"Kak Aldo?!"
"Eh? kenapa Ra?" tanya Rianti terkejut mendengar Khairana berteriak.
"Kak Aldo Riri! dia dalam masalah!"
"Apa? gak mungkin, kak Ethan pasti menghubungi kita kalau ada masalah disana"
"Tapi sinyal kristalnya berkata seperti itu! mami ana apa anda juga merasakan hal yang sama?" tanya Khairana pada Iriana seraya menggenggam tangan cenayang itu.
"Iya, aku juga merasakannya. Terjadi sesuatu yang membuat Ethan tidak bisa menghubungi kalian, sebaiknya kalian cepat kembali" ujar Iriana seraya bangkit dari tempat duduknya.
"Dan untuk Rianti, kau sudah mengerti kan apa yang baru saja aku jelaskan soal kristalmu? dia akan menunjukannya padamu kalau kau berusaha mencari tau" Rianti mengangguk menanggapi ucapan Iriana dan menyusul Khairana dan Sunny yang sudah lebih dulu berlari kearah mobil.
"Terimakasih mami ana" ucap Rianti.
“Sudah kuduga” Aldo bersweatdrop kala melihat rumah tempat tinggal Iriana dari luar.“Ada apa?” tanya Ethan saat melihat reaksi tidak mengenakan dari Aldo.“Tidak ada, aku hanya sudah mengira kalau rumah cenayang akan mengertikan seperti kastil hantu atau semacamnya” ujar Aldo membuat yang lain menepuk jidat mereka masing-masing pasalnya rumah Aldo lebih terlihat seperti rumah hantu saat mereka pertama kali menginjakan kaki disana.“Kalian? Kukira siapa yang bikin ribut diluar rumah” ucap Iriana seraya mengintip dibalik celah pintu rumahnya.“Mami ana,” sapa Khairana.“Ah.. si arwah liar itu ternyata sudah kembali ke tubuhnya ya, masuklah kalian semua” ucap Iriana seraya membukakan pintu untuk mereka.Seperti biasa mereka duduk di ruang tengah dengan meja bundar dan sebuah bola kristal di
“Ra?! Udah siap?!” teriak Rianti dari arah luar rumah Khairana.“Siap!! Rara turun!!” Khairana berlari menuruni tangga saat mendengar suara Rianti, tak lupa juga ia membawa kotak bekal makan siang yang dibuatkan oleh asisten rumah tangganya.“Eh? Sarapannya?”“Maaf bi! Rara buru-buru nanti Rara sarapan bareng Riri di kantin! Rara berangkat ya bi!” Khairana menutup pintu agak keras karna buru-buru pergi ke sekolah membuat asisten rumah tangganya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.“Dia pasti terlalu senang karna arwah itu akan menjadi teman satu sekolahnya”“Gak sarapan?” tanya Rianti saat mendengar suara perut Khairana, sang empu yang ditanya pun hanya bisa menggaruk kepala tak gatal.“Harusnya tadi sa
“Ra kalau gak kuat lari bilang aja ya, jangan maksain diri kamu” ucap Rianti yang khawatir karna Khairana sudah mengeluarkan keringat lebih banyak dan wajahnya pucat sekali namun Khairana hanya tersenyum seraya mengangguk tanda mengerti.Aldo memperhatikan Khairana sedari dari, ada perasaan khawatir seperti yang dirasakan Rianti saat ini dengan keadaan Khairana, disisi lain seorang guru pembimbing mereka yang tak lain adalah Aldi malah tersenyum misterius melihat kedua orang itu khawatir dengan keadaan Khairana.“Wah wah~ ternyata sang pangeran khawatir dengan keadaan sang putri yang kini tengah dalam keadaan yang tidak mengenakan. Apa aku harus memberi bumbu sedap di adegan mereka berdua?” batin Aldi seraya mengelus-elus dagunya sendiri.PROK PROK PROK!“Baiklah anak-anak pemanasarannya sudah cukup, sekarang mari berkumpul” titah Aldi seraya menepuk-nepukkan tanga
“Hah... bisa-bisanya aku kebelet saat jam pelajaran gini” Aldo berjalan sendiran melewati lorong sekolah menuju toilet siswa.Aldo berhenti saat ia melewati gudang sekolah mengingatkannya akan sesuatu tapi ia tidak tau apa itu.“Sejak alu menyebut perkataan itu, rasanya kata itu selalu terngiang-ngiang dikepalaku... apa ada sesuatu yang terjadi sebelumnya disini?” batin Aldo seraya memegangi kepalanya dan mencoba masuk ke dalan gudang.Kata ‘Jangan sentuh milikku’ yang Aldo ucapkan tadi pada Aldi terus berputar dikepalanya bersamaan dengan kilas kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu saat Aldo masih menjadi arwah lliar yang sedang melindungi Khairana dari Aldi.“Apa ini,,, apa aku pernah kesini sebelumnya? Aku... melindungi.. Khairana?” batin Aldo seraya memegang kepalanya yang terasa berdenyut saat potongan ingatannya perlahan kembali.
“Jadi? Kenapa kau bisa tiba-tiba sakit kepala? Apa kau mengingat sesuatu?” tanya Ethan yang merasa penasaran melihat Sunny dan Aldo berbicara serius.“Ya... aku mengingat sesuatu, tapi lupakan saja sudah tidak sakit lagi kok”“Yang benar?” tanya Ethan lagi untuk memastikan kalau Aldo sedang tidak berbohong.“Benar kok”Sunny hanya diam mengingat perkataan Aldo tadi kalau dia ingat saat masih menjadi arwah liar pernah menginap dirumahnya, Khairana kalau mendengar kabar ini pasti gembira.Tiba-tiba saat Sunny akan mengambil ponselnya, gelang mereka bertiga bersinar sangat terang sepertinya terjadi sesuatu pada salah-satu gadis-gadis itu. Aldo, Ethan, dan Sunny saling bertatapan seperti memikirkan hal yang sama.“Apa terjadi sesuatu pada Khairana dan Rianti?” tanya Sunny merasa tidak enak saat gel
“Kau yakin melihat siapa pelaku pembunuhan papaku, Riri?!” tanya Khairana dengan tatapan berharap kalau Rianti bisa memberitahu gambaran tentang orang yang sudah membunuh papanya.Rianti tidak tega melihat tatapan Khairana yang saat ini tengah dilanda sebuah ujian yang benar-benar tidak bisa ia bayangkan sama sekali.“Tenang dulu Ra, aku akan ceritakan semua yang aku lihat. Oke?” ucap Rianti mencoba menenangkan Khairana dan ia pun mencoba untuk tetap terkendali..“Saat aku diberitahu oleh Sunny untuk menggunakan kekuatanku agar masalah ini terpecahkan, aku memegang lengan papamu. Disana aku melihat ia sedang berjalan menuju ruang kantornya setelah sebelumnya kau bilang beliau mampir sebentar untuk memeriksamu kan?” Khairana mengangguk seraya menyusut air matanya yang terus saja menetes tanpa permisi.“Dia melewati setiap lorong perusahaan itu, s
Sebulan sejak kematian Gerald, kini Khairana mencoba untuk beraktifitas seperti biasa lagi tanpa kehadiran seorang ayah disampingnya."Mama yakin gak mau Rara bantu ngurus perusahaan papa? Mama juga kan harus segera balik ke luar negeri""Kamu fokus aja dulu sama sekolah kamu sayang, jangan pikirkan soal bisnis. Mama masih bisa mengatasinya sendirian, kalau kamu sudah lulus nanti kamu bisa ambil alih perusahaan papamu" jawab beliau seraya mengelus pucuk kepala Khairana.Khairana hanya pasrah dan menghela nafas saat mendengar jawaban dari ibunda tercintanya itu, seraya mengambil tas sekolah dia menyalami mamanya dan berpamitan sebelum pergi ke sekolah."Kalau gitu Rara pergi dulu ya ma, assalamu
“Ra! Berhenti! Kendalikan dirimu” Rianti memegang tangan Khairanamembuat sang empu sadar dan menghentikan aksinya pada Aldi seketikaAldi pun terjatuh dan terbatuk-batuk.“Lihat, kristalmu retak Ra. Pasti kristalnya tidak kuat menahan luapankekuatanmu” ucap Rianti seraya mengangkat tangan Khairana agar Khairanabisa melihat dengan jelas.Sontak Khairana terkejut dengan apa yang ia lakukan membuat kristalmiliknya rusak, apa jadinya kalau cenayang Iriana mengetahui kalau kristalKhairana tidak mampu menahan luapan kekuatannya.“Seharusnya kau cepat hubungi kami, punya ponsel kan?” tanya Aldo dengannada agak sedikit menekan karna kesal dengan tindakan Khairana yanggegabah.Aldi dibiarkan begitu saja bahkan oleh Aldo sekalipun, ia sudah bisamenerima kalau yang ada dihadapannya ini adalah arwah j
Kejadian yang menguras tenaga dan emosi itu pu berakhir, begitu juga dengan Khairana yang sudah mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkan adik dari orang yang selama ini dia sukai.Rianti dan yang lainnya membawa jasad Khairana pulang kerumah untuk dikebumikan, ibunda Khairana menangis histeris saat melihat anak satu-satunya terbujur kaku. Rianti tidak bisa berkata apa-apa saat itu, ia hanya bisa terdiam sembari menahan rasa ingin menangis saat melihat ibunya Khairana menangis meraung-raung."Ada apa ini Rianti?! mengapa Khairana bisa sampai seperti ini?! apa yag terjadi?!" tanya ibu Khairana seraya menangis sesenggukkan."Maat tante... Riri gak bisa jaga Khairana dengan baik.. saat itu kami sedang berada di cafe dan mobil kami terparkir jauh dari cafe sehingga kami harus menyebrang jalan untuk sampai disana. Tapi saat kami hendak pulang, sebuah mobil melaju dengan sangat kencang dan menabrak Khairana... pelakunya k
"Itu dia disana!!" Rianti menunjuk kearah Aldi yang sedang melakukan sebuah ritual.Cahaya yang dihasilkannya sangat terang hingga membuat mata mereka silau, Khairana sekilas dapat melihat bagaimana jiwa Aldi yang asli mencoba untuk melawan arwah jahat itu."Kita harus segera menyelamatkan kak Aldi! Berikan semua kristal kalian padaku, cepat!" Titah Khairana dan mereka semua menurut terkecuali Rianti yang ragu untuk memberikan kristalnya pada Khairana.Seakan tau apa yang dipikirkan oleh Rianti, Khairana mencoba untuk meyakinkannya kalau semua akan baik-baik saja."Tenanglah, semua akan baik-baik saja" bisik Khairana dengan lembut membuat Rianti justru merasa sesak karena mungkin ini adalah yang terakhir kalinya ia mendengar suara lembut Khairana.&n
"Sentuh dia, Rianti!" Teriak Khairana dan Rianti langsung menyentuh lengan Aldi.Seketika itu juga Rianti dibawa ke masa lalu dari ingatan Aldi, terlihat suasana masa itu masih terbilang cukup kuno dan Rianti merasa heran kenapa Aldi bisa hidup lebih dulu dari pada Aldo bahkan pada zaman dimana mereka belum dilahirkan."Apa ini, ingatan arwah jahat itu atau ingatan Aldi? Tidak mungkin jika ini ingatan Aldi, dia saudara kembar Aldo dan mungkin kedua orang tuanya belum menikah" ucap Rianti heran lalu ia melihat seseorang yang mirip sekali dengan Aldi tapi lebih tinggi dan terlihat lebih berwibawa.Pria itu tersenyum ramah pada seorang pedagang tua yang menjual beberapa sayuran, sepertinya ia sedang membeli bahan makanan batin Rianti."Te
"Berapa jam lagi sekolah bubar?" Tanya Sunny yang merasa bosan menunggu di mobil berharap bisa langsung beraksi tanpa harus menunggu sekolah bubar."Sebentar lagi, jam 13:45 bell sekolah akan berbunyi dan seluruh siswa akan dipulangkan. Bersabarlah, Sunny" jawab Aldo yang juga merasa tidak sabar ingin segera masuk dan menyelamatkan Khairana."Waktu cepatlah berlalu, aku mohon. Bertahanlah sebentar lagi, Rianti" batin Ethan yang sudah merasa gelisah.Mereka bertiga sama gelisahnya berharap Khairana dan Rianti baik-baik saja sampai mereka datang menyelamatkan keduanya.Sudah pukul 13:40, hanya tinggal beberapa menit lagi bell pulang akan segera berbunyi."Sedikit lagi" gumam Aldo seraya melirik kearah jam tangan yang selalu ia pakai.Setelah menunggu 5 menit akhirnya bell pulang pun berbunyi, mereka
"Bagaimana keadaan di sekolah? Apa ada sesuatu yang mencurigakan darinya?" Tanya Sunny seraya memegang ponselnya di telinga kanannya."Tidak, sejauh ini masih normal" jawab Rianti yang memakai earphone wireless agar tidak selalu memegang ponsel ke telinganya."Baguslah, jika dia keluar beritahu aku" ucap Sunny seraya menutup telponnya sepihak.Khairana dan Rianti tetap mengikuti pembelajaran seperti biasa agar Aldi yang sedang mereka mata-matai tidak curiga dengan tingkah laku mereka begitu juga Aldo yang sudah jelas cuek jadi tidak perlu terlalu khawatir soal tingkahnya.Berjam-jam berlalu, hari ini tidak ada mata pelajaran olahraga di kelas Khairana, hal ini menyulitkan mereka untuk mengawasi Aldi karna salah tindakan saja bisa-bisa Aldi akan curiga."Kita harus berpencar, jangan terlihat mencolok" ucap Khairana yang dibalas anggukan oleh Rianti dan Aldo.&
"Maaf Riri, aku rahasiakan karna tidak ingin kau menangis sebelum aku benar-benar pergi, itu semakin membuatku ragu untuk melakukan semua pengorbanan ini" ucap Khairana seraya tertunduk dan memainkan kuku jarinya."Sudah jelas bukan?! Aku jelas lebih tidak rela lagi jika kau harus diambil oleh arwah jahat itu!" Bentak Rianti dengan suara yang masih sesenggukan karna menangis.Khairana hanya bisa terdiam, jauh didalam hatinya pun ia ragu untuk melakukan semua ini karna jika ia lakukan maka dirinya tidak akan bisa bersama Aldo lagi."Kau sudah menceritakannya ya? Aku mendengar suara Rianti yang berteriak" sahut Iriana seraya berjalan mendekati mereka berdua."Ini gelangmu""Terima kasih mami ana" Khairana senang mendapatkan gelangnya kembali dan dengan segera ia memakainya lagi."Ini me
“Ra! Berhenti! Kendalikan dirimu” Rianti memegang tangan Khairanamembuat sang empu sadar dan menghentikan aksinya pada Aldi seketikaAldi pun terjatuh dan terbatuk-batuk.“Lihat, kristalmu retak Ra. Pasti kristalnya tidak kuat menahan luapankekuatanmu” ucap Rianti seraya mengangkat tangan Khairana agar Khairanabisa melihat dengan jelas.Sontak Khairana terkejut dengan apa yang ia lakukan membuat kristalmiliknya rusak, apa jadinya kalau cenayang Iriana mengetahui kalau kristalKhairana tidak mampu menahan luapan kekuatannya.“Seharusnya kau cepat hubungi kami, punya ponsel kan?” tanya Aldo dengannada agak sedikit menekan karna kesal dengan tindakan Khairana yanggegabah.Aldi dibiarkan begitu saja bahkan oleh Aldo sekalipun, ia sudah bisamenerima kalau yang ada dihadapannya ini adalah arwah j
Sebulan sejak kematian Gerald, kini Khairana mencoba untuk beraktifitas seperti biasa lagi tanpa kehadiran seorang ayah disampingnya."Mama yakin gak mau Rara bantu ngurus perusahaan papa? Mama juga kan harus segera balik ke luar negeri""Kamu fokus aja dulu sama sekolah kamu sayang, jangan pikirkan soal bisnis. Mama masih bisa mengatasinya sendirian, kalau kamu sudah lulus nanti kamu bisa ambil alih perusahaan papamu" jawab beliau seraya mengelus pucuk kepala Khairana.Khairana hanya pasrah dan menghela nafas saat mendengar jawaban dari ibunda tercintanya itu, seraya mengambil tas sekolah dia menyalami mamanya dan berpamitan sebelum pergi ke sekolah."Kalau gitu Rara pergi dulu ya ma, assalamu
“Kau yakin melihat siapa pelaku pembunuhan papaku, Riri?!” tanya Khairana dengan tatapan berharap kalau Rianti bisa memberitahu gambaran tentang orang yang sudah membunuh papanya.Rianti tidak tega melihat tatapan Khairana yang saat ini tengah dilanda sebuah ujian yang benar-benar tidak bisa ia bayangkan sama sekali.“Tenang dulu Ra, aku akan ceritakan semua yang aku lihat. Oke?” ucap Rianti mencoba menenangkan Khairana dan ia pun mencoba untuk tetap terkendali..“Saat aku diberitahu oleh Sunny untuk menggunakan kekuatanku agar masalah ini terpecahkan, aku memegang lengan papamu. Disana aku melihat ia sedang berjalan menuju ruang kantornya setelah sebelumnya kau bilang beliau mampir sebentar untuk memeriksamu kan?” Khairana mengangguk seraya menyusut air matanya yang terus saja menetes tanpa permisi.“Dia melewati setiap lorong perusahaan itu, s