Seseorang memaksa membuka pintu, kemudian lebih dari seratus orang masuk kedalamnya. Julio Perez segera berlari bersama orang-orangnya dan berteriak, “Hei! Hei! Beraninya kau!” Kace Jones muncul dari kerumunan dan memandang tubuh Julio yang setinggi enam kaki dengan tongkat besi di tangannya. Kace kemudian berkata, "Aku ingin bertemu dengan ayahmu, sobat." "Tuan ... Tuan Jones!" Seketika Julio langsung merasakan kedua kakinya melemah saat dia melihat sosok Kace. Bagaimanapun juga, dia adalah orang nomor satu di Strego City! Leon Perez, yang baru saja akan melarikan diri, seketika keluar dari tempat persembunyiannya. Dia tidak punya pilihan. "Kakak Jones, mengapa kau datang dengan membawa begitu banyak orang?" Kace memandang Leon, sambil menyipitkan matanya, "Aku ingin tahu mengapa kau mengumpulkan begitu banyak orang bersenjata di sini, Leon?" “Oh, ayolah, Kakak Jones, apakah kau lupa apa yang baru saja kau katakan? Kau ingin kami membantu mencari Snow Fenner. Kami baru
Saat petarung lain menyaksikan kejadian itu, satu per satu dari mereka mulai mengikuti. Dalam sekejap mata para petarung dari keluarga Perez berhamburan melarikan diri. Pada saat ini, Leon Perez benar-benar dalam keadaan bingung. Tyr tidak punya waktu untuk tinggal lebih lama lagi. Tanpa ampun dan dengan sikap yang dingin dia memerintahkan, "Kace, aku ingin keluarga Perez menghilang dari Strego City malam ini juga." Setelah mengeluarkan perintahnya, Tyr tidak lagi melihat ke belakang dan bergegas meninggalkan keluarga Perez. Dia segera beranjak menuju Heart Lake. Teriakan putus asa Leon bisa terdengar dari belakang. "Tyr, jika kau berani menyentuh keluarga Perez, Pendragon tidak akan pernah melepaskanmu. Tunggu saja kematianmu." "Pendragon?" Tyr menghela napasnya dan bergumam, "Dia tidak akan hidup malam ini." Setelah lokasi Snow Fenner ditemukan, Tyr segera bergegas menuju Gedung Heart Lake. Pada saat yang sama, Kace juga memerintahkan anak buahnya yang berada di dekat
Dalam waktu sekitar dua hingga tiga detik, tujuh hingga delapan dari sekumpulan pendekar itu dapat dikalahkan oleh Smaug. Sisanya begitu ketakutan saat mereka menyaksikan aksi Smaug yang mengerikan. Mereka tidak peduli dengan tujuan utama mereka yaitu menyelamatkan Snow. Mereka lari karena malu. Smaug kemudian menjauhkan belatinya dan mulai membersihkan semua mayat. Dia menyeret mayat satu per satu keluar dari ruangan, menodai lantai di bawah mereka hingga dipenuhi warna kemerahan. Snow kembali jatuh pingsan saat menyaksikan adegan ini. Bau amis darah membuatnya merasa mual. Smaug menggunakan sekitar satu menit untuk menyeret semua mayat keluar dari ruangan. Kemudian dia kembali lagi, bersiap untuk kembali menuangkan anggur. “Kau tidak perlu berada di sini lagi. Tetaplah di luar dan berjaga-jaga.” "Baik!" Smaug berdiri di luar pintu. Hanya ada Pendragon dan Snow yang tersisa didalam ruangan itu. "Nona Snow, sepertinya hanya ada kita berdua yang tersisa di ruangan ini. A
"Apa lagi?" Tyr mengangkat teleponnya dan menjawab dengan mengantuk. Suara Kace yang panik terdengar melalui ujung telepon. “Tuan, tinggalkan hotelmu sekarang juga. Cepat!" "Ada apa?" Tyr mengerutkan keningnya. Dia langsung berada dalam sikap yang siaga. "Apa yang terjadi?" “Kemarin, Pendragon… adalah… adalah…” Kace jarang sekali bersikap panik seperti ini hingga ucapannya terbata-bata. "Siapa dia?" "Dia adalah…" Tyr berjalan menuju jendela raksasa di samping tempat tidur dan membuka tirai saat dia sedang berbicara dengan Kace di telepon. Pada saat itu langit mulai berkabut. Gerimis dan lampu jalan tampak berkilauan. Jalan ini biasanya akan dipenuhi oleh petugas kebersihan dan pemilik toko pasar yang bersiap membuka toko mereka. Jarang ada orang lain yang muncul saat ini. Namun, pemandangan yang disaksikan Tyr pada saat itu, telah membuatnya bergidik. Orang-orang itu… Lautan manusia. Jalan-jalan telah dipenuhi dengan lautan manusia. Ada lebih dari seribu orang.
Tetua memiliki otoritas yang mirip dengan pemilik ‘Enam Pintu’. Keberadaan sesepuh itu praktis dilakukan untuk menjaga pemiliknya agar tetap terkendali. Tetua yang dimaksud Julio tidak diragukan lagi adalah makhluk yang paling kuat. Keberadaannya dapat dianggap sebagai tangan kedua dari Enam Pintu. Tidak heran jika Pendragon begitu berani. Dia bahkan tidak terganggu oleh keluarga paling terkemuka di utara maupun keluarga kerajaan. Dia bisa bertindak gila karena ‘Enam Pintu’ dapat mengendalikan Celestial Empire. Namun, markas ‘Enam Pintu’ tidak berada di Strego City. Pendragon juga seharusnya tidak berada di Strego City, jadi mengapa dia melakukan perjalanan hingga beberapa ribu meter jauhnya untuk datang ke Strego City dan membuat masalah semacam ini? Tyr tidak percaya. Dia merasa bahwa ada yang aneh tentang semua ini. “Pendragon itu mencoba memperkosa seorang wanita. Mengapa ‘Enam Pintu’ tidak menyelidiki perilakunya tetapi malah mendatangiku?” Julio menjawab, “Ini diangga
Setelah Carson berkata seperti itu, Kace langsung mempercayainya. Kemudian dia mengikuti perintah Carson untuk menjaga keluarga Tyr selama mereka tinggal di Strego City hingga Tyr selesai menangani situasi yang terjadi dan kembali untuk membawa mereka pulang. Pada saat itu, Tyr telah meninggalkan Strego City dengan Naga Hijau. Mereka naik pesawat dan pergi ke kota lain. Dalam perjalanan ke sana, Tyr dan Naga Hijau tidak banyak berbicara. Semuanya sudah terjadi, Tyr sudah bisa menebak sebagian besar dari apa yang akan terjadi. Semua orang tahu mengapa Tyr harus pergi ke markas ‘Enam Pintu’. Tyr bukan manusia bodoh. Dia tidak percaya bahwa semua ini hanyalah sebuah kebetulan. Suatu kebetulan dimana seorang anak sulung menempuh jarak jauh ke Strego City hanya untuk mencari wanita sebagai teman kencannya. Kebetulan dia memilih teman Tyr dan dibunuh oleh Tyr. Kemudian, ‘Enam Pintu’ berhasil mengatur lebih dari seribu orang untuk pergi ke hotel tempat dia menginap dan menangkapnya.
Tepat ketika keduanya memasuki gedung, segerombolan pria bergegas menghampiri mereka dengan agresif. Seorang pria dengan aura penguasa dan bertubuh gagah terlihat memimpin kawanan tersebut. Usianya sekitar enam puluhan. Matanya setajam elang dan alisnya terangkat tinggi di dahinya. Dia tengah mengantisipasi sebuah martabat dan kekuasaan. Sudah jelas sejak awal dirinya tampak menyerupai seorang tokoh pahlawan dalam sebuah komik silat. Itu telah terlihat baik dari fisik maupun rupanya. "Tangkap dia," raungnya saat dua orang pria mulai mengepung Tyr Summers. "Berhenti. Apa yang sedang kau lakukan?" Naga Hijau mengerutkan alisnya. Dia mengeluarkan geraman sengit dan segera menghentikan kelompok itu. Kemudian dia melihat Tetua, membungkuk, dan menyatakan, "Penjaga Gerbang Selatan Enam Pintu di sini untuk menyambut Tetua." Ternyata pria ini adalah Tetua ‘Enam Pintu’ yang bernama Andusk Dragoon. Tidak heran jika kehadirannya begitu mendominasi. Andusk Dragoon mendengus. Dia meng
Di sana, di sofa bergaya Eropa, duduk seorang laki-laki yang dengan santai menyesap secangkir kopi di tangannya. Ada televisi yang sedang menyiarkan berita di depan sofa. Saat dia mendengar Tyr Summers masuk, kemudian dia meletakkan cangkir di tangannya dan berdiri. Dia berbalik dan melemparkan senyum yang sudah lama tertunda ke arah Tyr. “Inilah saatnya. Sudah kubilang kita akan bertemu lagi.” Tyr sudah lama menebak identitas pria ini. Dia tidak terlalu terkejut ketika melihatnya. "Harimau Suci." “Haha, kaulah yang mengirimku kesini sebulan yang lalu. Dan, sekarang kau berada di posisi yang sama sepertiku sebulan kemudian.” Nada suara Harimau Suci membawa sebuah petunjuk skenario. Tapi semua itu hanya sebatas olok-olok belaka. Dibandingkan dengan sebulan yang lalu, Harimau Suci hari ini telah lama kehilangan aura agresif yang dia miliki di masa lalu. Sekarang ekspresi dan tingkah lakunya tampak lebih halus. Saat ini dia tidak lagi bersikap seperti orang Jepang yang s