***Keesokkan harinya atas restu orangtuanya, Ridel terbang ke negeri seberang. Begitu turun dari pesawat, Ridel menatap sekelilingnya. Suasana yang sangat tidak asing baginya, karena ini bukan untuk pertama kalinya dia menginjakkan kakinya di negeri itu. Ridel segera naik ke dalam mobil yang telah menunggunya menuju hotel yang telah dipesannya. 'Siapa Ana Muller? Suara gadis itu sangat tidak asing bagiku, suaranya agak mirip dengan Fania tapi gaya bicaranya saja yang berbeda! Tapi tidak mungkin itu Fania, karena wajah dan tubuh mereka juga berbeda!' Ya, Ridel tidak dapat membedakan Ana dan Fania. Karena saat bersama Ridel, tidak sekalipun Fania memakai pakaian yang mencetak bentuk tubuhnya. Apalagi menggunakan makeup. Satu hal yang pasti, sejujurnya Ridel sama sekali tidak pernah perduli soal penampilan Fania karena cintanya tulus tanpa syarat. Brakkk !!! Auw ... Seorang gadis menjerit kesakitan ketika jatuh di trotoar, akibat tabrakan yang tidak disengaja. "Maaf, saya tadi
"Banyak yang terjadi, semenjak kau meninggalkan Indonesia,” ujar Ridel tersenyum getir. Dokter Feli memilih menghentikan kegiatan makannya dan memperhatikan reaksi Ridel. Dia merasakan ada yang tidak beres. "Jangan katakan kalau pada akhirnya keluarga Mauren berhasil membunuh Fania!" tanya Dokter Feli terkejut, tapi jelas sekali ada nada ketakutan di dalamnya. "Fania sudah sembuh, bahkan dia telah menikah dan memiliki anak kembar!" jawab Ridel pelan, kepalanya menunduk dalam-dalam. "Syukurlah, berarti usaha kamu tidak sia-sia! Aku kagum lo sama kamu, padahal jelas-jelas Fania bukan keluargamu tapi kamu tetap berusaha yang terbaik buat gadis itu!" ujar dokter Feli kembali meneruskan kegiatan makannya. "Karena aku mencintainya,” jawab Ridel pelan. Sendok yang dipegang oleh Dokter Feli langsung jatuh saking terkejutnya. "Ap-ap-apa aku tidak salah dengar?" tanya dokter Feli terbata-bata. Ridel memilih menceritakan kejadian yang menimpahnya. Bagaimana awal dia menyadari ka
***Ridel menarik nafas panjang, ternyata menemui James lebih sulit dari pada bertemu dengan Edgar.Kegagalan demi kegagalan membuat Ridel merasa seperti tidak berharga. Langkah kakinya berhenti disebuah bar, di sana dia meneguk alkohol tanpa kontrol. Pikirannya kacau, terpecah menjadi beberapa bagian. Kekecewaan, kerinduan, putus asa menjadi satu.Alkohol merupakan pilihan tepat untuknya, karena setiap tegukan membuatnya sejenak melupakan semua masalah yang menerpa kehidupannya. Setelah membayar, berlahan Ridel berjalan menelusuri trotoar dengan terhuyung-huyung.Langkah kaki Ridel terhenti di tempat yang sepi, dia dicegat oleh orang tidak dikenal. Mereka mengambil dompet, ponsel, jam dan barang lainnya yang bisa dijadikan uang."Ambil saja semuanya! Itu tidak berharga untukku!" ujar Ridel tersenyum.Bukkk !!! Brakkk !!! Pafff !!!Tiba-tiba dari arah berlawanan seorang gadis memukul mundur para perampok. Dengan ketakutan, para perampokan meninggalkan semua hasil rampokan dan memil
Ketika sinar matahari mengintip dari balik kaca raksasa, yang menjadi dinding pengaman ruang kamarnya, Ridel membuka matanya secara berlahan. Dia memegang kepalanya yang terasa nyeri. Di mana aku? Apa yang terjadi? Kenapa kepalaku terasa pening?Detik berikutnya, Ridel mengingat ketika menyelesaikan tugas sebagai pembersih di restoran termahal di kota itu. Ridel tidak langsung kembali ke hotel, tapi dia menghabiskan waktu dengan alkohol disebuah bar. Ya, dokter Feli tidak bisa apa-apa ketika Ridel memilih menjadi pelayan di restoran itu dari pada identitasnya terbongkar. Ridel yang belum menyadari kejadian semalam memilih duduk di kasur. Dia terkejut, ketika menemukan tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Bukan itu saja, di sana bahkan ada kaos wanita yang telah sobek. Apa yang terjadi semalam? Kenapa ada kaos wanita di kamarku? Siapa yang berani masuk ke kamarku dan mengganti sprei kasur? Pertanyaan itu muncul di benak Ridel. Tapi, saat melihat sekelilingnya dia sadar kalau itu bu
Ketika sadar, Ridel menatap sekelilingnya. Dia tidak sendirian. Di sana ada beberapa orang yang berdiri di hadapannya, termasuk seorang pria yang mengenakan jubah dokter. Bodoh! Aku memang bodoh! Kenapa bisa-bisanya pingsan di dalam bathtub? Memalukan! "Apakah Anda baik-baik saja?" "Maaf, tapi setiap masalah pasti ada jalan keluar! Jangan mengambil jalan pintas!" "Apa Anda tidak merasakan dinginnya air dalam bathtub kamar mandi? Kamu menghidupkan pendingin air-nya full!" Ridel hanya mampu menunduk, "Maaf, aku akan ganti rugi semua kerusakan aset hotel." "Ini bukan masalah kerusakan aset hotel." "Aku bukan mau bunuh diri, aku hanya berendam dan menenangkan diri. Kemudian aku tidak ingat apa-apa lagi. Maaf kalau membuat kalian semua khawatir?" Ridel menundukkan kepalanya.Meskipun sudah ditolak oleh manager, tapi Ridel tetap bersikeras membayar semua kerugian yang dialami pihak hotel. Mobil meluncur pelan membawa Ridel menuju hotel tempatnya menginap. Selama dalam perjalana
"Ap-ap-apa Anda adalah Ridel Liu? Pewaris tunggal Perusahaan RnB!" tanya sang manajer dengan terbata-bata. "Bukankah ini cukup menjawab pertanyaan Anda?" Ridel menatap sang manajer tanpa berkedip. "Maafkan aku, Pak Ridel. Aku benar-benar tidak mengetahui kalau itu Anda," Revan sang manager memohon maaf dan bersimpuh di kaki Ridel. "Urus pemecatan manager arogan ini segera, aku tidak mau ada penundaan! Kalau tidak, maka kamu yang akan aku pecat!" bentak Ridel emosi menatap penanggung jawab restoran. Dia sama sekali tidak perduli dengan Revan yang bersimpuh di kakinya. "Ba-ba-baik pak," jawab Pria itu dengan terbata-bata. "Dan kamu! Ingat baik-baik, kesombongan hanya akan menghancurkan hidupanmu sendiri! Satu lagi, wanitaku bukanlah gadis matre seperti kebanyakan wanita yang mendekati Anda, tuan Revan yang terhormat," ketus Ridel sebelum meninggalkan restoran. ***Sementara itu di sebuah rumah mewah, terjadi perdebatan antara Jenny putri pemilik hotel dengan sang ayah. "Ap
Bastian Domanic merupakan pengusaha yang bergerak dibidang perhotelan dan pertokoan, memiliki putri tunggal bernama Jenny Domanic.Bagi anak buah Bastian, menghilangkan jejak perjalanan Jenny pada malam kejadian bukanlah hal yang sulit. Begitupun bagi Jenny. Bentuk tubuh, tinggi, warna kulit, rambut lurus panjang membuatnya dengan mudah meniru gaya gadis yang membawa Ridel ke hotel. Karena hanya butuh langkah kecil yaitu mewarnai rambutnya yang semula merah maron menjadi hitam kecoklatan.Jenny menatap penampilan barunya didepan cermin yang berada di dalam kamarnya. Dia mengibaskan rambutnya, memastikan kalau penampilannya kali ini benar-benar sempurna."Ridel, pokoknya siapapun namamu, aku sama sekali tidak peduli! Yang aku inginkan hanyalah dirimu!" ujar Jenny menatap bayangan dirinya di cermin dengan tersenyum.Menaklukkan pria seperti mu bukanlah hal yang mudah. Namun, melihat mu berlarian hotel, bahkan hampir kehilangan nyawa, membuatku ingin menjadi pendamping mu selamanya. Mes
Bukkk !!!Ridel berteriak dan meninju lantai dengan keras. Darah segar yang mengalir dari kepalan tangannya sama sekali tidak dirasakan Ridel. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana dengan Fania? Bukankah aku ke sini untuk menemukan jejak penulis naskah drama itu, supaya menemukan petunjuk keberadaan Fania? Bagaimana dengan si kembar? Bagaimana dengan orangtuaku? Memikirkan semua itu membuat hidup Ridel seperti berakhir. Dia merasa hidupnya kali ini benar-benar hancur.Ponsel Ridel kembali berbunyi, pesan masuk.[Apa setelah menghancurkan masa depanku, kamu mau melarikan diri!? Ke mana hati nuranimu? Apa kamu pikir aku wanita malam? Aku wanita baik-baik, yang hidupnya sudah hancur oleh Pria yang aku tolong!]Kembali Ridel meninju lantai dengan keras, menggunakan tangan yang sama. Darah semakin banyak mengalir, tapi Ridel sama sekali tidak perduli.Ridel memilih melangkah keluar kamar hotel dengan lunglai, menelusuri trotoar. Semua yang berpapasan dengannya memilih menghindar ketika m
*****Fania yang semula cuek dan hanya menjadi pendengar, terkejut ketika mendengar sang manager menyebut nama Ridel Liu. "Apa?" tanya Fania terkejut mendengar setiap kata yang keluar dari mulut sang manajer. "Karyawan restoran termahal di kota ini ternyata tajir melintir. Aku tidak tahu kenapa dia menjadi babu di restorannya sendiri. Semua terbongkar ketika dia kesal sama sang manajer dan langsung memecatnya!" "Terus?" "Hari ini dia akan menikahi Jenny, anak Bastian Domanic!" jawab sang manajer. 'Jadi kamu ke sini, bahkan rela menjadi pelayan restoran semua hanya untuk gadis yang telah menggantikan posisi Nadia di hatimu? Ternyata selama ini aku salah. Dalam hatimu sudah bukan Nadia lagi, tapi gadis yang tinggal di negeri ini.' "Kamu kenapa diam saja?" "Terus aku harus bagaimana? Apa aku harus ke sana dan memberikan mereka selamat? Begitu?" bentak Fania emosi. "Kenapa kamu jadi marah-marah sama aku? Aku hanya menyampaikan berita yang aku dengar. Lagian kalau beritanya
Bukkk !!!Ridel berteriak dan meninju lantai dengan keras. Darah segar yang mengalir dari kepalan tangannya sama sekali tidak dirasakan Ridel. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana dengan Fania? Bukankah aku ke sini untuk menemukan jejak penulis naskah drama itu, supaya menemukan petunjuk keberadaan Fania? Bagaimana dengan si kembar? Bagaimana dengan orangtuaku? Memikirkan semua itu membuat hidup Ridel seperti berakhir. Dia merasa hidupnya kali ini benar-benar hancur.Ponsel Ridel kembali berbunyi, pesan masuk.[Apa setelah menghancurkan masa depanku, kamu mau melarikan diri!? Ke mana hati nuranimu? Apa kamu pikir aku wanita malam? Aku wanita baik-baik, yang hidupnya sudah hancur oleh Pria yang aku tolong!]Kembali Ridel meninju lantai dengan keras, menggunakan tangan yang sama. Darah semakin banyak mengalir, tapi Ridel sama sekali tidak perduli.Ridel memilih melangkah keluar kamar hotel dengan lunglai, menelusuri trotoar. Semua yang berpapasan dengannya memilih menghindar ketika m
Bastian Domanic merupakan pengusaha yang bergerak dibidang perhotelan dan pertokoan, memiliki putri tunggal bernama Jenny Domanic.Bagi anak buah Bastian, menghilangkan jejak perjalanan Jenny pada malam kejadian bukanlah hal yang sulit. Begitupun bagi Jenny. Bentuk tubuh, tinggi, warna kulit, rambut lurus panjang membuatnya dengan mudah meniru gaya gadis yang membawa Ridel ke hotel. Karena hanya butuh langkah kecil yaitu mewarnai rambutnya yang semula merah maron menjadi hitam kecoklatan.Jenny menatap penampilan barunya didepan cermin yang berada di dalam kamarnya. Dia mengibaskan rambutnya, memastikan kalau penampilannya kali ini benar-benar sempurna."Ridel, pokoknya siapapun namamu, aku sama sekali tidak peduli! Yang aku inginkan hanyalah dirimu!" ujar Jenny menatap bayangan dirinya di cermin dengan tersenyum.Menaklukkan pria seperti mu bukanlah hal yang mudah. Namun, melihat mu berlarian hotel, bahkan hampir kehilangan nyawa, membuatku ingin menjadi pendamping mu selamanya. Mes
"Ap-ap-apa Anda adalah Ridel Liu? Pewaris tunggal Perusahaan RnB!" tanya sang manajer dengan terbata-bata. "Bukankah ini cukup menjawab pertanyaan Anda?" Ridel menatap sang manajer tanpa berkedip. "Maafkan aku, Pak Ridel. Aku benar-benar tidak mengetahui kalau itu Anda," Revan sang manager memohon maaf dan bersimpuh di kaki Ridel. "Urus pemecatan manager arogan ini segera, aku tidak mau ada penundaan! Kalau tidak, maka kamu yang akan aku pecat!" bentak Ridel emosi menatap penanggung jawab restoran. Dia sama sekali tidak perduli dengan Revan yang bersimpuh di kakinya. "Ba-ba-baik pak," jawab Pria itu dengan terbata-bata. "Dan kamu! Ingat baik-baik, kesombongan hanya akan menghancurkan hidupanmu sendiri! Satu lagi, wanitaku bukanlah gadis matre seperti kebanyakan wanita yang mendekati Anda, tuan Revan yang terhormat," ketus Ridel sebelum meninggalkan restoran. ***Sementara itu di sebuah rumah mewah, terjadi perdebatan antara Jenny putri pemilik hotel dengan sang ayah. "Ap
Ketika sadar, Ridel menatap sekelilingnya. Dia tidak sendirian. Di sana ada beberapa orang yang berdiri di hadapannya, termasuk seorang pria yang mengenakan jubah dokter. Bodoh! Aku memang bodoh! Kenapa bisa-bisanya pingsan di dalam bathtub? Memalukan! "Apakah Anda baik-baik saja?" "Maaf, tapi setiap masalah pasti ada jalan keluar! Jangan mengambil jalan pintas!" "Apa Anda tidak merasakan dinginnya air dalam bathtub kamar mandi? Kamu menghidupkan pendingin air-nya full!" Ridel hanya mampu menunduk, "Maaf, aku akan ganti rugi semua kerusakan aset hotel." "Ini bukan masalah kerusakan aset hotel." "Aku bukan mau bunuh diri, aku hanya berendam dan menenangkan diri. Kemudian aku tidak ingat apa-apa lagi. Maaf kalau membuat kalian semua khawatir?" Ridel menundukkan kepalanya.Meskipun sudah ditolak oleh manager, tapi Ridel tetap bersikeras membayar semua kerugian yang dialami pihak hotel. Mobil meluncur pelan membawa Ridel menuju hotel tempatnya menginap. Selama dalam perjalana
Ketika sinar matahari mengintip dari balik kaca raksasa, yang menjadi dinding pengaman ruang kamarnya, Ridel membuka matanya secara berlahan. Dia memegang kepalanya yang terasa nyeri. Di mana aku? Apa yang terjadi? Kenapa kepalaku terasa pening?Detik berikutnya, Ridel mengingat ketika menyelesaikan tugas sebagai pembersih di restoran termahal di kota itu. Ridel tidak langsung kembali ke hotel, tapi dia menghabiskan waktu dengan alkohol disebuah bar. Ya, dokter Feli tidak bisa apa-apa ketika Ridel memilih menjadi pelayan di restoran itu dari pada identitasnya terbongkar. Ridel yang belum menyadari kejadian semalam memilih duduk di kasur. Dia terkejut, ketika menemukan tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Bukan itu saja, di sana bahkan ada kaos wanita yang telah sobek. Apa yang terjadi semalam? Kenapa ada kaos wanita di kamarku? Siapa yang berani masuk ke kamarku dan mengganti sprei kasur? Pertanyaan itu muncul di benak Ridel. Tapi, saat melihat sekelilingnya dia sadar kalau itu bu
***Ridel menarik nafas panjang, ternyata menemui James lebih sulit dari pada bertemu dengan Edgar.Kegagalan demi kegagalan membuat Ridel merasa seperti tidak berharga. Langkah kakinya berhenti disebuah bar, di sana dia meneguk alkohol tanpa kontrol. Pikirannya kacau, terpecah menjadi beberapa bagian. Kekecewaan, kerinduan, putus asa menjadi satu.Alkohol merupakan pilihan tepat untuknya, karena setiap tegukan membuatnya sejenak melupakan semua masalah yang menerpa kehidupannya. Setelah membayar, berlahan Ridel berjalan menelusuri trotoar dengan terhuyung-huyung.Langkah kaki Ridel terhenti di tempat yang sepi, dia dicegat oleh orang tidak dikenal. Mereka mengambil dompet, ponsel, jam dan barang lainnya yang bisa dijadikan uang."Ambil saja semuanya! Itu tidak berharga untukku!" ujar Ridel tersenyum.Bukkk !!! Brakkk !!! Pafff !!!Tiba-tiba dari arah berlawanan seorang gadis memukul mundur para perampok. Dengan ketakutan, para perampokan meninggalkan semua hasil rampokan dan memil
"Banyak yang terjadi, semenjak kau meninggalkan Indonesia,” ujar Ridel tersenyum getir. Dokter Feli memilih menghentikan kegiatan makannya dan memperhatikan reaksi Ridel. Dia merasakan ada yang tidak beres. "Jangan katakan kalau pada akhirnya keluarga Mauren berhasil membunuh Fania!" tanya Dokter Feli terkejut, tapi jelas sekali ada nada ketakutan di dalamnya. "Fania sudah sembuh, bahkan dia telah menikah dan memiliki anak kembar!" jawab Ridel pelan, kepalanya menunduk dalam-dalam. "Syukurlah, berarti usaha kamu tidak sia-sia! Aku kagum lo sama kamu, padahal jelas-jelas Fania bukan keluargamu tapi kamu tetap berusaha yang terbaik buat gadis itu!" ujar dokter Feli kembali meneruskan kegiatan makannya. "Karena aku mencintainya,” jawab Ridel pelan. Sendok yang dipegang oleh Dokter Feli langsung jatuh saking terkejutnya. "Ap-ap-apa aku tidak salah dengar?" tanya dokter Feli terbata-bata. Ridel memilih menceritakan kejadian yang menimpahnya. Bagaimana awal dia menyadari ka
***Keesokkan harinya atas restu orangtuanya, Ridel terbang ke negeri seberang. Begitu turun dari pesawat, Ridel menatap sekelilingnya. Suasana yang sangat tidak asing baginya, karena ini bukan untuk pertama kalinya dia menginjakkan kakinya di negeri itu. Ridel segera naik ke dalam mobil yang telah menunggunya menuju hotel yang telah dipesannya. 'Siapa Ana Muller? Suara gadis itu sangat tidak asing bagiku, suaranya agak mirip dengan Fania tapi gaya bicaranya saja yang berbeda! Tapi tidak mungkin itu Fania, karena wajah dan tubuh mereka juga berbeda!' Ya, Ridel tidak dapat membedakan Ana dan Fania. Karena saat bersama Ridel, tidak sekalipun Fania memakai pakaian yang mencetak bentuk tubuhnya. Apalagi menggunakan makeup. Satu hal yang pasti, sejujurnya Ridel sama sekali tidak pernah perduli soal penampilan Fania karena cintanya tulus tanpa syarat. Brakkk !!! Auw ... Seorang gadis menjerit kesakitan ketika jatuh di trotoar, akibat tabrakan yang tidak disengaja. "Maaf, saya tadi