Setelah memastikan mobil yang ditumpangi orang tuanya meninggalkan halaman rumah, Deanita segera mencari Bi Asih dan menyuruhnya mengeluarkan barang-barang milik Diandra dari kamarnya. Tanpa sepengetahuan ibunya dan atas izin Bi Asih, ia menyembunyikan semua barang milik Diandra di kamar asisten rumah tangganya tersebut. Ia sengaja menolak ajakan ibunya yang memintanya ikut berkunjung ke rumah sang nenek.
“Bi, masukkan semuanya ke bagasi mobilku ya,” pinta Deanita kepada Bi Asih.
Bi Asih mengangguk. “Kalau boleh Bibi tahu, barang-barang milik Non Dee akan Nona mau bawa ke mana?” tanyanya penuh keberanian.
Walau Deanita dan Diandra diketahuinya selama ini tidak pernah terlibat perseteruan secara langsung, tapi Bi Asih tetap mewaspadai jika putri sulung keluarga Sinatra mempunyai niat terselubung.
“Mau aku antarkan ke rumah Dee, Bi,” Deanita menjawabnya sambil membaca pesan di ponselnya. “Bibi mencurigaiku?” tebaknya setelah mengalihkan perhatian dari ponselnya
Deanita langsung keluar setelah mobil yang dikendarai Hans terparkir di halaman rumah neneknya. Ia bertanya kepada Pak Bayu yang tengah mengobrol bersama Pak Budi mengenai kedatangan orang tuanya. Ia merasa sedikit lega setelah mengetahui ternyata orang tuanya belum terlalu lama sampai di rumah sang nenek. Pak Bayu juga mengatakan jika tadi orang tuanya mampir ke rumah sakit, untuk menjenguk sahabatnya yang tengah dirawat.Tidak mau membuang waktu, Deanita diikuti Hans dan Lavenia bergegas memasuki rumah sang nenek. Ketiganya mengernyit ketika menyadari ketegangan tengah terjadi di dalam rumah. Mereka tersentak saat mendengar pertanyaan Diandra yang diajukan dengan nada datar.“Lalu siapa orang tua kandungku, Ma?” tanya Diandra. Jarum-jarum tak kasatmata seolah berlomba ingin menusuk dadanya.“Aku bukan ibumu, jadi hentikan panggilan menjijikkan itu!” protes Yuri sambil menatap Diandra penuh peringatan. “Berikan saja panggilan Mama untuk wanita murahan yang telah m
Setelah berulang kali mencoba, Diandra tetap kesulitan memejamkan mata. Sekelebat kejadian yang telah dilaluinya hari ini muncul silih berganti memenuhi benaknya. Dengan hati-hati ia menuruni ranjang agar tidak membangunkan Helena yang sudah terlelap di sampingnya. Meski angin malam kurang bagus untuk kondisinya yang tengah berbadan dua, tapi ia tetap ingin keluar rumah untuk menghirup udara segar. Diandra melapisi piama tidurnya dengan sweater rajut dan menggunakan beanie hat untuk menghalau udara dingin menusuk tubuhnya saat berada di luar rumah.“Mau ke mana?” Hans yang baru keluar dari kamarnya melihat Diandra berjalan menuju pintu utama di rumah sang nenek.Diandra seketika menghentikan langkah kakinya saat tiba-tiba mendengar suara dari belakang tubuhnya. Ia mengetahui pemilik suara yang bertanya padanya tersebut. “Keluar,” jawabnya tanpa menoleh.“Aku antar. Sudah malam.” Hans menghampiri tempat Diandra berdiri. “Jangan besar kepala dulu. Aku hanya tidak mau
Allona mengunjungi rumah yang ditempati Hans dan Diandra, ia sangat mengkhawatirkan keadaan menantunya tersebut. Saat mengetahui Diandra masih terlelap di kamarnya, ia melarang Bi Harum membangunkannya. Sambil menunggu Diandra bangun, Allona membantu Bi Harum membuat hidangan untuk makan malam.“Bi, Hans di kamarnya?” Allona menanyakan keberadaan putranya sambil mencincang daging ayam sebelum digiling.“Tuan belum pulang, Nyonya,” jawab Bi Harum usai menyerut wortel.Setelah mengetahui keberadaan Hans, Allona menyuruh Bi Harum membuat telur dadar, sedangkan ia akan menggiling daging ayam yang sudah selesai dicincang. Ia akan membuat rolade ayam wortel untuk makan malam mereka.***Diandra terlihat lebih segar seusai mandi, meski wajah pucat dan mata sembapnya masih terlihat jelas. Langkah kakinya yang hendak ke dapur memelan saat melihat Allona sedang menata hidangan di atas meja makan. Ia tersenyum tipis ketika Allona menyadari kehadirannya.“Sud
Atas permintaan keras kepala Allona, Hans terpaksa harus menginap di rumah sakit selama sepuluh hari hingga jahitannya dilepas. Bahkan, setelah jahitannya dilepas pun Allona tetap meminta Hans untuk mengontrolnya ke rumah sakit. Allona hanya ingin memastikan luka Hans akibat tusukan tersebut mendapat penanganan yang tepat dari tim medis.Selama sepuluh hari Hans dirawat, sekali pun Diandra tidak pernah menjenguknya di rumah sakit. Allona yang mengetahuinya tidak bisa memberikan komentar. Ia memaklumi keabsenan Diandra, apalagi selama ini perlakuan dan sikap Hans sangat buruk padanya. Untuk meminimalkan rasa khawatirnya saat malam hari, Allona memerintahkan Pak Amin tinggal di rumah Hans bersama Diandra dan Bi Harum. Ia terpaksa melakukannya karena Diandra menolak ketika diminta pindah ke kediaman Narathama selama Hans dirawat.Selama dirawat, Hans mengerjakan semua pekerjaan kantornya di rumah sakit, kecuali memimpin rapat. Ia terpaksa membuat Damar repot karena harus bo
Untuk mengantisipasi pertengkaran yang terjadi antara Hans dengan Diandra, Allona meminta keduanya berangkat menuju tempat acara dari kediaman Narathama. Ia merencanakan berangkat bersama-sama meski menumpangi mobil yang berbeda. Awalnya Hans menolak karena dianggap membuang-buang waktu, tapi Allona tetap bersikeras, sehingga mau tak mau ia pun terpaksa menurutinya.Kini mereka sudah tiba di tempat acara. Mereka sengaja tiba lebih awal karena bertindak sebagai tuan rumah. Berselang beberapa menit, undangan pun mulai berdatangan dan memberikan ucapan selamat kepada Hans serta Allona. Demi kesopanan, Diandra terpaksa memasang senyum palsu dan berdiri di samping Hans ikut berbasa-basi menyapa para undangan yang hadir.Hampir semua undangan memuji penampilan Hans dan Diandra yang terlihat sangat serasi, terlebih keduanya masih tergolong pengantin baru. Long dress hitam bergaya vintage dan berbahan lace terlihat sangat cocok melekat pada tubuh berisi Diandra. Tatanan rambutny
Bi Harum terkejut sekaligus khawatir melihat Hans dan Diandra duduk bersama menikmati sarapan masing-masing, sebab baru pertama kali pemandangan ini disaksikannya sejak sepasang majikannya tersebut menikah. Selama berada di rumah ini, ia hampir tidak pernah melihat Hans dan Diandra bertengkar secara langsung. Berbeda seperti yang pernah dilihatnya langsung beberapa kali di kediaman Narathama. Bi Harum takut jika harus melihat kemarahan pasangan suami istri tersebut, terlebih tidak adanya Allona yang menjadi penengah.“Apakah jenis kelaminnya sudah diketahui?” Hans memecah keheningan di sela-sela kegiatannya menikmati nasi gorengseafoodkesukaannya.Diandra menghentikan kegiatannya mengunyah dan beralih menatap Hans intens. “Kenapa sejak kemarin kamu terus saja menanyakan tentang anakku? Dulu, jangankan menanyakannya, keberadaannya pun biasanya tidak pernah kamu pedulikan,” ucapnya sarkastis. &ldquo
Hans menepuk keningnya setelah menyadari dokumen pentingnya tertinggal di meja kerjanya, di rumah. Ia tidak mungkin menyuruh Damar untuk mengambilnya ke rumah, karena asistennya tersebut tengah mewakilinya menghadiri beberapa rapat. Ia sendiri juga tidak bisa meninggalkan pekerjaannya yang masih menumpuk di atas meja kerjanya. Ia ingin menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum berangkat ke Jepang besok malam bersama Damar. Dengan berat hati ia harus meminta Bi Harum mengantarkannya ke kantor.“Bi, tolong ke kamarku dan ambil tumpukan map yang ada di atas meja kerjaku,” beri tahu Hans setelah Bi Harum menjawab panggilannya.“Tidak, Bi. Damar sedang sibuk. Tolong Bibi yang mengantarkannya ke sini ya, ” pinta Hans sopan. “Terima kasih, Bi,” sambungnya setelah Bi Harum mengiyakannya.Setelah menaruh ponselnya di atas meja, Hans menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya sambil memejam
Pagi ini Diandra menikmati sarapannya seorang diri, sebab Hans belum bangun dari tidurnya. Ia sudah memberi tahu Bi Harum mengenai kepindahan mereka ke kediaman Narathama selama Hans pergi ke Jepang. Diandra juga mengatakan akan ke kediaman Narathama setelah Hans selesai berkemas, jadi ia minta supaya Bi Harum bersiap-siap terlebih dulu usai menuntaskan pekerjaannya.Ketika Hans baru tiba di ruang makan, Diandra sudah menyelesaikan sarapannya. “Sudah selesai?” tanyanya berbasa-basi.“Sudah,” Diandra menjawab setelah berdiri.“Tunggu,” tahan Hans sehingga Diandra mengurungkan langkah kakinya. “Aku belum menyapanya,” sambungnya.“Pagi, Nak. Bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak? Tidur Papa juga sangat nyenyak,” ucap Hans yang tengah menyejajarkan tubuhnya pada perut Diandra.Untung saja Bi Harum sudah ke kamarnya untuk berkem
Kehamilan kedua Diandra kini telah berusia tujuh bulan. Jika sesuai dengan perkiraan dokter, maka dua bulan lagi Diandra akan melahirkan anak keduanya. Diandra merasakan perbedaan yang sangat mencolok antara kehamilannya yang sekarang dengan sewaktu mengandung Hara. Saat mengandung Hara dulu, ia masih bisa leluasa bergerak walau kandungannya sudah tergolong tua. Namun, kini yang terjadi adalah kebalikannya. Selain nafsu makannya yang meningkat drastis, ia pun sekarang tergolong pemalas, termasuk dalam urusan berdandan. Jika saat mengandung Hara dulu Diandra sangat suka menggunakandressbermotif, tapi tidak dengan sekarang. Pada kehamilannya sekarang ia lebih suka dan nyaman menggunakanjumpsuittanpa motif. Warna-warna yang lebih diminatinya kini pun warna netral, terutamanavy.Kehamilan Diandra kini juga membuatnya sungguh berat membuka mata, apalagi beranjak dari ranjang. Bahkan, sekarang ia sangat mudah sekali mengantuk
Setelah permintaan maaf Hans saat Hara demam, hubungan Diandra dengan suaminya tersebut kembali seperti sedia kala. Kini sudah dua bulan Diandra dan Hans mempekerjakan seorangbabysitteruntuk Hara, sejauh ini kinerjanya pun terlihat memuaskan. Walau Hara terlihat nyaman dengan Fitri,babysitter-nya, tapi Diandra dan Hans tetap ikut mengawasi putrinya tersebut. Dengan adanya Fitri, Diandra menjadi sangat terbantu. Contohnya saat mengajak Hara bertemu dengan klien, karena sudah ada Fitri yang akan menemani anaknya tersebut. Namun, hari ini Diandra terpaksa harus membawa Hara ke kantor suaminya karena Fitri tengah pulang kampung, sedangkan dirinya ada pertemuan penting dengan salah satu klien eksklusifCatharina Queen.Setelah usai bertemu dengan klien dan menyelesaikan urusan lainnya, Diandra langsung melajukan mobilnya kembali ke kantor Hans guna menjemput Hara. Ia sangat berharap Hara tidak merecoki Papanya b
Sejauh ini liburan Hans bersama Diandra dan Hara di pulau Lombok berjalan lancar. Hans sangat menikmati setiap kebersamaannya dengan istri dan sang anak. Dari bangun tidur hingga matanya terpejam kembali, ia bersama istri dan anaknya tak pernah berjauhan. Selain itu, Hans juga berhasil membujuk Diandra agar mempekerjakan seorangbabysitteruntuk Hara. Setelah kembali ke Jakarta nanti, ia dan Diandra akan mendatangi yayasan penyalurbabysitteryang terdidik serta terlatih untuk dipekerjakan. Selama enam hari berada di Lombok Hans bersama keluarga kecilnya sudah banyak mengunjungi tempat wisata, tentu saja yang aman untuk Hara. Selesai makan siang nanti ia sudah harus mengajak istri dan anaknya kembali ke Jakarta, mengingat waktu liburan mereka telah usai.Berhubung Hara telah bangun, Hans dan Diandra akan mengajak buah hatinya tersebut berenang sambil menikmatifloating breakfast. Hans memang sengaja mencari vil
Diandra tak pernah mengetahui cerita rumah tangganya akan seperti apa dan bagaimana. Yang ia lakukan hanyalah menjalani sekaligus menikmati setiap kebersamaan dengan suami, anak, dan keluarganya. Dalam hidupnya kini tak ada yang lebih penting dari kebersamaannya dengan suami dan anaknya. Walau mendapat dukungan penuh dari Hans untuk dirinya menjadi wanita karier, tapi ia tetap harus memprioritaskan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu. Kedua tugas tersebut sudah menjadi harga mati dalam hidupnya, terutama tumbuh kembang sang buah hati. Ia tidak ingin keegoisan menghancurkan keharmonisan rumah tangganya, merenggut tawa bahagia sang anak dan suaminya.Diandra terkejut sesaat ketika sepasang tangan tiba-tiba meremas penuh kelembutan kedua pundaknya. Ia menerima kecupan di bibirnya setelah mendongak untuk melihat wajah suami tercintanya di belakang tubuhnya yang sedang berkutat dengansketchbook. Diandra memejamkan mata saat menerima pijatan lembut d
Tidak terasa sudah enam bulan Diandra dan Hans menjadi pasangan suami istri yang sesungguhnya. Walau Hans dan Diandra sepakat menunda memberikan adik kepada Hara, bukan berarti tidak ada agenda percintaan dalam hari-hari mereka menjalani kehidupan sebagai suami istri. Sejak itu pula Hans membuat kamar pribadinya bersama Diandra menjadi kedap suara.Seperti sekarang, cucuran keringat telah membasahi tubuh Diandra dan Hans setelah keduanya berhasil meraih puncak pelepasan bersama, sekaligus menyudahi kegiatan panas mereka dalam menggapai kenikmatan. Lenguhan pelan Diandra terdengar saat Hans memutuskan untuk melepas penyatuan bagian bawah tubuh mereka secara perlahan. Hans menghela napas, kemudian menjatuhkan tubuhnya di samping sang istri. Dengan sisa tenaganya, Hans menarik tubuh Diandra dan membawa ke dalam dekapannya. Tidak lupa ia juga mendaratkan kecupan penuh kelembutan di kening dan bibir sang istri, sebagai ungkapan rasa terima kasihnya atasservice
Berhubung hari ini Hans tidak pergi ke kantor, ia mengambil alih tugas Diandra dalam mengurus Hara. Seusai memandikan dan mendandani Hara, ia menemani sang buah hati bermain sambil menunggu kedatangan istrinya dari membeli kebutuhan rumah tangga bersama Lavenia. Awalnya, ia menawarkan diri ingin mengantar sekaligus menemani Diandra berbelanja, tapi tawarannya tersebut ditolak oleh istrinya dengan alasan Hara tidak ada yang menjaga di rumah. Sebenarnya Hara bisa saja mereka ajak, tapi Hans lebih memilih mengalah dan menuruti keinginan sang istri daripada berdebat hanya karena hal sepele.Meski sudah mendapatkan haknya sebagai seorang suami dari Diandra, Hans tetap memegang teguh komitmennya. Ia tidak akan pernah memaksakan keinginannya kepada sang istri. Buktinya, ia menyetujui saat Diandra mengutarakan niatnya ingin memakai kontrasepsi sebagai upaya dalam menunda kehamilan. Bahkan, ia sendiri yang mengantar sang istri ke rumah sakit dan ikut menemui dokter untuk berkonsultasi
Diandra menatap pantulan tubuhnya yang telah berbalutlingeriejenischemisepada cermin di kamar mandi. Meski pada awalnya sederet keraguan dan pemberontakkan memenuhi benaknya atas hadiah yang akan ia berikan kepada Hans, tapi akhirnya Diandra berani mengambil keputusan setelah memantapkan hatinya. Oleh karena itu, tanpa membuang waktu lagi kemarin ia langsung pergi keoutletkhususlingerie, dan pilihannya jatuh pada pakaian sensual yang kini dikenakannya.Sebelum keluar dari kamar mandi dan beralih menuju dapur, Diandra mengenakannight robe-nya kembali untuk melapisilingerieyang membalut tubuhnya. Sesampainya di dapur, ia mengambilcakeulang tahun yang telah disiapkannya tadi, kemudian menyalakan beberapa lilin di atasnya. Ia melangkahkan kakinya dengan sangat hati-hati menuju ruang kerja sang suami agar api pada lilin tetap menyala.Meliha
Hans segera membuka mata, saat merasakan tempat tidur di sebelahnya kosong. Walau penerangan di kamarnya terbatas, ia tidak memerlukan waktu lama untuk menemukan keberadaan sang istri. Hans mengambil ponsel yang ia letakkan pada nakas di sampingnya untuk melihat jam sebelum menuruni ranjang dan berjalan menuju balkon, tempat istrinya sedang berdiri sambil bersidekap. Tidak lupa ia membawa selimut untuk Diandra.Setelah menggeser pintu dan menyibakkan tirai yang menjadi pemisah antara kamar tidur dengan balkon, Hans langsung menyampirkan selimut pada pundak Diandra. Ia memeluk tubuh sang istri dari belakang supaya lebih hangat. Ia semakin mengeratkan pelukannya ketika tidak mendapat perlawanan atau penolakan dari Diandra.“Kenapa bangun, hm?” Diandra memukul punggung tangan Hans karena bibir suaminya tersebut mulai berulah menggodanya, dengan mengendus dan mengecup berulang kali leher mulusnya.“Karena a
Diandra dan Hans sangat menikmati perannya menjadi orang tua. Keduanya pun kompak dalam pola pengasuhan Hara. Seiring pertumbuhannya, selain menjadi lebih cerewet, kini Hara juga semakin aktif dalam bergerak sehingga membuat Diandra dan Hans meningkatkan pengawasannya terhadap aktivitas sang buah hati.Walau merasa lelah setelah berkutat dengan tumpukan pekerjaannya di kantor, saat berada di rumah Hans akan selalu meluangkan waktunya sebentar untuk berinteraksi bersama Hara. Bahkan, karena saking lelahnya, Hans sering ketiduran ketika tengah menemani anaknya bermain. Alhasil, hal tersebut kadang membuat sang buah hati menjadi kesal sendiri karena merasa terabaikan.Ketika memasuki kamar tidur Hara, Diandra terkejut sekaligus terharu melihat pemandangan di hadapannya. Ia mendapati Hans duduk di lantai dan bersandar pada pinggiran ranjang sambil memeluk Hara di pangkuannya. Suami dan anaknya tersebut juga terlihat sama-sama sudah memejamkan ma