Bi Harum terkejut sekaligus khawatir melihat Hans dan Diandra duduk bersama menikmati sarapan masing-masing, sebab baru pertama kali pemandangan ini disaksikannya sejak sepasang majikannya tersebut menikah. Selama berada di rumah ini, ia hampir tidak pernah melihat Hans dan Diandra bertengkar secara langsung. Berbeda seperti yang pernah dilihatnya langsung beberapa kali di kediaman Narathama. Bi Harum takut jika harus melihat kemarahan pasangan suami istri tersebut, terlebih tidak adanya Allona yang menjadi penengah.
“Apakah jenis kelaminnya sudah diketahui?” Hans memecah keheningan di sela-sela kegiatannya menikmati nasi goreng seafood kesukaannya.
Diandra menghentikan kegiatannya mengunyah dan beralih menatap Hans intens. “Kenapa sejak kemarin kamu terus saja menanyakan tentang anakku? Dulu, jangankan menanyakannya, keberadaannya pun biasanya tidak pernah kamu pedulikan,” ucapnya sarkastis. &ldquo
Hans menepuk keningnya setelah menyadari dokumen pentingnya tertinggal di meja kerjanya, di rumah. Ia tidak mungkin menyuruh Damar untuk mengambilnya ke rumah, karena asistennya tersebut tengah mewakilinya menghadiri beberapa rapat. Ia sendiri juga tidak bisa meninggalkan pekerjaannya yang masih menumpuk di atas meja kerjanya. Ia ingin menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum berangkat ke Jepang besok malam bersama Damar. Dengan berat hati ia harus meminta Bi Harum mengantarkannya ke kantor.“Bi, tolong ke kamarku dan ambil tumpukan map yang ada di atas meja kerjaku,” beri tahu Hans setelah Bi Harum menjawab panggilannya.“Tidak, Bi. Damar sedang sibuk. Tolong Bibi yang mengantarkannya ke sini ya, ” pinta Hans sopan. “Terima kasih, Bi,” sambungnya setelah Bi Harum mengiyakannya.Setelah menaruh ponselnya di atas meja, Hans menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya sambil memejam
Pagi ini Diandra menikmati sarapannya seorang diri, sebab Hans belum bangun dari tidurnya. Ia sudah memberi tahu Bi Harum mengenai kepindahan mereka ke kediaman Narathama selama Hans pergi ke Jepang. Diandra juga mengatakan akan ke kediaman Narathama setelah Hans selesai berkemas, jadi ia minta supaya Bi Harum bersiap-siap terlebih dulu usai menuntaskan pekerjaannya.Ketika Hans baru tiba di ruang makan, Diandra sudah menyelesaikan sarapannya. “Sudah selesai?” tanyanya berbasa-basi.“Sudah,” Diandra menjawab setelah berdiri.“Tunggu,” tahan Hans sehingga Diandra mengurungkan langkah kakinya. “Aku belum menyapanya,” sambungnya.“Pagi, Nak. Bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak? Tidur Papa juga sangat nyenyak,” ucap Hans yang tengah menyejajarkan tubuhnya pada perut Diandra.Untung saja Bi Harum sudah ke kamarnya untuk berkem
Walau sudah seminggu berlalu, hingga kini Deanita masih tidak menyangka jika perbuatan ibunya di masa lalu sangat murahan dan licik. Bahkan, lebih murahan dari tindakan Diandra yang sengaja menghancurkan hubungannya dengan Hans. Ia sudah mengetahui kejadian sebenarnya mengenai pertengkaran yang dimaksud ibunya tersebut saat sarapan dari mulut ayahnya langsung. Apalagi sebelumnya ia sempat menanyakan kepada Bi Asih, yang saat itu berada di rumah sekaligus menjadi saksi pertengkaran orang tuanya.Deanita terenyak dan sangat terpukul, saat akhirnya untuk pertama kali mendengar penuturan ayahnya tentang perbuatan ibunya di masa lalu. Ia merasa sangat malu dan kecewa mempunyai ibu seperti Yuri. Seorang ibu yang rela melakukan perbuatan murahan dan licik hanya untuk memenuhi hasrat keegoisannya. Jika kini ayahnya akan menceraikan ibunya, ia akan mendukungnya.Deanita berdiri di balkon kamarnya sambil mengingat kejadian seminggu lalu yang membuat h
Hans menghela napas lega karena keberadaannya di Jepang yang ia perkirakan sekitar dua minggu menjadi lebih singkat, yaitu sepuluh hari. Setelah pesawat yang mereka tumpangi mendarat dengan selamat di bandara, Hans mengizinkan Damar pulang telebih dulu sambil membawa barang-barangnya, tapi tidak ke kediaman Narathama, melainkan ke apartemennya sendiri. Ia juga meminta agar asistennya tersebut merahasiakan kepulangan mereka dari keluarganya, termasuk Diandra. Ia sudah menghubungi Felix agar segera menjemputnya di bandara, memaksa lebih tepatnya.“Kenapa harus aku yang menjemputmu? Memangnya ke mana Damar atau sopir pribadi keluargamu?” Felix menggerutu setelah Hans memasuki mobilnya dan memasangseatbelt. Ia benar-benar dibuat kesal oleh sahabatnya ini.“Aku menyuruh Damar terlebih dulu pulang dan mengizinkannya beristirahat di apartemennya sendiri. Aku juga merahasiakan kepulanganku dari keluargaku, termasuk para pekerja di
Hans yang baru saja mulai menuruni anak tangga setelah selesai membersihkan diri terkejut mendengar suara benda jatuh sehingga membuatnya berlari. Ia terkejut melihat Diandra berdiri mematung dan ponsel masih menempel di telinganya, sedangkan seorang asisten rumah tangganya tengah memungut pecahan gelas yang ada di sekitar kaki istrinya. Ia bergegas menghampiri Diandra dan menyentuh pelan lengannya, kemudian mengambil ponsel tersebut. Melihat Diandra hanya menoleh dengan mata merah dan tatapan datar, Hans langsung menggendong tubuh istrinya agar asisten rumah tangganya lebih mudah memungut pecahan gelas.“Minumlah dulu.” Hans mengangsurkan segelas air putih yang diberikan Bi Harum. Ia membawa Diandra ke ruang keluarga dan mendudukkannya di sofa.“Hans, antar aku ke rumah sakit,” Diandra mulai bersuara setelah meneguk sedikit air yang diberikan Hans.“Perutmu sakit?” Hans khawatir melihat tangan Diandra mengelus p
Atas bujukan kedua cucunya, akhirnya Bu Weli bersedia tinggal di kediaman Sinatra. Meski kesedihan masih dirasakan Bu Weli dan keluarga Sinatra, tapi mereka tetap berusaha untuk mengikhlaskan kepergian Yuri yang kini sudah sebulan lamanya. Diandra juga sering berkunjung ke kediaman Sinatra untuk menemani neneknya saat ayah dan kakaknya bekerja. Bahkan, Diandra beberapa kali menemani sang nenek mengunjungi makam Yuri.Seperti sekarang, Bu Weli tengah menunggu kedatangan Diandra di kamarnya. Cucunya tersebut mengatakan akan menemaninya makan siang. Ia sudah menyuruh Bi Asih membuat masakan kesukaan Diandra. Meski tetap merasa ada yang kurang di tempat tinggalnya sekarang, tapi Bu Weli selalu berusaha membiasakan diri. Bu weli tersenyum saat Bi Asih memasuki kamarnya dan memberitahukan bahwa Diandra telah datang. Dengan dibantu Bi Asih, Bu Weli menuju pintu kamarnya.“Dee,” sapa Bu Weli saat melihat cucunya tengah duduk di sofa dan
Tanpa disadari oleh Lavenia dan Diandra, Hans kini tengah berdiri di ambang pintu kaca yang menjadi pembatas antara kolam renang dengan ruang keluarga di dalam vila. Setelah tadi membantu Allona membawakan barang belanjaan ke dapur, Hans langsung menuju kolam renang saat mendengar gelak tawa Lavenia. Hans mengamati Diandra dan Lavenia yang tengah asyik berenang.“Kak, ayo gabung,” seru Lavenia saat menyadari keberadaan Hans setelah muncul di permukaan air.Hans mengangguk. “Kalian sudah dari tadi berenang?” Pertanyaannya lebih ditujukan kepada Diandra yang kini melihatnya.“Kurang lebih lima menit,” Diandra menjawab mewakili Lavenia.“Kalian tunggulah, aku mau berganti pakaian dulu,” ucap Hans sebelum menuju kamarnya untuk berganti pakaian.Diandra bersandar pada dinding kolam renang untuk beristirahat sebentar. Diandra berharap saa
Akhirnya penantian Diandra untuk segera bisa melihat buah hatinya hanya tinggal hitungan jam. Kini ia sudah menempati salah satu kamar rumah sakit, karena kontraksi yang dirasakannya semakin intens. Sebenarnya sejak sore perutnya sudah mengalami kontraksi, ia pun langsung menghubungi dokter kandungannya untuk berkonsultasi. Dokter menyarankan agar Diandra tetap tenang. Diandra juga diminta segera mendatangi rumah sakit jika kontraksi yang terjadi semakin sering. Untuk mengalihkan sekaligus menikmati kontraksinya, Diandra mulai menyiapkan keperluannya dan sang bayi yang akan dibawa ke rumah sakit. Beberapa jam setelah makan malam, Diandra merasakan kontraksinya semakin intens dan menguat, sehingga ia pun memutuskan memberi tahu Hans agar segera diantar ke rumah sakit.Setibanya di rumah sakit, Diandra dibawa ke ruang observasi dan diperiksa oleh dokter. Usai diperiksa, dokter mengatakan bahwa ternyata Diandra sudah berada pada pembukaan tujuh. Sontak saja keduany
Kehamilan kedua Diandra kini telah berusia tujuh bulan. Jika sesuai dengan perkiraan dokter, maka dua bulan lagi Diandra akan melahirkan anak keduanya. Diandra merasakan perbedaan yang sangat mencolok antara kehamilannya yang sekarang dengan sewaktu mengandung Hara. Saat mengandung Hara dulu, ia masih bisa leluasa bergerak walau kandungannya sudah tergolong tua. Namun, kini yang terjadi adalah kebalikannya. Selain nafsu makannya yang meningkat drastis, ia pun sekarang tergolong pemalas, termasuk dalam urusan berdandan. Jika saat mengandung Hara dulu Diandra sangat suka menggunakandressbermotif, tapi tidak dengan sekarang. Pada kehamilannya sekarang ia lebih suka dan nyaman menggunakanjumpsuittanpa motif. Warna-warna yang lebih diminatinya kini pun warna netral, terutamanavy.Kehamilan Diandra kini juga membuatnya sungguh berat membuka mata, apalagi beranjak dari ranjang. Bahkan, sekarang ia sangat mudah sekali mengantuk
Setelah permintaan maaf Hans saat Hara demam, hubungan Diandra dengan suaminya tersebut kembali seperti sedia kala. Kini sudah dua bulan Diandra dan Hans mempekerjakan seorangbabysitteruntuk Hara, sejauh ini kinerjanya pun terlihat memuaskan. Walau Hara terlihat nyaman dengan Fitri,babysitter-nya, tapi Diandra dan Hans tetap ikut mengawasi putrinya tersebut. Dengan adanya Fitri, Diandra menjadi sangat terbantu. Contohnya saat mengajak Hara bertemu dengan klien, karena sudah ada Fitri yang akan menemani anaknya tersebut. Namun, hari ini Diandra terpaksa harus membawa Hara ke kantor suaminya karena Fitri tengah pulang kampung, sedangkan dirinya ada pertemuan penting dengan salah satu klien eksklusifCatharina Queen.Setelah usai bertemu dengan klien dan menyelesaikan urusan lainnya, Diandra langsung melajukan mobilnya kembali ke kantor Hans guna menjemput Hara. Ia sangat berharap Hara tidak merecoki Papanya b
Sejauh ini liburan Hans bersama Diandra dan Hara di pulau Lombok berjalan lancar. Hans sangat menikmati setiap kebersamaannya dengan istri dan sang anak. Dari bangun tidur hingga matanya terpejam kembali, ia bersama istri dan anaknya tak pernah berjauhan. Selain itu, Hans juga berhasil membujuk Diandra agar mempekerjakan seorangbabysitteruntuk Hara. Setelah kembali ke Jakarta nanti, ia dan Diandra akan mendatangi yayasan penyalurbabysitteryang terdidik serta terlatih untuk dipekerjakan. Selama enam hari berada di Lombok Hans bersama keluarga kecilnya sudah banyak mengunjungi tempat wisata, tentu saja yang aman untuk Hara. Selesai makan siang nanti ia sudah harus mengajak istri dan anaknya kembali ke Jakarta, mengingat waktu liburan mereka telah usai.Berhubung Hara telah bangun, Hans dan Diandra akan mengajak buah hatinya tersebut berenang sambil menikmatifloating breakfast. Hans memang sengaja mencari vil
Diandra tak pernah mengetahui cerita rumah tangganya akan seperti apa dan bagaimana. Yang ia lakukan hanyalah menjalani sekaligus menikmati setiap kebersamaan dengan suami, anak, dan keluarganya. Dalam hidupnya kini tak ada yang lebih penting dari kebersamaannya dengan suami dan anaknya. Walau mendapat dukungan penuh dari Hans untuk dirinya menjadi wanita karier, tapi ia tetap harus memprioritaskan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu. Kedua tugas tersebut sudah menjadi harga mati dalam hidupnya, terutama tumbuh kembang sang buah hati. Ia tidak ingin keegoisan menghancurkan keharmonisan rumah tangganya, merenggut tawa bahagia sang anak dan suaminya.Diandra terkejut sesaat ketika sepasang tangan tiba-tiba meremas penuh kelembutan kedua pundaknya. Ia menerima kecupan di bibirnya setelah mendongak untuk melihat wajah suami tercintanya di belakang tubuhnya yang sedang berkutat dengansketchbook. Diandra memejamkan mata saat menerima pijatan lembut d
Tidak terasa sudah enam bulan Diandra dan Hans menjadi pasangan suami istri yang sesungguhnya. Walau Hans dan Diandra sepakat menunda memberikan adik kepada Hara, bukan berarti tidak ada agenda percintaan dalam hari-hari mereka menjalani kehidupan sebagai suami istri. Sejak itu pula Hans membuat kamar pribadinya bersama Diandra menjadi kedap suara.Seperti sekarang, cucuran keringat telah membasahi tubuh Diandra dan Hans setelah keduanya berhasil meraih puncak pelepasan bersama, sekaligus menyudahi kegiatan panas mereka dalam menggapai kenikmatan. Lenguhan pelan Diandra terdengar saat Hans memutuskan untuk melepas penyatuan bagian bawah tubuh mereka secara perlahan. Hans menghela napas, kemudian menjatuhkan tubuhnya di samping sang istri. Dengan sisa tenaganya, Hans menarik tubuh Diandra dan membawa ke dalam dekapannya. Tidak lupa ia juga mendaratkan kecupan penuh kelembutan di kening dan bibir sang istri, sebagai ungkapan rasa terima kasihnya atasservice
Berhubung hari ini Hans tidak pergi ke kantor, ia mengambil alih tugas Diandra dalam mengurus Hara. Seusai memandikan dan mendandani Hara, ia menemani sang buah hati bermain sambil menunggu kedatangan istrinya dari membeli kebutuhan rumah tangga bersama Lavenia. Awalnya, ia menawarkan diri ingin mengantar sekaligus menemani Diandra berbelanja, tapi tawarannya tersebut ditolak oleh istrinya dengan alasan Hara tidak ada yang menjaga di rumah. Sebenarnya Hara bisa saja mereka ajak, tapi Hans lebih memilih mengalah dan menuruti keinginan sang istri daripada berdebat hanya karena hal sepele.Meski sudah mendapatkan haknya sebagai seorang suami dari Diandra, Hans tetap memegang teguh komitmennya. Ia tidak akan pernah memaksakan keinginannya kepada sang istri. Buktinya, ia menyetujui saat Diandra mengutarakan niatnya ingin memakai kontrasepsi sebagai upaya dalam menunda kehamilan. Bahkan, ia sendiri yang mengantar sang istri ke rumah sakit dan ikut menemui dokter untuk berkonsultasi
Diandra menatap pantulan tubuhnya yang telah berbalutlingeriejenischemisepada cermin di kamar mandi. Meski pada awalnya sederet keraguan dan pemberontakkan memenuhi benaknya atas hadiah yang akan ia berikan kepada Hans, tapi akhirnya Diandra berani mengambil keputusan setelah memantapkan hatinya. Oleh karena itu, tanpa membuang waktu lagi kemarin ia langsung pergi keoutletkhususlingerie, dan pilihannya jatuh pada pakaian sensual yang kini dikenakannya.Sebelum keluar dari kamar mandi dan beralih menuju dapur, Diandra mengenakannight robe-nya kembali untuk melapisilingerieyang membalut tubuhnya. Sesampainya di dapur, ia mengambilcakeulang tahun yang telah disiapkannya tadi, kemudian menyalakan beberapa lilin di atasnya. Ia melangkahkan kakinya dengan sangat hati-hati menuju ruang kerja sang suami agar api pada lilin tetap menyala.Meliha
Hans segera membuka mata, saat merasakan tempat tidur di sebelahnya kosong. Walau penerangan di kamarnya terbatas, ia tidak memerlukan waktu lama untuk menemukan keberadaan sang istri. Hans mengambil ponsel yang ia letakkan pada nakas di sampingnya untuk melihat jam sebelum menuruni ranjang dan berjalan menuju balkon, tempat istrinya sedang berdiri sambil bersidekap. Tidak lupa ia membawa selimut untuk Diandra.Setelah menggeser pintu dan menyibakkan tirai yang menjadi pemisah antara kamar tidur dengan balkon, Hans langsung menyampirkan selimut pada pundak Diandra. Ia memeluk tubuh sang istri dari belakang supaya lebih hangat. Ia semakin mengeratkan pelukannya ketika tidak mendapat perlawanan atau penolakan dari Diandra.“Kenapa bangun, hm?” Diandra memukul punggung tangan Hans karena bibir suaminya tersebut mulai berulah menggodanya, dengan mengendus dan mengecup berulang kali leher mulusnya.“Karena a
Diandra dan Hans sangat menikmati perannya menjadi orang tua. Keduanya pun kompak dalam pola pengasuhan Hara. Seiring pertumbuhannya, selain menjadi lebih cerewet, kini Hara juga semakin aktif dalam bergerak sehingga membuat Diandra dan Hans meningkatkan pengawasannya terhadap aktivitas sang buah hati.Walau merasa lelah setelah berkutat dengan tumpukan pekerjaannya di kantor, saat berada di rumah Hans akan selalu meluangkan waktunya sebentar untuk berinteraksi bersama Hara. Bahkan, karena saking lelahnya, Hans sering ketiduran ketika tengah menemani anaknya bermain. Alhasil, hal tersebut kadang membuat sang buah hati menjadi kesal sendiri karena merasa terabaikan.Ketika memasuki kamar tidur Hara, Diandra terkejut sekaligus terharu melihat pemandangan di hadapannya. Ia mendapati Hans duduk di lantai dan bersandar pada pinggiran ranjang sambil memeluk Hara di pangkuannya. Suami dan anaknya tersebut juga terlihat sama-sama sudah memejamkan ma