"Banyak yang terjadi, semenjak kau meninggalkan Indonesia,” ujar Ridel tersenyum getir. Dokter Feli memilih menghentikan kegiatan makannya dan memperhatikan reaksi Ridel. Dia merasakan ada yang tidak beres. "Jangan katakan kalau pada akhirnya keluarga Mauren berhasil membunuh Fania!" tanya Dokter Feli terkejut, tapi jelas sekali ada nada ketakutan di dalamnya. "Fania sudah sembuh, bahkan dia telah menikah dan memiliki anak kembar!" jawab Ridel pelan, kepalanya menunduk dalam-dalam. "Syukurlah, berarti usaha kamu tidak sia-sia! Aku kagum lo sama kamu, padahal jelas-jelas Fania bukan keluargamu tapi kamu tetap berusaha yang terbaik buat gadis itu!" ujar dokter Feli kembali meneruskan kegiatan makannya. "Karena aku mencintainya,” jawab Ridel pelan. Sendok yang dipegang oleh Dokter Feli langsung jatuh saking terkejutnya. "Ap-ap-apa aku tidak salah dengar?" tanya dokter Feli terbata-bata. Ridel memilih menceritakan kejadian yang menimpahnya. Bagaimana awal dia menyadari ka
***Ridel menarik nafas panjang, ternyata menemui James lebih sulit dari pada bertemu dengan Edgar.Kegagalan demi kegagalan membuat Ridel merasa seperti tidak berharga. Langkah kakinya berhenti disebuah bar, di sana dia meneguk alkohol tanpa kontrol. Pikirannya kacau, terpecah menjadi beberapa bagian. Kekecewaan, kerinduan, putus asa menjadi satu.Alkohol merupakan pilihan tepat untuknya, karena setiap tegukan membuatnya sejenak melupakan semua masalah yang menerpa kehidupannya. Setelah membayar, berlahan Ridel berjalan menelusuri trotoar dengan terhuyung-huyung.Langkah kaki Ridel terhenti di tempat yang sepi, dia dicegat oleh orang tidak dikenal. Mereka mengambil dompet, ponsel, jam dan barang lainnya yang bisa dijadikan uang."Ambil saja semuanya! Itu tidak berharga untukku!" ujar Ridel tersenyum.Bukkk !!! Brakkk !!! Pafff !!!Tiba-tiba dari arah berlawanan seorang gadis memukul mundur para perampok. Dengan ketakutan, para perampokan meninggalkan semua hasil rampokan dan memil
Ketika sinar matahari mengintip dari balik kaca raksasa, yang menjadi dinding pengaman ruang kamarnya, Ridel membuka matanya secara berlahan. Dia memegang kepalanya yang terasa nyeri. Di mana aku? Apa yang terjadi? Kenapa kepalaku terasa pening?Detik berikutnya, Ridel mengingat ketika menyelesaikan tugas sebagai pembersih di restoran termahal di kota itu. Ridel tidak langsung kembali ke hotel, tapi dia menghabiskan waktu dengan alkohol disebuah bar. Ya, dokter Feli tidak bisa apa-apa ketika Ridel memilih menjadi pelayan di restoran itu dari pada identitasnya terbongkar. Ridel yang belum menyadari kejadian semalam memilih duduk di kasur. Dia terkejut, ketika menemukan tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Bukan itu saja, di sana bahkan ada kaos wanita yang telah sobek. Apa yang terjadi semalam? Kenapa ada kaos wanita di kamarku? Siapa yang berani masuk ke kamarku dan mengganti sprei kasur? Pertanyaan itu muncul di benak Ridel. Tapi, saat melihat sekelilingnya dia sadar kalau itu bu
Ketika sadar, Ridel menatap sekelilingnya. Dia tidak sendirian. Di sana ada beberapa orang yang berdiri di hadapannya, termasuk seorang pria yang mengenakan jubah dokter. Bodoh! Aku memang bodoh! Kenapa bisa-bisanya pingsan di dalam bathtub? Memalukan! "Apakah Anda baik-baik saja?" "Maaf, tapi setiap masalah pasti ada jalan keluar! Jangan mengambil jalan pintas!" "Apa Anda tidak merasakan dinginnya air dalam bathtub kamar mandi? Kamu menghidupkan pendingin air-nya full!" Ridel hanya mampu menunduk, "Maaf, aku akan ganti rugi semua kerusakan aset hotel." "Ini bukan masalah kerusakan aset hotel." "Aku bukan mau bunuh diri, aku hanya berendam dan menenangkan diri. Kemudian aku tidak ingat apa-apa lagi. Maaf kalau membuat kalian semua khawatir?" Ridel menundukkan kepalanya.Meskipun sudah ditolak oleh manager, tapi Ridel tetap bersikeras membayar semua kerugian yang dialami pihak hotel. Mobil meluncur pelan membawa Ridel menuju hotel tempatnya menginap. Selama dalam perjalana
"Ap-ap-apa Anda adalah Ridel Liu? Pewaris tunggal Perusahaan RnB!" tanya sang manajer dengan terbata-bata. "Bukankah ini cukup menjawab pertanyaan Anda?" Ridel menatap sang manajer tanpa berkedip. "Maafkan aku, Pak Ridel. Aku benar-benar tidak mengetahui kalau itu Anda," Revan sang manager memohon maaf dan bersimpuh di kaki Ridel. "Urus pemecatan manager arogan ini segera, aku tidak mau ada penundaan! Kalau tidak, maka kamu yang akan aku pecat!" bentak Ridel emosi menatap penanggung jawab restoran. Dia sama sekali tidak perduli dengan Revan yang bersimpuh di kakinya. "Ba-ba-baik pak," jawab Pria itu dengan terbata-bata. "Dan kamu! Ingat baik-baik, kesombongan hanya akan menghancurkan hidupanmu sendiri! Satu lagi, wanitaku bukanlah gadis matre seperti kebanyakan wanita yang mendekati Anda, tuan Revan yang terhormat," ketus Ridel sebelum meninggalkan restoran. ***Sementara itu di sebuah rumah mewah, terjadi perdebatan antara Jenny putri pemilik hotel dengan sang ayah. "Ap
Bastian Domanic merupakan pengusaha yang bergerak dibidang perhotelan dan pertokoan, memiliki putri tunggal bernama Jenny Domanic.Bagi anak buah Bastian, menghilangkan jejak perjalanan Jenny pada malam kejadian bukanlah hal yang sulit. Begitupun bagi Jenny. Bentuk tubuh, tinggi, warna kulit, rambut lurus panjang membuatnya dengan mudah meniru gaya gadis yang membawa Ridel ke hotel. Karena hanya butuh langkah kecil yaitu mewarnai rambutnya yang semula merah maron menjadi hitam kecoklatan.Jenny menatap penampilan barunya didepan cermin yang berada di dalam kamarnya. Dia mengibaskan rambutnya, memastikan kalau penampilannya kali ini benar-benar sempurna."Ridel, pokoknya siapapun namamu, aku sama sekali tidak peduli! Yang aku inginkan hanyalah dirimu!" ujar Jenny menatap bayangan dirinya di cermin dengan tersenyum.Menaklukkan pria seperti mu bukanlah hal yang mudah. Namun, melihat mu berlarian hotel, bahkan hampir kehilangan nyawa, membuatku ingin menjadi pendamping mu selamanya. Mes
Bukkk !!!Ridel berteriak dan meninju lantai dengan keras. Darah segar yang mengalir dari kepalan tangannya sama sekali tidak dirasakan Ridel. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana dengan Fania? Bukankah aku ke sini untuk menemukan jejak penulis naskah drama itu, supaya menemukan petunjuk keberadaan Fania? Bagaimana dengan si kembar? Bagaimana dengan orangtuaku? Memikirkan semua itu membuat hidup Ridel seperti berakhir. Dia merasa hidupnya kali ini benar-benar hancur.Ponsel Ridel kembali berbunyi, pesan masuk.[Apa setelah menghancurkan masa depanku, kamu mau melarikan diri!? Ke mana hati nuranimu? Apa kamu pikir aku wanita malam? Aku wanita baik-baik, yang hidupnya sudah hancur oleh Pria yang aku tolong!]Kembali Ridel meninju lantai dengan keras, menggunakan tangan yang sama. Darah semakin banyak mengalir, tapi Ridel sama sekali tidak perduli.Ridel memilih melangkah keluar kamar hotel dengan lunglai, menelusuri trotoar. Semua yang berpapasan dengannya memilih menghindar ketika m
*****Fania yang semula cuek dan hanya menjadi pendengar, terkejut ketika mendengar sang manager menyebut nama Ridel Liu. "Apa?" tanya Fania terkejut mendengar setiap kata yang keluar dari mulut sang manajer. "Karyawan restoran termahal di kota ini ternyata tajir melintir. Aku tidak tahu kenapa dia menjadi babu di restorannya sendiri. Semua terbongkar ketika dia kesal sama sang manajer dan langsung memecatnya!" "Terus?" "Hari ini dia akan menikahi Jenny, anak Bastian Domanic!" jawab sang manajer. 'Jadi kamu ke sini, bahkan rela menjadi pelayan restoran semua hanya untuk gadis yang telah menggantikan posisi Nadia di hatimu? Ternyata selama ini aku salah. Dalam hatimu sudah bukan Nadia lagi, tapi gadis yang tinggal di negeri ini.' "Kamu kenapa diam saja?" "Terus aku harus bagaimana? Apa aku harus ke sana dan memberikan mereka selamat? Begitu?" bentak Fania emosi. "Kenapa kamu jadi marah-marah sama aku? Aku hanya menyampaikan berita yang aku dengar. Lagian kalau beritanya
___ "Tidak! Pasti buka, Ridel," teriak Fania tersadar dari pingsannya. "Apakah anda baik-baik saja? Tadi anda pingsan di bandara. Jadi kami melarikan mu ke rumah sakit." "Saya tidak butuh ke rumah sakit. Turunkan aku di sini saja, aku mau menemui Ridel!" tegas Fania dengan pikiran kacau. "Kalau yang kau maksud itu Ridel Liu seorang pengusaha muda. Maka kau tidak perlu turun, karena ambulance ini kebetulan akan menuju ke rumah sakit di mana Ridel berada." "Berita yang sedang beredar itu bohong, kan? Ridel tidak mungkin meninggal, kan?" teriak Fania histeris. Bukannya memberi jawaban, mereka justru diam membisu. Begitu tiba di rumah sakit, Fania langsung saja turun dan berlari menuju di mana ruangan Ridel berada. "Berita yang beredar luas itu bohong, kan, Alex?! Ridel tidak mungkin meninggal, kan? Jawab!" teriak Fania mengguncang pundak Alex ketika dia melihat Alex. Airmata terus saja mengalir membasahi wajah cantiknya. Tangisan Fania meledak, ketika dua perawat mendor
*** Raya mundur selangkah demi selangkah, kakinya terasa lemas. Tubuh yang lemah itu jatuh hampir menyentuh lantai kalau saja terlambat ditangkap oleh sang suami yang baru saja selesai mengangkat telepon dari anak keduanya. "Putra kita tidak mungkin meninggal kan, yah? Aku pasti sedang bermimpi! Bangunkan aku. Aku ingin melihat putraku," bisik Raya lemah.Dia membenamkan wajahnya di dada bidang sang suami. Pakaian yang dikenakan Liu basah oleh airmata sang istri. Sejenak Bernad Liu diam membisu, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari mulut si istri, sampai akhirnya dia memilih bertanya, "Dokter, apa yang dikatakan istriku benar? Apa Anda tidak salah memberi informasi?" airmata mengalir dari kelopak mata Liu. Hatinya terluka, luka yang tidak bisa diobati dengan cara apapun. Dokter menatap pasangan suami istri itu, bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa pasangan suami istri ini justru menangis? Apa aku mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan mereka? Tapi apa?! Buk
Tidak ingin mengambil resiko, dokter langsung saja menelepon Direktur dan memintanya datang ke ruangan Ridel segera. Tanpa memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Direktur mengirim pesan kepada sang dokter yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri. Dokter terbaik yang sengaja didatangkan dari negeri seberang untuk menangani Ridel. [Setelah penandatanganan kontrak ini, aku langsung ke sana. Aku sudah menyuruh asistenku menemui kamu lebih dulu. Maaf atas ketidak-nyamanannya. Aku harap kamu maklum, keluarga Liu masih shock akan kejadian yang menimpah putra tunggal mereka.] Ya! Yang ada dipikiran Direktur rumah sakit hanya satu, pasti keluarga Liu tidak mengisinkan sahabatnya masuk. Direktur merasa itu wajar karena sahabatnya itu sama sekali tidak memiliki garis wajah orang Indonesia atau negara lainnya di Asia, karena dia murni keturunan barat. Setelah penandatanganan selesai, Direktur langsung melangkahkan kakinya menuju ruang perawatan Ridel. ‘Astaga! Apa sebenarnya yang ada dibe
*** Akhirnya Fania dapat bernafas lega ketika pesawat mendarat dengan selamat di negera kebanggaannya, Indonesia. Bagaimana caraku masuk ke dalam rumah sakit? Pasti penjagaan di dalam sangat ketat, apalagi ini berkaitan dengan percobaan pembunuhan! Bagaimana kalau kepulangan ku kali ini justru membuat kondisi Ridel semakin memburuk? Bukankah Ridel sangat membenciku? Bagaimana juga kondisi si kembar? Kenapa aku harus jatuh cinta pada pria yang tidak bisa mencintaiku? Kalau dia menyayangi si kembar itu wajar, walau bagaimanapun dalam darah si kembar mengalir darahnya! Pertanyaan, keraguan, ketakutan, menjadi satu dalam benak Fania. Namun kerinduan mengalahkan semuanya. Ya! Lama berada di negeri seberang membuat Fania merindukan si kembar dan Ridel. Apalagi kejadian di malam panas itu membuat Fania sadar kalau tidak ada satu orangpun yang mampu menggantikan Ridel dihatinya. Dengan tekad yang bulat, Fania menyusun rencana sebaik mungkin. Karena hanya dengan rencana yang matang maka d
***"Kamu," menunjuk salah satu perawat. "Ambil obat yang tertulis diresep ini sekarang juga!" Dokter itu memberikannya kertas yang bertuliskan resep obat. Jelas sekali ketegangan dari pancaran mata dokter itu.Ketakutan Bernad Liu dan Raya semakin bertambah ketika melihat satu demi satu dokter berlarian memasuki ruang perawatan Ridel. Apalagi ketika ada alat-alat lain yang juga didorong memasuki ruangan.Melihat hal itu membuat Raya ketakutan dan berbisik lemah di telinga sang suami, "Putra kita akan baik-baik saja, kan?" airmata kembali lolos dari pelupuk mata wanita yang berstatus ibu dari pasien yang tengah berjuang diujung kematiannya.Setelah menunggu lama akhirnya seorang dokter membuka pintu.Suami istri itu langsung berlari kearah dokter dengan airmata yang tidak terbendung. "Bagaimana keadaan anak kami, dokter? Dia baik-baik saja kan!"Dokter itu menatap pasangan suami-istri itu, kemudian menarik nafas panjang."Dokter, bagaimana putra saya?" Raya kembali bertanya ketakutan.
“Tidak! Tidak mungkin!” Alvaro menggelengkan kepalanya kuat-kuat. “Kau berbohong kan, Nak? Bukankah waktu itu kau sendiri yang mengatakan pada ayah tiga tahu lalu? Bukan itu saja, bahkan bajingan ini bersedia berlutut dan memohon ampun pada ayah,” ketus Alvaro tidak percaya. “Pelakunya adalah bos di mana ayah bekerja. Pria bejat itu tahu persis, malam itu ayah tidak bisa membawa laporan secara langsung padanya. Karena kondisi ibu yang menurun drastis. Bukan hanya memperkosaku saja, tapi pria itu juga mau melemparkan aku ke bawah jembatan yang ber-air deras agar aku meninggal. Hanya dengan cara itu, dia bisa tenang menjalani hidupnya,” ujar Nanda lemas, hatinya terasa hancur.Ya! Hati Nanda hancur, ketika mengingat kejadian tragis yang menimpahnya tiga tahun lalu. Dia bahkan harus rela membatalkan pernikahan secara sepihak, tanpa alasan apapun. Sekarang hati Nanda tambah hancur, ketika menemukan sang ayah justru membuat Ridel harus terbaring koma dengan kemungkinan hidup yang sangat
"Sudah aku katakan, bukan aku pelakunya! Anda bertugas sebagai polisi, tapi inikah cara kalian meng-interogasi masyarakat kelas bawah? Lepaskan aku, Brengsek! Negara membayar kalian bukan untuk membeda-bedakan masyarakat!" umpat Alvaro semakin emosi. "Kami akui, kamu sangat pintar dan teliti sehingga mampu membuat polisi sama sekali tidak menemukan bukti apapun! Mungkin kalau tragedi ini menimpa orang lain, sudah pasti kamu akan hidup tenang sampai akhir hayatmu. Hanya saja kali ini yang Anda hadapi adalah keluarga Liu. Walaupun mustahil untuk menemukan siapa penyetok racun mematikan itu, tapi bukankah 0,01% juga merupakan suatu harapan? Hal itulah yang kami alami. Anak buah Bernad Liu berhasil menangkap penyetok racun itu dan dia sudah mengakui semuanya. Racun itu diracik khusus atas permintaan Anda." Ya, saat anak buah Adrian menjemput Alvaro di rumahnya, anak buah Bernad Liu menemukan peracik racun mematikan itu. Setelah bukti didapat mereka langsung menyeret pria paruh bayah
*** Siang berganti malam, malam berganti siang, jam terus saja berdetak, pertanda hari terus berganti. Namun tidak demikian dengan Ridel, pria itu tetap saja terbaring dalam kondisi koma, oksigen menjadi bagian dari tubuh Ridel, detak jantung Ridel sesekali berhenti sehingga membuat dokter menyediakan alat kejut jantung diruang perawatan Ridel. Bernad Liu dan sang istri membagi tugas. Kalau Bernad Liu berada di rumah sakit untuk mengawasi setiap perkembangan sang putra, berbeda dengan sang istri. Raya justru di rumah mendampingi si kembar. Meskipun Raya ingin menemani sang putra, tapi dia juga tak mau egois, si kembar membutuhkannya. Jadi Raya dan putrinya secara bergiliran menjaga si kembar dan mengunjungi Ridel di rumah sakit. Penjagaan pada anggota keluarga Liu di perketat. Sedangkan Perusahaan RnB untuk sementara waktu dikendalikan oleh Alex Smith. Meskipun tidak sadarkan diri, tapi setiap hari Alex mampir walau hanya sekedar mengomel agar Ridel segera bangun. Dia yakin m
---“Haha … itu bukan anakku, Brengsek! Kau ingin aku membunuhmu? Begitu? Kau benar-benar gila, mendoakan putraku bernasib naas seperti itu! Sekali lagi aku mendengar kau mengatakan hal tragis seperti itu tentang putraku, akan ku habisi nyawanmu dengan tanganku sendiri!” ketus istri Bernad Liu tertawa, sekaligus emosi. Dia pikir apa yang didengarnya hanya suatu candaan semata dan baginya itu sudah melewati batas.Dokter yang diutus untuk pemberitahuan resmi itu kebingungan dan berguman dalam hati, 'Bagaimana ini? Ibu Raya sama sekali tidak percaya!'Setelah mempertimbangkan akibatnya maka dokter itu memilih jalan aman, "Aku juga tidak terlalu yakin, tapi sebaiknya ibu Raya memastikan sendiri yang sedang terbaring itu Ridel atau bukan, bagaimana? Aku seorang dokter, ini Id.card dan KTP aku sebagai bukti kalau aku orang baik dan bukan berniat jahat kepada ibu."Setelah melihat identitas sang dokter, akhirnya Raya memilih mengukuti dokter dengan perasaan tak menentu. Tidak! Itu pasti buk