terjadi di istana itu. Jani berbalik menatap Ken dan juga Tuan Donovan yang berada di belakangnya. “Kalian tidak akan suka dengan apa yang aku lihat. Mahkluk yang baru muncul lebih mengerikan dari yang sebelumnya tapi sangat lambat,” ucap Jani.“Dari mana kau tah