#Tujuh Puluh Tujuh#
Bunyi bel membuat Reyka bangkit dari duduk. Reyka berpikir, Bianca sudah pulang dari membeli makanan.
Bianca sangat khawatir saat Reyka menghubunginya sambil menangis. Reyka berkali-kali mengatakan jika dirinya lebih baik mati. Walau Reyka tak bercerita apa pun, Bianca meyakini sesuatu terjadi pada sahabatnya itu. Maka tanpa pikir panjang Bianca mendatangi Reyka. Beruntung, Bianca sudah memiliki visa karena berencana berlibur ke Korea pada musim semi.
Bianca menguatkan dan berpesan agar Reyka tak melakukan hal bodoh seperti yang diucapkannya. Begitu sampai di Korea, mereka menginap di hotel. Sebagai sahabat sekaligus seorang psikolog, Bianca mencoba mengorek masalah yang menimpa Reyka.
Dengan tangis yang tak terbendung, Reyka menceritakan jika dia telah kehilangan kehormatannya. Meski terkejut, Bianca sebisa mungkin memberikan dukungan moril pada Reyka.
“Ya, sebentar,” sahut Reyka saat suara bel kembali
#Tujuh Puluh Delapan# Sudah sepuluh hari Bianca berada di Korea. Walau Reyka adalah sahabatnya, Bianca tidak bisa lebih lama mendampingi Reyka karena banyak pekerjaan yang dia tinggalkan di Indonesia. Dengan berat hati Bianca memutuskan untuk kembali ke Indonesia sore ini. Reyka memaklumi. Dia berterima kasih kepada Bianca yang sudah menemani dan memberinya semangat untuk terus menjalani hidup. Reyka sadar, dia tidak bisa membiarkan hidupnya terus dalam keadaan kacau. Trauma dalam diri Reyka belum sepenuhnya hilang tetapi Reyka mulai menerima kenyataan. Bianca mengusulkan agar Reyka mencari lingkungan baru yang bisa mempercepat penyembuhannya. Reyka memerlukan teman untuk mencurahkan perasaan juga teman yang akan memberinya motivasi. Reyka menjatuhkan pilihan untuk mencari hotel yang dekat dengan masjid Seoul. Reyka menyadari, setelah kejadian buruk itu, dia semakin jauh dari Tuhannya. Reyka pun menginstropeksi diri, apa yang menimpa itu karena kelalaiannya
#Tujuh Puluh Sembilan# Reyka bersyukur, di saat dirinya melalui masa sulit, Allah masih mengirimkan orang-orang yang bisa meneguhkannya untuk tetap menjalani kehidupan. Bianca setiap hari menghubungi Reyka melalui sambungan udara. Memastikan jika kondisi Reyka semakin baik. Pun dengan Aisyah, dia selalu meminta Reyka datang ke rumahnya untuk berbincang. Nasehat dan pesan yang diberikan oleh Aisyah menjadi pegangan kuat untuknya dalam mengambil keputusan. Tiga minggu sejak kejadian malam itu, Reyka meneguhkan pilihan. Dia akan meninggalkan Tone dan perusahaan karena tak ingin lagi bersinggungan dengan mereka. Reyka menggunakan telepon hotel untuk menghubungi Kanglim. “Reyka-ya! Bagaimana kabarmu? Bagaimana liburanmu? Tone mengatakan kau berlibur ke Eropa. Mengapa tak menghubungiku sebelumnya?” Kanglim memberondong Reyka dengan pertanyaan saat sambungan telepon telah terhubung. Dia berpura-pura tak mengetahui kejadian sebenarnya. “Aku baik-baik
#Delapan Puluh# Pikiran Reyka buntu, hatinya tak bisa memberikan kecondongan terhadap jalan keluar dari masalah yang menimpa. Tidak ada orang yang bisa dia mintai pendapat. Bercerita pada Bianca dan Aisyah jika dia tak lagi suci sudah membuat Reyka malu, apalagi menceritakan jika dia kini tengah mengandung. Reyka memesan taksi dan tanpa sadar meminta supir mengantarkannya ke apartemen. Reyka sendiri terkejut saat berdiri di depan gedung apartemen. Sudah kepalang basah, Reyka memberanikan diri untuk pulang. Reyka berkali-kali memasukkan sandi tetapi pintu apartemen belum juga terbuka. Reyka kesal. Pasti ada yang merubahnya. Persediaan uang yang diberikan Bianca sebagai bagi hasil sudah menipis. Dia setidaknya harus mengambil dompet, ponsel, dokumen penting dan laptopnya jika ingin pergi meninggalkan Korea. “Reyka?!” Jiyoon yang baru tiba langsung melihat Reyka. Reyka berjingkat kaget karena Jiyoon berada tak jauh darinya. Tak lama, keenam anggota To
#Delapan Puluh Satu# “Hyung, cepat bawa Nunim ke kamar!” Yongjin tak kalah panik. Seokyung dengan sigap membopong tubuh Reyka. Jongsuk dan Yongjin berlari mendahului Seokyung untuk menyiapkan tempat tidur dan menata bantal untuk berbaring Reyka. Min Joon dan Hyunwoo menyiapkan makanan untuk diberikan pada Reyka jika sadar nanti sedangkan Jiyoon dan Chin Hwa mencari kotak obat untuk mencari minyak agar Reyka segera sadarkan diri. Chin Hwa menyodorkan minyak pada Seokyung agar mendekatkannya pada hidung Reyka. Jiyoon pun menyuruh Seokyung untuk mengoleskan beberapa bagian tubuh Reyka dengan minyak tersebut agar tubuhnya terasa hangat. Seokyung ragu untuk melakukannya. Reyka tak pernah suka bila ada lelaki yang menyentuhnya tetapi kini Seokyung harus mengoleskan minyak pada telapak kaki, punggung serta dadanya. Bagaimana jika Reyka sadar dan memarahinya? “Seokyung! Apa yang kau pikirkan, cepat oleskan!” perintah Jiyoon. “Dia akan marah jika sadar
#Delapan Puluh Dua# Rasa perih di perut membuat Reyka terbangun. Kepalanya masih sedikit pusing. Reyka perlahan membuka mata. Dirinya terkaget saat mendapati Seokyung tidur meringkuk di sampingnya. Reyka segera menarik tangan yang saling menggenggam dengan jemari Seokyung. Reyka mengenakan kerudung lalu perlahan menurunkan kakinya di lantai. Melihat selimut yang terbiar di sofa, Reyka mengambilnya. Dia menyelimuti Seokyung yang masih tertidur dengan pulas. Udara dingin masih terasa walau ruangan sudah di pasang penghangat ruangan. Reyka sadar. Seokyung pun pasti mengalami tekanan batin dan bimbang dengan langkah yang harus diambil. Reyka tak bisa memaafkan Seokyung dengan mudah. Dia benci tetapi masih saja peduli pada Seokyung. Reyka mengalah. Dia membawa selimut dan dengan langkah perlahan menuju ruang tengah di mana terdapat sofa panjang yang empuk untuk tidur. Saat ini, melihat wajah Seokyung masih membuatnya marah, jijik dan sakit sekaligus dalam satu wa
#Delapan Puluh Tiga# Kedatangan Tone ke kantor selalu saja menjadi pusat perhatian. Banyak pasang mata yang mencuri pandang atau secara terang-terangan menatap hingga mereka masuk ke ruang latihan. Namun kali ini, kedatangan Tone tidak langsung menuju ruang latihan, melainkan menuju ruangan Kanglim. Raut wajah ketujuh anggota Tone dan Reyka terlihat serius membuat staf mengira ada proyek baru. Jiyoon membuka pintu setelah mengetuknya terlebih dahulu. Satu per satu personel Tone masuk dan Reyka masuk terakhir. Ternyata Ara sudah ada di dalam ruangan bersama dengan Kanglim. Semalam, Kanglim sudah menceritakan apa yang menimpa Reyka pada Ara. Ara bersikukuh ingin bertemu dengan Reyka karena rindu dan juga berempati dengan keadaan yang menimpa Reyka. “Rey!!” Tanpa berbasa-basi Ara langsung memeluk Reyka. Reyka membalas pelukan Ara. Menikmati pelukan Ara sebagaimana dia menikmati pelukan seorang ibu. Kini personel Tone paham, mengapa Ara mengenal dekat Reyka.
#Delapan Puluh Empat#Hari sudah gelap ketika bel pintu rumah Hyun Ki berbunyi. Dengan langkah santai Kim Sun Hee membukakan pintu.“Seokyung?!” tanya Sun Hee tak percaya jika anak tunggalnya pulang. “Mengapa tak mengabari jika kau akan pulang, Nak?”“Ada hal mendesak yang ingin aku bicarakan dengan Eomeoni dan Abeoji,” jawab Seokyung.“Ah, Seokyung, kau pulang juga, Nak,” seru Hyun Ki yang mengekor Sun Hee lalu memeluk Seokyung.“Baru saja Eomma membicarakanmu. Eomma rindu. Bahkan Eomma sampai memasak makanan favoritmu. Kau pintar sekali, datang di saat waktu malam malam,” ujar Sun Hee dengan bahagia.Hyun Ki merangkul pundak anak kebanggaannya. Dia membawa masuk Seokyung untuk makan bersama. Orang tua Seokyung menceritakan banyak hal dengan riang saat makan malam. Senyum yang terukir di wajah Seokyung berbanding terbalik dengan hatinya.Nyali Seokyung menciut. Binar bahagia yang terpancar dari wajah Sun Hee dan Hyun Ki membuat Seokyung tak tega men
#Delapan Puluh Lima# Langit masih gelap, udara pagi terasa menusuk tulang. Walau sudah melewati puncak musim dingin, tak membuat udara menghangat seperti musim semi. Sebelum pukul enam pagi, Seokyung dan Reyka sudah dalam perjalanan menuju bandara Gimpo untuk terbang ke Busan. Selama perjalanan menuju bandara, Reyka tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ucapan dari Seokyung hanya ditanggapi dengan anggukan atau malah dibiarkan tanpa jawaban. Melihat Reyka seperti itu, rasa kesal dan sesal terasa menyesakkan dada Seokyung. Pesawat lepas landas pada pukul tujuh pagi dan tiba di Busan satu jam kemudian. Seokyung memutuskan menggunakan pesawat untuk sampai di kota kelahirannya karena lebih cepat dibandingkan menempuh perjalanan darat. Seokyung pun memilih penerbangan pertama. Dia harus berhati-hati agar tidak menarik perhatian publik terlebih media. Ayah dan Ibu Seokyung menjemput mereka di bandara. Saat Seokyung melihat keberadaan kedua orang tuanya, Seokyung merangkul pundak Reyka dan
#Seratus Tujuh# Tepuk tangan meriah memenuhi aula. Kanglim baru saja menggunting pita sebagai simbol peresmian gedung baru yang akan digunakan oleh agensi SK Entertainment. Seluruh staf dan artis berbaur menjadi satu dalam pesta yang diselenggarakan. “Hyung, bisakah kau melepaskan tanganmu dari Nunim. Aku sungguh iri melihatnya!” protes Yongjin. Chinhwa dan Jiyoon terbahak mendengar komplain yang diajukan Yongjin. Mereka membentuk lingkaran kecil dalam pesta setelah sekian lama tidak berkumpul bersama. “Aku sengaja melakukannya. Agar semua orang tahu jika Reyka adalah milikku dan aku adalah miliknya,” sahut Seokyung asal. Reyka memukul pelan bahu Seokyung, merasa alasannya terlalu berlebihan. “Apa kau takut Joon Hyung meliriknya?” ceplos Yongjin yang masih belum berubah. Chinhwa seketika menutup mulut Yongjin, khawatir ucapannya menimbulkan prahara. Benar saja, Min Joon menoleh. Yongjin menyeringai melihat tatapan Min Joon yang lebih menakutkan setelah menjalani wajib militer. “
#Seratus Enam# Reyka mengangguk sambil tersenyum ramah membalas staf agensi yang membungkuk memberikan hormat ketika berpapasan dengannya. Setelah si kembar berusia satu tahun, Reyka aktif kembali bekerja di agensi. Kanglim memberikan Reyka kedudukan sebagai wakil ketua departemen yang membawahi artis dan manajer agensi SK Entertainment. Kemarin, Kanglim mengajak Reyka dan beberapa staf untuk mengunjungi gedung yang akan ditempati sebagai gedung baru agensi. Bergabungnya Angela, eksistensi Sirius yang mulai menapaki kesuksesan serta pengembangan bakat yang dilakukan oleh setiap anggota Tone membuat pendapatan yang diperoleh agensi berlipat-lipat. Gedung baru diperkirakan akan siap dua bulan mendatang karena masih dalam proses penyelesaian pembangunan. Kanglim berencana akan mengadakan pesta kecil bagi seluruh staf manajemen dan artis saat peresmian penempatan gedung baru. Kanglim telah menentukan tanggal peresmian. Dia ingin Min Joon dan Seokyung turut menghadiri peresmian tersebut
#Seratus Lima# Kehebohan mewarnai rumah baru Seokyung dan Reyka. Para kakek dan nenek begitu antusias mengasuh cucu-cucunya yang belum genap berusia satu bulan. Orang tua, keluarga paman dan mertua Reyka baru bisa berkumpul dua hari lalu pasca Reyka melahirkan. Kedatangan Irawan dan keluarga ke Korea tertunda karena Irawan membawa serta Bi Siti dan keponakannya. Beberapa dokumen harus diselesaikan agar keduanya legal masuk ke Korea. Mereka diminta Irawan untuk mengurus pekerjaan rumah tangga dan membantu Reyka dalam mengasuh si kembar. “Ayo, Mas, coba gendong cucunya. Masa, udah dua hari di sini tapi belum gendong cucu,” ledek Rudi pada Irawan. Irawan menyeringai. Bukan tak mau, Irawan sangat ingin melakukannya tetapi dia takut salah dalam menggendong sebab tak pernah memegang bayi sebelumnya. Dinda pun merasakan hal yang sama. Keinginan kalah oleh kekhawatiran akan terjadi sesuatu jika salah memposisikan bayi. “Ayah duduk sini!” Reyka menarik Irawan untuk duduk di sofa lalu memb
#Seratus Empat#Dokter memperbolehkan Reyka untuk pulang karena kondisinya sudah stabil. Namun, tidak dengan kedua anaknya. Si kembar masih perlu menjalani masa perawatan antara satu atau dua minggu lagi agar organ tubuhnya benar-benar siap untuk menghirup udara bebas.Reyka masuk ke ruang bayi untuk menjenguk kedua buah hatinya. Mereka tidur dengan nyaman. Ketenangan dan kebahagiaan mengaliri relung jiwa saat menatapnya. Seokyung mengusap pelan punggung Reyka saat melihat netra istrinya berkaca-kaca.“Kita doakan agar mereka bisa segera berkumpul dengan kita. Aku yakin, mereka anak yang kuat seperti Mama-nya,” ucap Seokyung.Seokyung dan Reyka telah sepakat agar kedua anak mereka memanggilnya dengan Mama dan Papa. Panggilan itu biasa didengar di Indonesia dan pengucapannya hampir sama dengan panggilan kepada kedua orang tua dalam bahasa Korea.“Ayo, kita pulang!” ajak Seokyung setelah hampir lima belas menit mereka menjenguk si kembar. Seokyung tak ingin Reyka terlarut dalam perasaan
#Seratus Tiga#Dengan dukungan penuh dari kedua orang tuanya, Seokyung pergi ke kantor agensi untuk menyelesaikan urusan yang dia pantik semalam. Reyka sempat siuman tetapi merasa bingung kemudian kembali tertidur. Efek obat bius belum sepenuhnya hilang dari tubuhnya.Da Yool dan beberapa orang pengawal menjemput dan mendampingi hingga Seokyung masuk ke dalam gedung. Seokyung melihat, banyak orang yang berdiri di depan gedung agensi. Kilat kamera silih berganti mengambil potret dirinya. Teriakan yang memanggil namanya disertai kalimat yang tak terdengar jelas karena terlalu banyak suara bersahutan.Kanglim dan para petinggi agensi sudah berkumpul. Seokyung masuk ke dalam ruang direksi untuk memberikan penjelasan terhadap perbuatan yang telah dilakukannya. Senyum manis Reyka dan tangis kedua bayi yang terekam dalam ingatan Seokyung menjadi energi bagi jiwanya untuk tetap tenang melalui semua.Pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan oleh Kang
#Seratus Dua# Seokyung berada dalam ruang operasi dengan perasaan tegang. Bunyi peralatan medis yang berada di belakangnya terasa begitu nyaring. Seokyung menggenggam erat jemari Reyka yang tak sadarkan diri karena bius total yang diberikan oleh dokter. Tim medis sedang menjalankan tugas. Seokyung merapalkan doa dalam hati agar istri dan anak-anaknya diberi keselamatan. Dia tak menyangka, seberat ini perjuangan seorang perempuan dalam melahirkan. Rasa cinta pada ibu dan istrinya pun semakin bertambah-tambah. Tangis lantang bayi memecah kesunyian ruang operasi. “Selamat, Seokyung-ssi, bayi anda telah lahir,” ujar salah seorang dokter. Seorang perawat membawa bayi tersebut untuk diperiksa. Berselang lima menit, tangis bayi kedua tak kalah lantang dari bayi pertama. “Seokyung-ssi, kurasa mereka akan menjadi penyanyi seperti Appa nya setelah dewasa,” canda dokter kandungan Reyka agar Seokyung tak terlalu tegang.Seokyung tersenyum sambil menghapus
#Seratus Satu# “Anae, bangun! Matahari sebentar lagi terbit, kau belum salat,” ujar Seokyung lembut membangunkan Reyka. Dengan berat, Reyka membuka mata. Dia baru tidur beberapa jam. Usia kandungan yang telah memasuki trimester ketiga membuatnya tak nyaman. Akhir-akhir ini Reyka sering kegerahan walau AC sudah dinyalakan. Reyka bahkan sempat berpikir untuk memotong pendek rambutnya tetapi Seokyung melarangnya. Belum lagi aktivitas dua janin yang begitu aktif dalam perut. Gerakan mereka membuat Reyka terjaga sepanjang malam sehingga tidur malamnya berkurang. “Mari, kubantu bangun.” Seokyung sudah berdiri di samping ranjang sambil memegangi kedua tangan Reyka. Terkadang Seokyung gemas tetapi tak jarang merasa kasihan dengan kondisi fisik Reyka. Seokyung membayangkan bagaimana sulitnya membawa kedua bayi yang terus tumbuh dalam perut. Selain bertambah berat dari waktu ke waktu, ukuran mereka juga terus membesar. Kini Reyka kesulitan untuk duduk tegak
#Seratus# Kehidupan rumah tangga Reyka dan Seokyung berjalan dengan harmonis selayaknya suami istri ketika berada di apartemen. Namun mereka bersikap seperti teman ketika bertemu di luar. Sangat aneh tetapi ini adalah konsekuensi yang harus diterima keduanya berdasarkan kesepakatan mereka dengan agensi. Reyka menarik kepala yang berada di atas lengan Seokyung. Ini adalah kali kesekian Reyka mendapati bangun tidur dalam posisi seperti itu. Diliriknya jam dinding, masih ada waktu setengah jam untuk menunaikan salat subuh sebelum matahari terbit. Reyka menatap Seokyung yang masih terpejam dengan posisi miring menghadapnya. Reyka memperhatikan dengan saksama laki-laki tampan di depannya. Tampak tenang dan damai. Wajahnya bersih dengan alis tebal yang hampir bertaut. Juga hidung mancung dan bibir tipis yang akhir-akhir ini sering membuatnya terbuai. Sebulan belakangan, Reyka mencoba jujur dengan dirinya sendiri. Di antara semua anggota Tone, Reyka memang menaruh
#Sembilan Puluh Sembilan# Sesampainya di apartemen, Seokyung langsung menuju dapur untuk minum. Berharap air bisa meredakan panas dalam kepala dan dadanya. “Seokyung-ah, aku minta waktu padamu. Setidaknya biarkan sampai anak ini lahir jika kita akan bercerai,” ujar Reyka ketika Seokyung masih meneguk air dalam gelas. Seokyung dengan kasar meletakkan gelas di atas meja hingga pecah. Pecahan kaca menggores telapak tangan. Darah merembes di permukaan kulitnya. Reyka yang tersentak sedikit panik melihat Seokyung terluka. “Ternyata perkataan yang pernah kau ucapkan di depan Umar-Nim bukan candaan. Kau memang berniat untuk bercerai dariku setelah melahirkan. Apa kau ingin kembali pada Min Joon? Oya, aku lupa, kisah kalian masih belum selesai. Apa kalian akan melanjutkannya?” selidik Seokyung dengan nada mengejek.“Seokyung!” bentak Reyka. “Apa rasa cinta yang kutunjukkan padamu belum cukup dibandingkan dengan cintanya?!” tanya Seokyung kesal.“Aku dan Min Joo