Share

PART 77

Penulis: Kato Yuuki
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi pun tiba. Cahaya mentari muncul dan menyorot ke celah-celah jendela rumah. Seperti hari-hari biasanya, Tanisha akan memutar audio ayat-ayat Al-Qur'an hingga bunyinya terdengar hampir ke seluruh penjuru rumah.

Tanisha yang sedang sibuk menyiapkan sarapan berkali-kali memandang ke arah tangga dan berharap Rezvan akan segera turun. Ia sangat tak sabar untuk memberitahukan perihal kehamilannya pada san suami. Senyumnya yang hampir menyamai indahnya langit di pagi hari tak juga luntur dari wajah cantiknya.

Tepat saat Tanisha meletakkan piring terakhir ke atas meja, saat itu juga terdengar suara alas sepatu yang beradu dengan keramik. Ia langsung mengarahkan pandangannya pada asal suara tersebut dan objek yang dilihatnya pertama kali adalah senyum Rezvan yang begitu manis di matanya.

"Evan!" serunya riang. Rezvan mengecup kening sang istri saat sudah berada di depan meja makan.

"Pagi, Sayang. Capek, ya? Sorry, gak bisa bantu. Semalem, tuh, bener-bener bikin gue susah buat bangun pa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 78

    "Dengerin gue. Kalian semua harus jagain Acha ke mana pun dia pergi. Gue gak bisa selamanya selalu sama dia, dan gue gak mau dia kenapa-kenapa." Rezvan memangku dagu dengan tangannya. "Kalo soal itu, lo gak perlu kasih tau lagi. Kita gak akan biarin bahaya mengintai Acha," sahut salah satu laki-laki berjaket kulit hitam. Rezvan tersenyum tipis. Satu tangannya terangkat ke udara. "Makasih, Bro. Gue berutang budi sama lo."Kini organisasi yang beranggotakan sekitar 12 orang itu tengah menyusun strategi untuk dapat menghentikan rencana penyerangan dari sebuah anggota lain yang mengancam mereka. Di antara mereka tak ada yang menginginkan sebuah permusuhan apalagi pertempuran. Semua ingin semuanya tetap berjalan dengan damai. "Kita ladeni aja mereka. Daripada kita harus susah-susah datengin atasan mereka terus bilang kalo kita berdamai aja."Rezvan menggeleng cepat. Tak setuju dengan saran itu. "Gak, kita gak boleh ikut-ikutan bertingkah kayak remaja labil. Gue gak mau nambah masalah. D

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 79

    "Semalem kamu pulang malem lagi, ya?"Pertanyaan itu bagaikan peluru yang ditembakkan secara tiba-tiba di suasana yang terlihat baik-baik saja. Langkah Rezvan sontak terhenti tepat di depan pintu dapur. Ia terdiam membisu, tak mampu berkata-kata. "Kenapa diem? Iya, kan?" Suara yang terdengar seperti sedang menginterupsinya itu kembali menyentuh horor telinganya. Rezvan menghela napas panjang. Sebisa mungkin ia bersikap untuk tetap terlihat tenang dan tak membuat Tanisha makin curiga padanya. Perlahan ia langkahkan kaki mendekati perempuan yang saat ini sedang memotong sayuran. "Sayang—""Nggak usah ngalihin pembicaraan. Jawab aja," potong Tanisha cepat sambil menjauh dari laki-laki itu. Rezvan mengangguk pasrah. Kedua tangannya menyangga ke tembok yang digunakan untuk tempat kompor. "Oke, gue jujur. Semalem gue emang pulang larut malem lagi, tapi—""Kenapa?" Lagi-lagi Tanisha memotong ucapan Rezvan. Laki-laki itu menoleh, dan dapat ia lihat kedua mata sang istri yang berkaca-kaca.

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 80

    "Andra!" Rezvan berlari sekuat tenaga menghampiri Kalandra yang tengah terbaring di tempat tidur. Tubuhnya tampak lemah, terdapat luka memar di beberapa bagian tubuhnya. Laki-laki itu bahkan tak sanggup menanggapi panggilan darinya. Rezvan berdiri di samping tempat tidur. Seisi markas itu seolah sedang dikerumuni awan mendung. Bersedih atas keadaan yang dialami salah satu personel mereka. "Apa yang terjadi? Kok, Andra bisa kayak gini?!" Rezvan bertanya dengan penuh emosi. Semua diam, tak ada yang berani menjawab. "Kenapa kalian malah diem? Jawab gue!""Udah, Rez. Gue gak papa." Suara lemah itu memaksa Rezvan untuk kembali menghadapkan seluruh tubuhnya pada laki-laki yang sedang terbaring lemah. "Gue cuma luka dikit aja. Lagian mereka juga gak salah. Gak ada yang tau kejadian ini bakalan terjadi," sambung laki-laki itu dengan suara serak. Untuk membuka mata saja rasanya berat sekali. "Gimana bisa gue biarin ini, Andra? Lo kayak gini pasti karena mereka, kan? Mereka main curang!

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 81

    "Sialan lo!" Rezvan menendang pintu besar itu, lalu menggedornya berkali-kali. Amarahnya tampak memuncak, wajahnya bahkan sampai merah padam. Orang-orang di balik pintu itu seolah tak peduli dengan apa yang dilakukannya. "Theano! Lo jangan macem-macem sama istri gue! Atau gak gue bantai lo!" teriaknya yang begitu memekakkan telinga bagi siapa pun yang mendengarnya. Napas Rezvan memburu. Keringat bercucuran di pelipisnya. Matanya menyorot tajam mengarah pada pintu yang kini sudah tertutup rapat itu. Ia tak lagi memikirkan soal kompromi. Yang ada di pikirannya kini hanyalah keselamatan Tanisha. Rezvan tahu sepertinya ia sudah gagal untuk mengajak Theano berdamai. Namun, apa yang dapat dilakukannya saat laki-laki itu tiba-tiba menyebut nama istrinya di depannya? Apalagi laki-laki berwajah sombong itu belum begitu mengenal istrinya. Saat di dalam tadi—ketika Rezvan berteriak—ia langsung menyerang Theano dengan pukulan-pukulan di wajah dan rahangnya. Ia tersulut emosi hingga akhirnya

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 82

    Pagi-pagi sekali Rezvan sudah siap dengan pakaian kerjanya. Ia tampak sibuk ke sana kemarin untuk mempersiapkan hal-hal yang akan dibawanya. Tanisha bahkan sampai heran melihat suaminya begitu sibuk di pagi hari ini. Ditambah, Rezvan tak biasanya sesibuk itu di pagi hari. Biasanya laki-laki itu akan menikmati teh hangat dan biskuit sambil duduk-duduk di balkon terlebih dahulu. Baru setelah itu ia akan pergi mandi dan sarapan. Pun, biasanya laki-laki yang kini mengenakan kemeja hitam serta dasi biru tua itu akan berangkat agak siang. Rezvan memasukkan banyak barang ke dalam tas ranselnya. Sebenarnya hal itu sudah biasa, mengingat pekerjaannya yang memang hampir menghabiskan waktu 24 jam. Namun, kali ini ada yang berbeda. Laki-laki itu seolah hendak pergi sangat jauh dan lama. Betapa banyak perbekalan yang dibawanya. "Evan, kamu mau ke mana?" tanya Tanisha sambil berjalan mendekati laki-laki tersebut. Rezvan menoleh, menatap sang istri, lalu tersenyum simpul. "Ke mana lagi? Ya kerja

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 83

    Semua anggota Garparez sudah bersiap di pinggiran lapangan luas belakang sekolah mereka dahulu. Masing-masing mengambil tempatnya di tempat yang tersembunyi. Tak ada yang membawa senjata tajam, mereka semua akan melawan seragam dari tim Theano dengan tangan kosong sekuat tenaga. Rezvan, saat ini laki-laki itu tak henti-henti mondar-mandir di belakang gedung sekolah. Ia tampak cemas, panas dingin, dan berdebar-debar. Ia tak mengkhawatirkan keadaannya, tetapi ia mengkhawatirkan keadaan istrinya. Tak tahu apakah Tanisha saat ini masih baik-baik saja atau tidak. Suara deru motor yang begitu memekakkan telinga terdengar menggema di tengah malam yang sunyi ini. Beruntung daerah sekolah ini tak terlalu dekat dengan pemukiman warga, sehingga tak akan ada yang merasa terganggu dengan keributan yang mungkin terjadi nanti. Kalandra yang bertugas sebagai pemimpin segera memberikan aba-aba pada yang lainnya. Tak hentinya ia ingatkan pada semua temannya untuk selalu memanjatkan doa dan selalu me

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 84

    Semua orang di lapangan tersebut terkejut dengan teriakan Rezvan. Mereka yang semula sedang bertarung memperebutkan kemenangan lantas menghentikan pertarungan mereka dan berlari menghampiri suara teriakan itu. Lawan mereka, yaitu anak buah Theano tertawa penuh kemenangan saat menyadari ketua dari lawan mereka sudah hampir tumbang. Wajah-wajah penuh kekhawatiran tampak jelas mengelilingi Rezvan yang terkulai lemas dengan Kalandra di sebelahnya. Laki-laki itu segera menyuruh seseorang untuk memanggil ambulan agar sahabatnya dapat segera ditangani. Tanpa akhir yang diharapkan, pertarungan ini selesai dengan kekecewaan. Perdamaian yang menjadi tujuan kini hirap tak berbekas. Theano dan antek-anteknya tertawa lepas melihat kekalahan dari rivalnya, Rezvan. Lagi, tentang Tanisha yang sudah mengetahui yang sebenarnya, entah apa yang akan terjadi dengan hak itu. Tak lama setelah dipanggil, ambulan pun datang dan segera mengeluarkan tandu untuk membantu mengangkat Rezvan masuk ke dalam mobil

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 85

    Di malam yang gelap gulita itu Tanisha keluar dari area rumah sakit menuju taman tempat para pasien jalan-jalan untuk menenangkan diri. Di sana perempuan itu bersimpuh di atas rumput dengan kepala mendongak menatap langit. Sesakit inikah dibohongi? Kecewa yang mendalam seolah tak ada lagi celah untuk dapat memercayai sesuatu yang sudah disadari bahwa itu adalah kebohongan. Tanisha tahu, banyak kebaikan yang telah dilakukan Rezvan untuknya. Namun, entah mengapa satu kebohongan itu telah meruntuhkan seluruh kepercayaan yang pernah ia berikan pada laki-laki itu. Entah mungkin karena faktor kehamilan atau apa pun itu, yang jelas kini ia benar-benar kecewa. Dengan langkah yang terseok-seok Rezvan datang menyusul istrinya. Wajahnya tampak khawatir. Matanya bergerak luar mencari keberadaan Tanisha. Saat matanya menangkap sosok yang dicarinya, ia pun langsung berlari dan memeluk perempuan itu. "Acha! Lo ngapain di sini? Ayo, duduk di kursi. Kita bicarain ini baik-baik, ya?" Rezvan memegan

Bab terbaru

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 92

    Beberapa bulan kemudian semenjak kejadian Tanisha keguguran, semua kembali berjalan dengan normal. Hubungannya dengan Rezvan kembali membaik. Tak ada lagi saling diam mendiami satu sama lain. Semua benar-benar kembali ke keadaan di mana mereka baru memulai yang namanya bahtera rumah tangga. Persoalan Theano, laki-laki itu sudah ditangkap dan dipenjara atas kasus yang ia lakukan. Meneror, menyerang, dan membuat kandungan Tanisha keguguran. Meski begitu, tak ada rasa dendam atau benci di hati Tanisha dan Rezvan. Mereka senang karena telah mendapat keadilan. Namun, mereka juga tetap memaafkan perbuatan Theano. Hari-hari berjalan dengan penuh kebahagiaan dan canda tawa. Tak ada kekhawatiran akan keturunan yang belum juga diamanahkan. Tanisha dan Rezvan menjalani semuanya dengan penuh kesabaran. Diiringi doa dan ikhtiar, mereka tak berhenti berharap agar Tuhan kembali mempercayakan seorang anak pada mereka. "Sayang, aku berangkat dulu, ya. Kamu jaga diri baik-baik di rumah," ucap Rezvan

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 91

    Afzar tampak keheranan saat mendapati Tanisha yang sudah kembali dari taman, tetapi dengan wajah yang tampak murung. Perempuan itu melewatinya begitu saja. Bahkan tak membalas sapaannya saat ia menyapa. Afzar yang semula duduk di luar ruangan inap pun lekas mengekori Tanisha hingga ke dalam. Ia masih menatap dalam diam memandangi sang adik yang duduk di atas ranjang sambil tertunduk lesu. "Cha, tadi Rezvan dateng ngejenguk. Udah ketemu belum?" tanyanya sambil menarik kursi mendekati ranjang. Tanisha mengangguk mengiyakan. "Ketemu. Tadi di taman." "Terus, sekarang dia di mana? Kok, gak bareng kamu?" tanya Afzar lagi seraya celingak-celinguk mencari keberadaan suami adiknya. "Aku belum mau ketemu sama dia dulu, Bang. Dan tolong, jangan bicarain dia juga di depan aku." Setelah mengatakan itu, perempuan dengan piyama warna biru tosca itu meluruskan kedua kakinya, lalu ditutupi dengan kain selimut yang tebal. Afzar memandangi wajah adiknya tersebut lekat-lekat. Dapat ia lihat jejak k

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 90

    BRUK!Untuk ke sekian kalinya Rezvan melempar tubuh Theano ke lantai hingga tersungkur. Memar dan darah menyebar di beberapa bagian anggota tubuh laki-laki itu. Keadaannya sangat memprihatinkan, seolah sedang berada di antara hidup dan mati. Laki-laki dengan wajah penuh amarah itu berjalan mendekati Theano yang masih berusaha untuk bangkit dengan sisa tenaga yang ada. Dinding di belakangnya ia gunakan untuk menopang tubuhnya yang serasa sudah begitu remuk. Rezvan, dengan napasnya yang memburu, dengan kasar menarik kerah baju Theano hingga laki-laki yang sudah sangat lemah itu berdiri lunglai. Tatapan yang ia layangkan begitu tajam setajam mata elang. Tatapan itu seolah mengartikan berapa marahnya atas apa yang dilakukan oleh lawannya tersebut. "Dengerin gue, Theano. Kalo lo masih berani nyentuh istri gue dikit aja, gue gak akan pernah biarin lo hidup lagi. Sekarang lo beruntung masih gue kasih kesempatan buat hidup. Inget, perbuatan lo gak akan semudah itu gue maafin," tegas Rezvan

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 89

    Semua anggota Garparez langsung menuju lokasi saat mendapat kabar bahwa Tanisha terluka akibat didorong oleh Theano hingga terjatuh. Wajah-wajah panik yang tertutup helm memenuhi jalanan. Kendaraan yang mereka kendalikan pun dilajukan begitu cepat. Sementara itu, Rezvan yang ditemani Kalandra bergegas mengambil langkah cepat dengan mengantarkan Tanisha ke rumah sakit. Raut wajah Rezvan tampak sangat khawatir. Keselamatan istri dan calon anaknya benar-benar membuatnya tak dapat duduk tenang barang sekejap saja. Bahkan, ketika Tanisha sudah dimasukkan ke ruang IGD, Rezvan masih saja tak henti-hentinya bersikap sangat panik. Ia tak mau menunggu sambil duduk. Terus saja dirinya mondar-mandir di depan pintu sambil menyatukan kedua tangan, berharap tak ada kabar menyakitkan nantinya. Kalandra yang paham apa yang tengah dirasakan oleh calon ayah itu tak mampu berbuat apa pun. Sejujurnya ia juga merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Tanisha. Betapa menyesalnya karena sebagai seorang l

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 88

    Suara pintu yang diketuk beradu dengan suara bel hingga terdengar seluruh penjuru rumah. Tanisha yang saat itu sedang bekerja di depan laptopnya lantas bergegas turun ke bawah menuju pintu utama. Suara bel yang dipencet beberapa kali membuat Tanisha makin mempercepat langkahnya. Suara yang sangat keras itu seolah membuat gendang telinganya hampir pecah. Diiringi perasaan kesal ia pun lekas membuka pintu dan matanya pun menangkap sosok lelaki yang tak ia kenal. "Mau ketemu siapa, ya?" tanya Tanisha dengan wajah masam. Penampilan laki-laki yang seperti anak geng motor itu membuatnya seakan kembali diingatkan pada kebohongan suaminya. "Kamu. Tanisha Azzahra Khalisah," jawab laki-laki itu disertai senyuman yang tak dapat perempuan itu tebak senyuman apakah itu. "Aku? Kamu siapa? Ada urusan apa kamu sama aku?" Nada bicara Tanisha terdengar agak ketus. Matanya terus mengamati penampilan laki-laki di hadapannya dari atas sampai bawah. "Saya cuma mau menyampaikan satu hal dari atasan sam

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 87

    Keesokan paginya, Rezvan sudah siap dengan setelan pakaiannya. Namun, yang ia pakai bukan baju untuk bekerja seperti biasanya. Kali ini ia mengenakan kaos berwarna biru tua yang dibalut dengan jaket berbahan levi's. Dilihat dari penampilannya, sudah dapat ditebak kalau ia hendak pergi ke markas Garparez. Tanissha yang menyadari hal tersebut lantas menggerutu terus-menerus. Lidahnya tak berhenti mengumpati suaminya bahkan di saat ia sedang sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Kecewa yang belum juga mereda pun membuatnya tak sudi menanyakan apa pun pada laki-laki itu. Rezvan menatap istrinya dari kejauhan—tepatnya di balik pintu dapur. Ada rasa khawatir bercampur cemas saat melihat istrinya yang kini masih terlihat sibuk itu. Bayang-bayang Theano yang mungkin saja akan mendatangi Tanisha kapan pun dia mau. Apalagi membayangkan sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada perempuan itu rasanya ia tak sanggup. Rezvan tahu Tanisha masih marah padanya. Memang bukan hal yang mudah untuk mengemb

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 86

    Pagi kembali menyapa. Mentari pun ikut menyambut dengan masuk ke celah-celah jendela dan memberikan kehangatan bagi setiap penghuni rumahnya. Aroma-aroma masakan dari setiap rumah menguar dari balik jendela dapur hingga mengundang rasa lapar yang telah tertahan semalaman. Akan tetapi, kehangatan itu tak dapat dirasakan oleh pasangan suami istri yang baru pulang dini hari tadi. Tak ada percakapan ringan yang menyertai kegiatan mereka di awal hari. Tak ada pelukan mesra yang biasanya selalu datang memberikan senyum manis yang menawan hati. Hanya ada keheningan tanpa ada keributan yang biasanya ada setiap hari. Di antara Tanisha maupun Rezvan, tak ada yang berani menyapa lebih dahulu. Masing-masing dari mereka fokus dengan urusannya tanpa memedulikan hubungan mereka yang terancam renggang. Kejadian semalam seolah mengubah 180 derajat kebiasaan mereka sehari-hari. Walaupun dengan rasa terpaksa, Tanisha menyiapkan sarapan pagi begitu cepat. Tak ada nyala kompor yang mengeluarkan api, d

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 85

    Di malam yang gelap gulita itu Tanisha keluar dari area rumah sakit menuju taman tempat para pasien jalan-jalan untuk menenangkan diri. Di sana perempuan itu bersimpuh di atas rumput dengan kepala mendongak menatap langit. Sesakit inikah dibohongi? Kecewa yang mendalam seolah tak ada lagi celah untuk dapat memercayai sesuatu yang sudah disadari bahwa itu adalah kebohongan. Tanisha tahu, banyak kebaikan yang telah dilakukan Rezvan untuknya. Namun, entah mengapa satu kebohongan itu telah meruntuhkan seluruh kepercayaan yang pernah ia berikan pada laki-laki itu. Entah mungkin karena faktor kehamilan atau apa pun itu, yang jelas kini ia benar-benar kecewa. Dengan langkah yang terseok-seok Rezvan datang menyusul istrinya. Wajahnya tampak khawatir. Matanya bergerak luar mencari keberadaan Tanisha. Saat matanya menangkap sosok yang dicarinya, ia pun langsung berlari dan memeluk perempuan itu. "Acha! Lo ngapain di sini? Ayo, duduk di kursi. Kita bicarain ini baik-baik, ya?" Rezvan memegan

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 84

    Semua orang di lapangan tersebut terkejut dengan teriakan Rezvan. Mereka yang semula sedang bertarung memperebutkan kemenangan lantas menghentikan pertarungan mereka dan berlari menghampiri suara teriakan itu. Lawan mereka, yaitu anak buah Theano tertawa penuh kemenangan saat menyadari ketua dari lawan mereka sudah hampir tumbang. Wajah-wajah penuh kekhawatiran tampak jelas mengelilingi Rezvan yang terkulai lemas dengan Kalandra di sebelahnya. Laki-laki itu segera menyuruh seseorang untuk memanggil ambulan agar sahabatnya dapat segera ditangani. Tanpa akhir yang diharapkan, pertarungan ini selesai dengan kekecewaan. Perdamaian yang menjadi tujuan kini hirap tak berbekas. Theano dan antek-anteknya tertawa lepas melihat kekalahan dari rivalnya, Rezvan. Lagi, tentang Tanisha yang sudah mengetahui yang sebenarnya, entah apa yang akan terjadi dengan hak itu. Tak lama setelah dipanggil, ambulan pun datang dan segera mengeluarkan tandu untuk membantu mengangkat Rezvan masuk ke dalam mobil

DMCA.com Protection Status