Sudah hampir dua minggu sejak kejadian Nur memergoki Dara diantar pulang Ben. Nur masih memendam kemarahan yang membara. Hatinya masih bergelora mengingat kejadian malam itu. Meskipun Dara sudah mengungkapkan ceritanya, namun Nur tidak percaya begitu saja. Dia tidak bisa mengecek kebenaran cerita Dara.
Nur mengambil rokoknya dan berdiri di dekat jendela ruangannya. Dia buka jendela lebar-lebar agar udara masuk dan asap rokoknya keluar. Nur merasa hari itu panas sekali. Sinar matahari bersinar dengan kuat dan serasa seluruh atap-atap yang terlihat dari jendela ruangannya itu memekik kepanasan. Belum lagi ditambah dengan hiruk pikuk kesibukan di bengkel bawah.
Nur sudah melaksanakan rencananya. Dia, dengan mempertaruhkan segala harga dirinya, bercerita pada Celo tentang Ben. Nur meminta Celo untuk mengganti Ben dengan dokter yang lain. Ingatannya melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu.
“Sweetheart, aku bisa minta bantuan?” tanya Nur ke
Nur mengendarai mobilnya menuju kota kelahirannya. Dia memutuskan lewat tol saja untuk menghemat waktu. Sepanjang jalan itu, Nur merasakan penyesalan yang mendalam. Beberapa kali dia pukul setir mobil Avanza itu. Nur benar-benar frustasi dan membenci dirinya sendiri.“Kenapa aku tidak pernah bisa menolak permintaan Celo untuk berbuat dosa? Kenapa setiap kemauannya selalu aku turuti? Kenapa imanku lemah sekali?” teriak Nur dalam hati.Hampir saja tadi Nur membawa Celo untuk ke Pasuruan. Hampir saja tadi Nur juga goyah imannya untuk menuruti dan mengabulkan semua kemauan Celo. Dia sedang tidak ingin dekat dengan Celo. Hatinya sekarang sedang limbung dan galau. Dia sudah tidak ingin berbuat dosa lagi. Oleh karena itu, Nur tadi sesegera mungkin menyelesaikannya.“Semoga saja Celo tidak sadar dengan perubahan ini.” batin Nur.Ingatannya melayang pada kejadian di ruangan Celo tadi.“Maaf Sweetheart, aku enggak
Nur duduk di kursi meja makan. Wajahnya serius ditutupi oleh kedua telapak tangannya. Dia menyesali perbuatannya akhir-akhir ini. Hatinya terkoyak dan hancur karena penyesalan tersebut. Nur berpikir bahwa kata-kata ibunya kemarin memang benar adanya.Saat dia kecil, dia memang berkemauan keras untuk tidak meniru seluruh tingkah laku bapaknya. Dia tidak ingin perempuan lain menjalanui hidup menyakitkan seperti ibunya. Oleh sebab itu, dia mengejar Dara dengan sabar. Oleh sebab itu pula, Dara adalah pacar pertamanya. Dan dia juga berusaha kerasa agar Dara menjadi pacar yang terakhirnya.Tetapi Nur khilaf, dia menjadikan Celo kekasihnya juga disaat dia sedang menjalani pernikahan dengan Dara. Hal yang dia benci saat dia muda dulu telah dilakukannya. Dia menyalahkan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia masuk kedalam lubang itu.Yang terjadi sekarang adalah sebaliknya. Dia adalah fotokopi dari bapaknya. Meski dalam skala yang lebih kecil, tetapi tetap saja, dirinya mai
Dengan sedikit kekecewaan, Dara melepas kepergian Mas Nur. Dengan berat hati pula, Dara melepas pelukannya kepada Mas Nur. Dara sungguh merasa tertekan jika Bu Celo datang hari ini. Namun, Dara sudah berniat, jika Bu Celo datang hari ini, Dara akan meminta penjelasan atas semuanya.Jam sepuluh, Wahid sudah selesai menjalani prosedur. Wahid kini sudah dipindah ke ruang observasi. Dara sengaja tidak menerima pekerjaan terjemah hari ini. Dia tidak ingin seperti dua minggu lalu. Dia tidak ingin membuat Mas Nur cemburu jika Ben harus mengantarnya lagi malam nanti. Dia ingin naik taksi online saja jika nanti malam Mas Nur tidak bisa dihubungi.Pintu kamar Wahid diketuk. Hati Dara berdebar. Dara mengira kalau Bu Celo yang datang. Tetapi tidak, Ben yang datang bersama perawat.“Pagi Bu Dara. Bagaimana kabarnya hari ini?” sapa Ben ketika menjumpai Dara di depan pintu kamar.“Baik. Dokter sendiri bagaimana?” jawab Dara dengan sopan.
Dara, yang masih duduk di sofa, mengambil nafas dalam-dalam lagi dan mmenghembuskannya kuat-kuat. Dara mencoba melupakan semua kata-kata Gun barusan.“Apakah benar Mas Nur selingkuh dengan Bu Celo?” bisik Dara pelan.Akhirnya, Dara mengikuti instingnya. Dia harus membuktikan sendiri. Dia harus melihat sendiri. Dia memutuskan untuk pergi ke bengkel dan mengecek sendiri kata-kata Gun. Entah salah atau benar Dara harus melihat sendiri.Wahid bisa dititipkan sebentar kepada para perawat yang sedang bertugas. Dara bisa beralasan untuk menyampaikan kabar bagus dari Ben tentang donornya Wahid.Akhirnya, jam sebelas lebih lima Dara berangkat ke bengkel dengan taksi online. Dara sampai di bengkel jam sebelas lebih tiga puluh. Dara menuju ke meja resepsionis.“Permisi Mbak, saya mau ketemu Pak Nur. Pak Nur ada tidak ya?” ucap Dara pada seorang gadis di meja resepsionis itu.“Mohon maaf Ibu siapa?” tanya gad
“Tidak, apakah Dara melihat kita Nur?” tanya Celo ketika Nur berhenti di depan ruangannya.Nur mengangguk. Dia menggaruk dahinya.“Terus bagaimana ini Nur?” tanya Celo dengan wajah panik.“Aku enggak tahu Cel.”“Kamu kejar dia. Kamu minta maaf sama Dara. Kamu jelaskan semuanya, semoga dia bisa mengerti. Kamu tahu kan aku mencintaimu?”Nur mengangguk.Nur menatap wajah Celo. Nur mencari sesuatu di wajah tersebut. Namun yang tampak bagi Nur adalah sebuah wajah ketulusan dan kesungguhan.Nur mengangguk. Nur memegang tangan Celo, mengecup kening Celo, lalu berkata, “Terima kasih ya Sweetheart.”Celo mengangguk dan tersenyum.“Aku juga mencintaimu” bisik Nur di telinga Celo lembut.Nur lalu melangkahkan kakinya menuju tangga. Dia pikir, Dara pasti sudah keluar bengkel dan mungkin saja masih menunggu taksi. Namun, ketika dia sudah berada di
Nur bertanya pada hatinya, siapa yang lebih dia cintai, Dara atau Celo. Dara adalah perempuan yang mau menerima dia apa adanya, menemaninya di saat dia sedang susah sampai sekarang. Tapi Dara ada kemungkinan berselingkuh dengan Ben. Meski Dara menyangkalnya, Nur belum percaya seratus persen.Nur juga mencintai Celo. Celo datang terakhir, disaat dia sudah bersama Dara. Bukan berarti kalau dia bertemu dengan Celo terlebih dulu, Nur bisa saja memilih Celo menjadi pendamping hidupnya. Celo juga menjadi sumber dari semua kemakmurannya hari ini. Bisa saja ketika dia melepaskan Celo, semua kemakmuran ini juga akan ikut hilang. Terlebih lagi dengan perawatan Wahid, hal yang paling membuat Nur berat untuk melepaskan Celo.Apa jadinya dengan Wahid begitu dia memutuskan untuk berhenti berhubungan dengan Celo sekaligus mundur dari bengkel? Tentu saja Celo tidak akan mau memberikan semua bantuan ini dengan cuma-cuma. Hanya inilah akibat dari meninggalkan Celo.“Entahla
Malu, hanya satu kata itu yang bisa melukiskan perasaan Anwar sekarang. Karena terlalu malunya, Anwar tidak keluar dari ruang gimnastiknya. Selama hampir satu jam, dia memukuli samsak itu untuk melampiaskan emosi dan rasa malunya.“Dasar tukang pelet! Berani-beraninya dia memecatku.”Dianggapnya samsak itu adalah Celo, si tukang pelet. Dia pukuli dan tendang samsak itu. Dia tumpahkan semua emosinya.“Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus menuntut balas terhadap semua perlakuan yang membuatku malu ini. Si tukang pelet itu beserta gundiknya harus mendapatkan balasan yang setimpal.” Kata Anwar pada dirinya sendiri saat dia berhenti sebentar memukuli samsak itu karena kehabisan nafas. “Bagaimana si tukang pelet itu tahu kalau aku mendompleng penggelapan uang Gun, orang bodoh kepala gudang itu? Hanya aku dan Toni yang tahu soal itu. Dan enggak mungkin Toni. Dia terlalu setia sama aku. Enggak mungkin Toni melapor pada si tukan
Semua sudah siap. Anwar melihat jam tangannya, jam dua siang. Hatinya senang bukan kepalang. Kalau urusan ini lancar dan sukses, malam nanti dialah yang menjadi pemilik sah bengkel besar itu. Dia berhasil menyingkirkan semuanya.Toni memang bisa diandalkan untuk hal semacam ini. Toni memang menjadi bawahannya di bengkel tapi kesetiaan kepadanya melebihi seekor anjing pada tuannya. Toni ini merupakan anak dari tetangganya di daerah sana. Namun, dia berhasil menguasai Toni ini karena dialah yang berjasa memasukkan Toni untuk bekerja di bengkel. Oleh sebab itu, kesetiaan Toni hanya ada padanya.Sesuai ide Toni juga bahwa lebih baik menggunakan tiga mobil. Dua mobil berada di rumah sakit internasional. Satu mobil bertugas mengambil dan memasukkan paksa anak istri si tukang pelet, sedangkan yang satunya bertugas mengalihkan perhatian. Toni dan satu orang lagi membawa satu mobil yang lain bertugas untuk mengambil paksa si tukang pelet. Toni juga menyarankan untuk menutup waj