Share

PART 18

Penulis: Kato Yuuki
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kenapa, Kal?" tanya Aqlan sambil mengambil sepotong kue di atas meja.

Kalandra yang semula tengah melamun sontak mengerjapkan matanya lalu menoleh pada Aqlan. "Hah? Nggak, nggak papa, kok." Aqlan hanya menganggukkan kepalanya mendengar jawaban dari Kalandra.

"Dia produser film yang terkenal beberapa tahun lalu itu, kan?" Laki-laki berkoko biru itu kembali bertanya.

"True," jawab Aqlan setelah menelan makanannya.

Kalandra nampak sedang memikirkan sesuatu. Tatapannya seolah menyiratkan kekhawatiran. Tentu hal itu membuat Aqlan terheran-heran.

"Andra, ada apa, sih? Kok, pas gue jawab pertanyaan lo, keliatannya muka lo jadi beda gitu?"

Kalandra kembali menatap sahabatnya itu. Lidahnya tiba-tiba terasa kelu untuk sekadar mengucapkan satu kata saja. Yang ada di pikirannya kini justru tentang Aqlan, Tanisha, dan Rezvan.

Ya, Kalandra sudah mengetahui identitas asli dari seorang Evan Reshal Fatih.

"Gue ... gue perlu ingetin lo, Lan."

"Ingetin apa?" Raut wajah Aqlan berubah serius. Pera
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 19

    Tanisha termenung sendirian di balkon kamar. Sebuah buku motivasi berada di tangannya, tetapi perempuan itu tak juga membacanya. Minuman cokelat yang ia buat dalam keadaan panas pun kini sudah mulai dingin, sedingin malam yang memeluk tubuh hangatnya. Aqlan belum pulang. Sore tadi laki-laki itu menghubungi Tanisha dan mengatakan kalau ia akan pulang sehabis Maghrib karena ada urusan penting di pesantren. Namun, hingga pukul 9 kini, laki-laki itu belum juga pulang, tapi Tanisha tak terlalu memedulikan hal tersebut. Sepinya suasana membuat pikirannya begitu gencar berlari mengajak Tanisha ke kenangan di masa lalunya. Seolah menyuruhnya untuk kembali mengulang semua rasa sakit yang pernah ia rasakan dahulu. Tanisha masih tak menyangka kalau ia akan kembali bertemu dengan laki-laki yang paling ia benci itu. Hidupnya yang sudah bebas dan bahagia selama beberapa tahun ini seolah kembali menghilang. Hadirnya laki-laki itu ke dalam hidupnya lagi, membuat Tanisha merasa was-was mengenai nas

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 20

    Senin pagi, seisi rumah mulai sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang sibuk menyiapkan peralatan sekolah, sibuk menyetrika pakaian, sibuk memasak, bahkan ada yang sekadar sibuk menyiram tanaman di depan rumah. Senin, hari yang katanya paling dibenci oleh semua orang. Hari di mana semua kesibukan dimulai. Hari di mana rasa lelah akan menerpa. Namun, tidak bagi Tanisha. Entah itu hari Senin, Selasa, maupun seterusnya terasa sama saja, tak ada bedanya. Sama-sama membosankan. Pagi ini, perempuan itu hanya duduk-duduk santai di ruang keluarga sambil menonton televisi. Kegiatan beres-beres rumah dan memasaknya sudah selesai sedari tadi. Yang belum hanyalah mencuci piring dan mencuci baju. Terlihat Aqlan yang mengenakan baju koko berwarna ungu, dan celana relaxed-legged, serta peci hitam yang menjadi penutup kepala andalannya saat hendak pergi mengajar. Satu tangannya nampak tengah menggandeng sebuah tas. "Bang Aqlan, sarapan dulu," ucap Tanisha saat baru menyadari kehadiran Aqla

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 21

    Tanisha berjalan memasuki gerbang pesantren sambil menghentak-hentakkan kakinya. Wajahnya ditekuk, nampak sedang menahan kesal. Di tangannya, terdapat sebuah rantang berisi makanan untuk Aqlan. Bukan murni keinginan Tanisha untuk mengantarkan makan siang ke pesantren Al-Muhajirin. Jaraknya yang lumayan jauh, dan panasnya terik matahari di siang hari tentu membuatnya merasa sangat malas untuk pergi keluar rumah. Namun, permintaan dari Sa'diyah membuat Tanisha tak kuasa untuk menolak. Sebelum berangkat ke tempat ini, Tanisha sempat bertemu dengan Sa'diyah. Lebih tepatnya, Sa'diyah datang berkunjung ke rumah Aqlan. Sang Bunda bercerita banyak hal mengenai kehidupan rumah tangannya dengan ayah Tanisha sewaktu masih muda. Akhirnya, malah berujung harus mengantarkan makan siang untuk Aqlan dengan dalih agar menjadi istri yang baik. Seperti biasa, Tanisha disambut begitu baik oleh santri-santri Al-Muhajirin. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang menunduk hormat saat berlalu di depann

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 22

    "Acha!" Aqlan menarik lengan Tanisha hingga membuat tubuh perempuan itu menjadi menghadap Aqlan. "Maafin Abang, ya? Kita pulang bareng aja, yuk!" tawarnya. Tanisha melepaskan cekalan Aqlan di lengannya. Kemudian, ia melipat kedua lengannya di depan dada. Tatapannya yang nampak sinis menatap lurus ke wajah laki-laki itu. "Janji gak ngeselin lagi?" Aqlan tak sanggup menatap wajah menggemaskan istrinya itu. Kedua tangannya terangkat untuk mencubit pipi perempuan itu. "Bang Aqlan! Baru juga dibilangin!" gerutu Tanisha sambil melepaskan cubitan Aqlan di kedua pipinya. Semua kelakuan kedua pasangan itu tak luput dari perhatian para santriwan dan santriwati yang berlalu di hadapan keduanya. Mereka nampak kagum dengan sikap romantis yang diberikan Aqlan terhadap Tanisha. Beberapa di antara mereka bahkan sampai ada yang menggigit jari seolah gemas melihat kelakuan pengantin baru yang menurut mereka terlihat uwu itu. Andai mereka semua tahu, hubungan sesungguhnya antara Aqlan dan Tanisha t

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 23

    Aqlan keluar dari kamar mandi menuju kamarnya dengan rambut yang basah serta handuk yang melilit di pinggangnya. Saat baru memasuki kamar, laki-laki itu mendapati Tanisha yang tengah sibuk mengetik di atas 𝘬𝘦𝘺𝘣𝘰𝘢𝘳𝘥. Namun, wajahnya agak pucat, kedua matanya pun nampak lelah seolah telah begadang semalaman. Aqlan mengambil bajunya dari dalam lemari sambil terus memandangi Tanisha. Perasaannya begitu khawatir melihat keadaan istrinya yang seperti tidak baik-baik saja. Setelah mengenakan kaosnya yang berwarna abu-abu, serta celana panjang berwarna hitam, Aqlan pun memutuskan untuk menghampiri perempuan itu. "Acha." Aqlan mengambil satu kursi lalu duduk di sebelah Tanisha. Cahaya matahari yang masuk dan menyorot wajah Tanisha membuat wajah pucatnya semakin terlihat jelas. Lingkaran hitam di bawah matanya pun seolah menandakan bahwa istrinya itu tak tidur semalam. "Acha, kamu sakit? Semalem kamu begadang, ya?" tanya Aqlan sambil menyentuh kening perempuan itu. Tanisha menggele

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 24

    Aqlan membuka pintu rumah dengan perlahan untuk menghindari suara bising yang mungkin ditimbulkan. Kaki-kaki jenjangnya ia langkahkan masuk ke dalam rumah tanpa suara. Kedua matanya menelisik seisi ruang tamu yang nampak gelap. Ia berpikir, mungkin Tanisha sudah tidur sedari tadi. Hari ini Aqlan pulang lebih lambat karena ia mendapat tanggung jawab untuk mengajar santri di malam hari. Akibatnya, mungkin Aqlan akan jarang menghabiskan waktu dengan Tanisha. Dengan hati-hati, Aqlan menaiki anak tangga menuju kamarnya. Ia sempat merasa heran mendapati lampu kamarnya masih menyala. Aqlan pun memberanikan diri untuk mengecek kamar yang ditempati Tanisha itu. "Acha?"Aqlan mengitarkan pandangannya ke sekitar kamar. Pandangannya terhenti pada seorang perempuan yang tengah duduk di meja kerja dengan sebuah lampu meja yang menyorot ke 𝘬𝘦𝘺𝘣𝘰𝘢𝘳𝘥 yang tengah ia gunakan. "𝘔𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘴𝘪𝘣𝘶𝘬 𝘯𝘶𝘭𝘪𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢," batin Aqlan seraya tersenyum tipis. Ia pun berjalan masuk untuk

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 25

    Sedari tadi, Rezvan terus mondar-mandir di dalam kamarnya sambil memegang ponsel. Ia ingin sekali menghubungi Tanisha, tetapi rasa gugupnya membuat laki-laki itu begitu sulit untuk membuka pola kunci ponselnya saja. Perasaannya kalang kabut, resah, gelisah, takut, yang bercampur aduk menjadi satu. Rezvan sendiri merasa heran dengan dirinya yang sebelumnya tidak pernah seperti ini. Laki-laki itu memutuskan untuk duduk di sofa untuk menenangkan pikirannya. Kakinya ia ketuk-ketukkan ke bawah lantai. Tatapan matanya yang mengarah ke satu arah seolah menggambarkan kebingungan yang tengah ia rasakan. Rezvan mengusap wajahnya gusar, ia masih gugup untuk menghubungi perempuan itu. "Ah! Pokoknya rencana ini harus berhasil!" tegasnya lalu dengan cepat membuka ponselnya. Rezvan men-𝘴𝘤𝘳𝘰𝘭𝘭 daftar kontak untuk mencari kontak Tanisha yang ia dapatkan beberapa waktu lalu. Setelah kontak yang ia cari ditemukan, Rezvan lantas mulai mengetikkan sesuatu di kolom pesannya. Baris pertama baru i

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 26

    "Lan!"Aqlan yang tengah berjalan lantas membalikkan seluruh tubuhnya saat mendengar seseorang memanggil namanya. Dengan dahi dikerutkan, laki-laki itu menganggukkan kepalanya. "Masih ada jadwal ngajar?" tanya Kalandra—laki-laki yang tadi memanggil Aqlan. Satu tangannya ia gunakan untuk merangkul bahu Aqlan. Aqlan membenarkan posisi buku-buku yang tengah ia bawa. Seulas senyum ia tampilkan untuk menanggapi pertanyaan Kalandra. "Iya, nih. Akhir-akhir ini gue emang banyak gantiin guru yang pada lagi cuti sama sibuk kuliah," jawabnya. Maklumlah, sebagai putra dari pemilik pesantren Al-Muhajirin, Aqlan menjadi sasaran pengganti tanggung jawab mengajar. Namun, dengan senang hati ia pun menerima semua tanggung jawab itu."Oh, ya udah. Ntar kalo semuanya udah beres, kita ngobrol-ngobrol santai di ruang guru, ya!" ajak Kalandra antusias. Aqlan kembali mengukirkan senyum ramahnya. "Iya, sip. InsyaAllah."Sepeninggal Kalandra, Aqlan pun segera mempercepat langkah kakinya menuju kelas yang a

Bab terbaru

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 92

    Beberapa bulan kemudian semenjak kejadian Tanisha keguguran, semua kembali berjalan dengan normal. Hubungannya dengan Rezvan kembali membaik. Tak ada lagi saling diam mendiami satu sama lain. Semua benar-benar kembali ke keadaan di mana mereka baru memulai yang namanya bahtera rumah tangga. Persoalan Theano, laki-laki itu sudah ditangkap dan dipenjara atas kasus yang ia lakukan. Meneror, menyerang, dan membuat kandungan Tanisha keguguran. Meski begitu, tak ada rasa dendam atau benci di hati Tanisha dan Rezvan. Mereka senang karena telah mendapat keadilan. Namun, mereka juga tetap memaafkan perbuatan Theano. Hari-hari berjalan dengan penuh kebahagiaan dan canda tawa. Tak ada kekhawatiran akan keturunan yang belum juga diamanahkan. Tanisha dan Rezvan menjalani semuanya dengan penuh kesabaran. Diiringi doa dan ikhtiar, mereka tak berhenti berharap agar Tuhan kembali mempercayakan seorang anak pada mereka. "Sayang, aku berangkat dulu, ya. Kamu jaga diri baik-baik di rumah," ucap Rezvan

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 91

    Afzar tampak keheranan saat mendapati Tanisha yang sudah kembali dari taman, tetapi dengan wajah yang tampak murung. Perempuan itu melewatinya begitu saja. Bahkan tak membalas sapaannya saat ia menyapa. Afzar yang semula duduk di luar ruangan inap pun lekas mengekori Tanisha hingga ke dalam. Ia masih menatap dalam diam memandangi sang adik yang duduk di atas ranjang sambil tertunduk lesu. "Cha, tadi Rezvan dateng ngejenguk. Udah ketemu belum?" tanyanya sambil menarik kursi mendekati ranjang. Tanisha mengangguk mengiyakan. "Ketemu. Tadi di taman." "Terus, sekarang dia di mana? Kok, gak bareng kamu?" tanya Afzar lagi seraya celingak-celinguk mencari keberadaan suami adiknya. "Aku belum mau ketemu sama dia dulu, Bang. Dan tolong, jangan bicarain dia juga di depan aku." Setelah mengatakan itu, perempuan dengan piyama warna biru tosca itu meluruskan kedua kakinya, lalu ditutupi dengan kain selimut yang tebal. Afzar memandangi wajah adiknya tersebut lekat-lekat. Dapat ia lihat jejak k

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 90

    BRUK!Untuk ke sekian kalinya Rezvan melempar tubuh Theano ke lantai hingga tersungkur. Memar dan darah menyebar di beberapa bagian anggota tubuh laki-laki itu. Keadaannya sangat memprihatinkan, seolah sedang berada di antara hidup dan mati. Laki-laki dengan wajah penuh amarah itu berjalan mendekati Theano yang masih berusaha untuk bangkit dengan sisa tenaga yang ada. Dinding di belakangnya ia gunakan untuk menopang tubuhnya yang serasa sudah begitu remuk. Rezvan, dengan napasnya yang memburu, dengan kasar menarik kerah baju Theano hingga laki-laki yang sudah sangat lemah itu berdiri lunglai. Tatapan yang ia layangkan begitu tajam setajam mata elang. Tatapan itu seolah mengartikan berapa marahnya atas apa yang dilakukan oleh lawannya tersebut. "Dengerin gue, Theano. Kalo lo masih berani nyentuh istri gue dikit aja, gue gak akan pernah biarin lo hidup lagi. Sekarang lo beruntung masih gue kasih kesempatan buat hidup. Inget, perbuatan lo gak akan semudah itu gue maafin," tegas Rezvan

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 89

    Semua anggota Garparez langsung menuju lokasi saat mendapat kabar bahwa Tanisha terluka akibat didorong oleh Theano hingga terjatuh. Wajah-wajah panik yang tertutup helm memenuhi jalanan. Kendaraan yang mereka kendalikan pun dilajukan begitu cepat. Sementara itu, Rezvan yang ditemani Kalandra bergegas mengambil langkah cepat dengan mengantarkan Tanisha ke rumah sakit. Raut wajah Rezvan tampak sangat khawatir. Keselamatan istri dan calon anaknya benar-benar membuatnya tak dapat duduk tenang barang sekejap saja. Bahkan, ketika Tanisha sudah dimasukkan ke ruang IGD, Rezvan masih saja tak henti-hentinya bersikap sangat panik. Ia tak mau menunggu sambil duduk. Terus saja dirinya mondar-mandir di depan pintu sambil menyatukan kedua tangan, berharap tak ada kabar menyakitkan nantinya. Kalandra yang paham apa yang tengah dirasakan oleh calon ayah itu tak mampu berbuat apa pun. Sejujurnya ia juga merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Tanisha. Betapa menyesalnya karena sebagai seorang l

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 88

    Suara pintu yang diketuk beradu dengan suara bel hingga terdengar seluruh penjuru rumah. Tanisha yang saat itu sedang bekerja di depan laptopnya lantas bergegas turun ke bawah menuju pintu utama. Suara bel yang dipencet beberapa kali membuat Tanisha makin mempercepat langkahnya. Suara yang sangat keras itu seolah membuat gendang telinganya hampir pecah. Diiringi perasaan kesal ia pun lekas membuka pintu dan matanya pun menangkap sosok lelaki yang tak ia kenal. "Mau ketemu siapa, ya?" tanya Tanisha dengan wajah masam. Penampilan laki-laki yang seperti anak geng motor itu membuatnya seakan kembali diingatkan pada kebohongan suaminya. "Kamu. Tanisha Azzahra Khalisah," jawab laki-laki itu disertai senyuman yang tak dapat perempuan itu tebak senyuman apakah itu. "Aku? Kamu siapa? Ada urusan apa kamu sama aku?" Nada bicara Tanisha terdengar agak ketus. Matanya terus mengamati penampilan laki-laki di hadapannya dari atas sampai bawah. "Saya cuma mau menyampaikan satu hal dari atasan sam

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 87

    Keesokan paginya, Rezvan sudah siap dengan setelan pakaiannya. Namun, yang ia pakai bukan baju untuk bekerja seperti biasanya. Kali ini ia mengenakan kaos berwarna biru tua yang dibalut dengan jaket berbahan levi's. Dilihat dari penampilannya, sudah dapat ditebak kalau ia hendak pergi ke markas Garparez. Tanissha yang menyadari hal tersebut lantas menggerutu terus-menerus. Lidahnya tak berhenti mengumpati suaminya bahkan di saat ia sedang sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Kecewa yang belum juga mereda pun membuatnya tak sudi menanyakan apa pun pada laki-laki itu. Rezvan menatap istrinya dari kejauhan—tepatnya di balik pintu dapur. Ada rasa khawatir bercampur cemas saat melihat istrinya yang kini masih terlihat sibuk itu. Bayang-bayang Theano yang mungkin saja akan mendatangi Tanisha kapan pun dia mau. Apalagi membayangkan sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada perempuan itu rasanya ia tak sanggup. Rezvan tahu Tanisha masih marah padanya. Memang bukan hal yang mudah untuk mengemb

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 86

    Pagi kembali menyapa. Mentari pun ikut menyambut dengan masuk ke celah-celah jendela dan memberikan kehangatan bagi setiap penghuni rumahnya. Aroma-aroma masakan dari setiap rumah menguar dari balik jendela dapur hingga mengundang rasa lapar yang telah tertahan semalaman. Akan tetapi, kehangatan itu tak dapat dirasakan oleh pasangan suami istri yang baru pulang dini hari tadi. Tak ada percakapan ringan yang menyertai kegiatan mereka di awal hari. Tak ada pelukan mesra yang biasanya selalu datang memberikan senyum manis yang menawan hati. Hanya ada keheningan tanpa ada keributan yang biasanya ada setiap hari. Di antara Tanisha maupun Rezvan, tak ada yang berani menyapa lebih dahulu. Masing-masing dari mereka fokus dengan urusannya tanpa memedulikan hubungan mereka yang terancam renggang. Kejadian semalam seolah mengubah 180 derajat kebiasaan mereka sehari-hari. Walaupun dengan rasa terpaksa, Tanisha menyiapkan sarapan pagi begitu cepat. Tak ada nyala kompor yang mengeluarkan api, d

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 85

    Di malam yang gelap gulita itu Tanisha keluar dari area rumah sakit menuju taman tempat para pasien jalan-jalan untuk menenangkan diri. Di sana perempuan itu bersimpuh di atas rumput dengan kepala mendongak menatap langit. Sesakit inikah dibohongi? Kecewa yang mendalam seolah tak ada lagi celah untuk dapat memercayai sesuatu yang sudah disadari bahwa itu adalah kebohongan. Tanisha tahu, banyak kebaikan yang telah dilakukan Rezvan untuknya. Namun, entah mengapa satu kebohongan itu telah meruntuhkan seluruh kepercayaan yang pernah ia berikan pada laki-laki itu. Entah mungkin karena faktor kehamilan atau apa pun itu, yang jelas kini ia benar-benar kecewa. Dengan langkah yang terseok-seok Rezvan datang menyusul istrinya. Wajahnya tampak khawatir. Matanya bergerak luar mencari keberadaan Tanisha. Saat matanya menangkap sosok yang dicarinya, ia pun langsung berlari dan memeluk perempuan itu. "Acha! Lo ngapain di sini? Ayo, duduk di kursi. Kita bicarain ini baik-baik, ya?" Rezvan memegan

  • Ikatan di Atas Kertas   PART 84

    Semua orang di lapangan tersebut terkejut dengan teriakan Rezvan. Mereka yang semula sedang bertarung memperebutkan kemenangan lantas menghentikan pertarungan mereka dan berlari menghampiri suara teriakan itu. Lawan mereka, yaitu anak buah Theano tertawa penuh kemenangan saat menyadari ketua dari lawan mereka sudah hampir tumbang. Wajah-wajah penuh kekhawatiran tampak jelas mengelilingi Rezvan yang terkulai lemas dengan Kalandra di sebelahnya. Laki-laki itu segera menyuruh seseorang untuk memanggil ambulan agar sahabatnya dapat segera ditangani. Tanpa akhir yang diharapkan, pertarungan ini selesai dengan kekecewaan. Perdamaian yang menjadi tujuan kini hirap tak berbekas. Theano dan antek-anteknya tertawa lepas melihat kekalahan dari rivalnya, Rezvan. Lagi, tentang Tanisha yang sudah mengetahui yang sebenarnya, entah apa yang akan terjadi dengan hak itu. Tak lama setelah dipanggil, ambulan pun datang dan segera mengeluarkan tandu untuk membantu mengangkat Rezvan masuk ke dalam mobil

DMCA.com Protection Status