Tanpa saran dari pengacara pun, Fania tahu persis tidak akan menang dalam pengadilan. Karena di sana sama sekali tidak ada CCTV atau orang yang bisa membuktikan, kalau Fania melepaskan putra kandungnya dalam pengawasan. Fania sadar pembelaan apapun yang nantinya akan diberikan, maka itu bukankah suatu ancaman bagi keluarga Liu. "Aku beri kamu pilihan! Serahkan hak asuh padaku secara sukarela atau aku bawa masalah ini ke pengadilan dan menjebloskanmu ke penjara! Satu lagi tanda tangani surat perceraian kita. Aku bersyukur karena menikahi mu, jadi anak kita tidak akan dikatakan anak haram!" teriak Ridel emosi. Mendengar pernyataan putra tunggalnya membuat Bernad Liu membelalakkan matanya, begitupun sang ibu. Mereka tidak pernah menyangka kalau putra semata wayangnya telah menikah secara diam-diam. "Jangan bercanda, Ridel? Kapan kalian menikah? Di mana kalian menikah? Apa sah atau tidak, ha? Jawab ayah!" teriak Bernad Liu emosi. Aura langsung menggenggam pergelangan tangan suaminy
***"Bagaimana? Apakah kau sudah menemukan sosok yang membantu persalinan wanita brengsek itu?" geram Ridel."Sudah, Bos.""Mana dia?" tanya Ridel."Bawa ke sini wanita itu!" perintah anak buahnya yang lain.Tak butuh waktu lama, seorang wanita diseret masuk secara paksa. "Ini adalah sosok yang membantu persalinan Fania, Bos."Ridel mendekati wanita itu, berjongkok, kemudian meraih dagu wanita itu dan bertanya dengan nada menekan, "Apa benar, kau yang membantu persalinan Fania?"."Siapa, Kau?" tanya sang dokter kebingungan."Jangan banyak tanya! Apa benar kau yang membantu persalinan Fania Mauren? Jawab saja, Brengsek!" teriak Ridel penuh amarah.Sang dokter semakin bingung, "Fania Mauren? Maksudnya?" Ridel tidak menjawab, dia justru mengambil ponsel dari saku jasnya kemudian memperlihatkan foto Fania kepada sang Dokter. "Apa kau pernah membantu persalinan wanita ini?"Sang dokter terdiam sejenak. Sampai akhirnya dia mengajukan pertanyaan, "Apa kau sosok yang membawa bayi kembar laki
Ridel hanya mampu menatap kepergian sang dokter dengan hati yang hancur. Dia sama sekali tidak menyangka kalau kebenaran yang ada justru sebaliknya? Namun, detik berikutnya dia menggelengkan kepalanya. Tidak! Pasti semua ini hanya tipu muslihat wanita brengsek itu untuk mengambil Ifel dari tanganku! Kalau dia benar-benar menyayangi putraku, kenapa dia membiarkan putraku sendirian? Bukankah dia bisa memberikannya langsung kepadaku? Atau setidaknya memastikan sendiri putraku telah berada dalam genggaman ku! Tapi ini? Wanita itu justru membiarkan putraku sendirian. Terlambat sedikit saja, mungkin aku akan kehilangan putraku! "Selidiki lebih lanjut, apa yang sesungguhnya terjadi sebelum dan sesudah Fania melahirkan!" Bukannya menjawab perintah Ridel, anak buahnya justru gemetar ketakutan. Melihat ekspresi anak buahnya, Ridel merasa ada yang tak beres. "Kenapa kalian justru ketakutan? Apa kalian telah menemukan petunjuk lain?" tanya Ridel menatap tajam anak buahnya. Salah seorang ana
Ridel lemas. Dengan cepat sang ibu mengambil bayi laki-laki dari pelukan Ridel dan membaringkannya kembali di dalam box bayi."Ingat hari ini! Jumat 06 Desember 2024, jangan pernah melupakan hari ini! Suatu saat kamu akan menyesali setiap penghinaan yang kamu lemparkan padaku! Mungkin disaat kau menyadarinya, semua sudah terlambat." Kalimat terakhir Fania terus terngiang-ngiang di telinga Ridel, hatinya hancur mengetahui arti dari kalimat orang yang di cintainya.'Bagaimana kalau pria ini justru berubah pikiran di akhir? Tidak! Aku harus mencoba menawarkan uang lebih banyak sebagai pertukaran cincin itu, kemudian menjalankan permintaan pria asing itu untuk bekerja sebagai petugas kebersihan di rumah sakit.' Ridel menatap pria yang berada di samping box bayi perempuan, Ifel. "Dapatkah kau memberikan cincin itu padaku? Aku akan memberikan uang yang banyak, termasuk menjalankan permintaan mu untuk bekerja sebagai petugas kebersihan di rumah sakit A," ujar Ridel mencoba mendapatkan k
*** Brakkk !!! Auw .... Tabrakan yang tidak disengaja, membuat seorang pria tua jatuh terjerembab di lantai. "Maaf, Pak. Saya benar-benar tidak sengaja, tadi saya," Ridel yang hendak membantu pria tua itu berdiri menghentikan kalimatnya, ketika melihat kalau pria tua itu adalah Arzenio. Sosok yang sangat dibencinya. Ridel dapat menebak kelanjutan dari kisah tabrakan yang jelas-jelas menjadi kesalahan pria tua arogan itu. "Oh ... jadi ini kehidupan kamu sekarang. Apa ayahmu mengetahui kalau kau menikahi sekretaris mu sendiri? Sehingga mengusir mu dari rumah?" ujar pria tua itu dengan angkuh. 'Sial! Kenapa aku harus bertemu dengan manusia berhati iblis ini? Aku yakin ini adalah permulaan kesabaranku diuji! Lagipula dari mana dia tahu kalau aku menikahi sekretarisku sendiri? Apa dari Stiven brengsek itu? Apa mungkin rencana dibalik pernikahan itu ada andil dari keluarga Mauren?' Ya, dia tidak pernah menyangka di hari kelimanya bekerja sebagai petugas kebersihan. Dia harus di
***“Dasar keluarga sialan!” geram Bernad Liu ketika menyaksikan bagaimana keluarga Mauren menghina Ridel habis-habisan. Dia langsung menyambar kunci mobil dari atas meja kerjanya.Ya! Kekhawatiran Bernad Liu pada sang putra, membuatnya menghubungkan CCTV rumah sakit langsung ke rumahnya. Namun, belum juga sempat melangkah keluar ruangan, Alex Smith telah menggenggam pergelangan tangan Bernad Liu, “Apakah Pak Liu yakin mau menghampiri Ridel sekarang? Apa Pak Liu yakin Ridel tidak akan murka? Menghampirinya sekarang, bukankah sama saja menghancurkan harapan terakhir Ridel?”“Maksudmu?”“Sejujurnya semakin kejam perbuatan keluarga Mauren dan rekan kerjanya yang lain, maka itu akan lebih menguntungkan bagi Ridel,” Alex memberi pendapatnya. “Lebih baik apanya? Apa kau tidak melihat bagaimana mereka menghina putraku? Dia diperlakukan seperti sampah jalanan!” teriak Bernad Liu murka.“Sepertinya selain Ridel, Fadly juga memahami sosok Fania. Fania bukanlah sosok yang bisa dibeli dengan ua
*** Malam harinya. "Fania, apa kau tak berpikir untuk memberi Ridel kesempatan?" tanya Fadly sambil menunjukkan rekaman yang diambilnya secara diam-diam. "Aku yakin Ridel hanya mencintaimu, Fania. Kalau tidak untuk apa dia menyetujui permintaan kakakku? Bukankah menyetujui permintaan kakakku itu sama saja menurunkan harga dirinya sebagai pewaris perusahaan RnB?" sambung Dewi sambil mengunyah snack kesukaannya. "Bagaimana kondisi kedua anakku?" tanya Fania tanpa menggubris ucapan yang keluar dari mulut kakak beradik itu. Ya! Ketika dipaksa berpisah dengan si kembar, Fania memutuskan kembali meminta bantuan Fadly yang merupakan putra pemilik rumah sakit di mana putra putrinya dirawat. Dia memilih tinggal di rumah kakak beradik itu bukan tanpa alasan. Baginya itu satu-satunya jalan agar dia dengan mudah mendapatkan informasi mengenai perkembangan ke dua anaknya. Ya! Dewi sengaja mendekati Ridel untuk membuktikan kalau selama ini hanya terjadi kesalahpahaman di antara Ridel
"Bagaimana? Apa kau sudah menjalankan perintah ku?" tanya Fadly begitu sampai di tempat tujuan, Bandara. "Sudah, Bos. Namun, tidak ada nama Iriana Wahyuni maupun Fania Tzu yang tercatat dalam penerbangan manapun." Mendengar itu Ridel langsung menelepon. "Blokir semua penerbangan yang ada. Kerahkan semua anak buah untuk mencari keberadaan istriku di dalam pesawat maupun bandara! Cepat!" Tak butuh waktu lama, kini bandara telah dihuni oleh anak buah Ridel maupun Bernad Liu serta Alex Smith. Mereka bersama-sama mencari keberadaan Fania di pesawat yang sebentar lagi akan lepas landas, maupun di sekitar bandara. Namun, hasilnya nihil. Ya! Tanpa disadari Fadly dan Dewi, identitas palsu yang dimintanya itu hanyalah akal-akalan Fania. Sikap Fadly dan Dewi yang polos, membuat Fania yakin kalau keberadaannya cepat atau lambat akan ditemukan oleh Ridel. Entah salah satu dari mereka akan keceplosan atau justru sebaliknya, mereka akan memilih jujur ketika melihat pengorbanan Ridel.
___ "Tidak! Pasti buka, Ridel," teriak Fania tersadar dari pingsannya. "Apakah anda baik-baik saja? Tadi anda pingsan di bandara. Jadi kami melarikan mu ke rumah sakit." "Saya tidak butuh ke rumah sakit. Turunkan aku di sini saja, aku mau menemui Ridel!" tegas Fania dengan pikiran kacau. "Kalau yang kau maksud itu Ridel Liu seorang pengusaha muda. Maka kau tidak perlu turun, karena ambulance ini kebetulan akan menuju ke rumah sakit di mana Ridel berada." "Berita yang sedang beredar itu bohong, kan? Ridel tidak mungkin meninggal, kan?" teriak Fania histeris. Bukannya memberi jawaban, mereka justru diam membisu. Begitu tiba di rumah sakit, Fania langsung saja turun dan berlari menuju di mana ruangan Ridel berada. "Berita yang beredar luas itu bohong, kan, Alex?! Ridel tidak mungkin meninggal, kan? Jawab!" teriak Fania mengguncang pundak Alex ketika dia melihat Alex. Airmata terus saja mengalir membasahi wajah cantiknya. Tangisan Fania meledak, ketika dua perawat mendor
*** Raya mundur selangkah demi selangkah, kakinya terasa lemas. Tubuh yang lemah itu jatuh hampir menyentuh lantai kalau saja terlambat ditangkap oleh sang suami yang baru saja selesai mengangkat telepon dari anak keduanya. "Putra kita tidak mungkin meninggal kan, yah? Aku pasti sedang bermimpi! Bangunkan aku. Aku ingin melihat putraku," bisik Raya lemah.Dia membenamkan wajahnya di dada bidang sang suami. Pakaian yang dikenakan Liu basah oleh airmata sang istri. Sejenak Bernad Liu diam membisu, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari mulut si istri, sampai akhirnya dia memilih bertanya, "Dokter, apa yang dikatakan istriku benar? Apa Anda tidak salah memberi informasi?" airmata mengalir dari kelopak mata Liu. Hatinya terluka, luka yang tidak bisa diobati dengan cara apapun. Dokter menatap pasangan suami istri itu, bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa pasangan suami istri ini justru menangis? Apa aku mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan mereka? Tapi apa?! Buk
Tidak ingin mengambil resiko, dokter langsung saja menelepon Direktur dan memintanya datang ke ruangan Ridel segera. Tanpa memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Direktur mengirim pesan kepada sang dokter yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri. Dokter terbaik yang sengaja didatangkan dari negeri seberang untuk menangani Ridel. [Setelah penandatanganan kontrak ini, aku langsung ke sana. Aku sudah menyuruh asistenku menemui kamu lebih dulu. Maaf atas ketidak-nyamanannya. Aku harap kamu maklum, keluarga Liu masih shock akan kejadian yang menimpah putra tunggal mereka.] Ya! Yang ada dipikiran Direktur rumah sakit hanya satu, pasti keluarga Liu tidak mengisinkan sahabatnya masuk. Direktur merasa itu wajar karena sahabatnya itu sama sekali tidak memiliki garis wajah orang Indonesia atau negara lainnya di Asia, karena dia murni keturunan barat. Setelah penandatanganan selesai, Direktur langsung melangkahkan kakinya menuju ruang perawatan Ridel. ‘Astaga! Apa sebenarnya yang ada dibe
*** Akhirnya Fania dapat bernafas lega ketika pesawat mendarat dengan selamat di negera kebanggaannya, Indonesia. Bagaimana caraku masuk ke dalam rumah sakit? Pasti penjagaan di dalam sangat ketat, apalagi ini berkaitan dengan percobaan pembunuhan! Bagaimana kalau kepulangan ku kali ini justru membuat kondisi Ridel semakin memburuk? Bukankah Ridel sangat membenciku? Bagaimana juga kondisi si kembar? Kenapa aku harus jatuh cinta pada pria yang tidak bisa mencintaiku? Kalau dia menyayangi si kembar itu wajar, walau bagaimanapun dalam darah si kembar mengalir darahnya! Pertanyaan, keraguan, ketakutan, menjadi satu dalam benak Fania. Namun kerinduan mengalahkan semuanya. Ya! Lama berada di negeri seberang membuat Fania merindukan si kembar dan Ridel. Apalagi kejadian di malam panas itu membuat Fania sadar kalau tidak ada satu orangpun yang mampu menggantikan Ridel dihatinya. Dengan tekad yang bulat, Fania menyusun rencana sebaik mungkin. Karena hanya dengan rencana yang matang maka d
***"Kamu," menunjuk salah satu perawat. "Ambil obat yang tertulis diresep ini sekarang juga!" Dokter itu memberikannya kertas yang bertuliskan resep obat. Jelas sekali ketegangan dari pancaran mata dokter itu.Ketakutan Bernad Liu dan Raya semakin bertambah ketika melihat satu demi satu dokter berlarian memasuki ruang perawatan Ridel. Apalagi ketika ada alat-alat lain yang juga didorong memasuki ruangan.Melihat hal itu membuat Raya ketakutan dan berbisik lemah di telinga sang suami, "Putra kita akan baik-baik saja, kan?" airmata kembali lolos dari pelupuk mata wanita yang berstatus ibu dari pasien yang tengah berjuang diujung kematiannya.Setelah menunggu lama akhirnya seorang dokter membuka pintu.Suami istri itu langsung berlari kearah dokter dengan airmata yang tidak terbendung. "Bagaimana keadaan anak kami, dokter? Dia baik-baik saja kan!"Dokter itu menatap pasangan suami-istri itu, kemudian menarik nafas panjang."Dokter, bagaimana putra saya?" Raya kembali bertanya ketakutan.
“Tidak! Tidak mungkin!” Alvaro menggelengkan kepalanya kuat-kuat. “Kau berbohong kan, Nak? Bukankah waktu itu kau sendiri yang mengatakan pada ayah tiga tahu lalu? Bukan itu saja, bahkan bajingan ini bersedia berlutut dan memohon ampun pada ayah,” ketus Alvaro tidak percaya. “Pelakunya adalah bos di mana ayah bekerja. Pria bejat itu tahu persis, malam itu ayah tidak bisa membawa laporan secara langsung padanya. Karena kondisi ibu yang menurun drastis. Bukan hanya memperkosaku saja, tapi pria itu juga mau melemparkan aku ke bawah jembatan yang ber-air deras agar aku meninggal. Hanya dengan cara itu, dia bisa tenang menjalani hidupnya,” ujar Nanda lemas, hatinya terasa hancur.Ya! Hati Nanda hancur, ketika mengingat kejadian tragis yang menimpahnya tiga tahun lalu. Dia bahkan harus rela membatalkan pernikahan secara sepihak, tanpa alasan apapun. Sekarang hati Nanda tambah hancur, ketika menemukan sang ayah justru membuat Ridel harus terbaring koma dengan kemungkinan hidup yang sangat
"Sudah aku katakan, bukan aku pelakunya! Anda bertugas sebagai polisi, tapi inikah cara kalian meng-interogasi masyarakat kelas bawah? Lepaskan aku, Brengsek! Negara membayar kalian bukan untuk membeda-bedakan masyarakat!" umpat Alvaro semakin emosi. "Kami akui, kamu sangat pintar dan teliti sehingga mampu membuat polisi sama sekali tidak menemukan bukti apapun! Mungkin kalau tragedi ini menimpa orang lain, sudah pasti kamu akan hidup tenang sampai akhir hayatmu. Hanya saja kali ini yang Anda hadapi adalah keluarga Liu. Walaupun mustahil untuk menemukan siapa penyetok racun mematikan itu, tapi bukankah 0,01% juga merupakan suatu harapan? Hal itulah yang kami alami. Anak buah Bernad Liu berhasil menangkap penyetok racun itu dan dia sudah mengakui semuanya. Racun itu diracik khusus atas permintaan Anda." Ya, saat anak buah Adrian menjemput Alvaro di rumahnya, anak buah Bernad Liu menemukan peracik racun mematikan itu. Setelah bukti didapat mereka langsung menyeret pria paruh bayah
*** Siang berganti malam, malam berganti siang, jam terus saja berdetak, pertanda hari terus berganti. Namun tidak demikian dengan Ridel, pria itu tetap saja terbaring dalam kondisi koma, oksigen menjadi bagian dari tubuh Ridel, detak jantung Ridel sesekali berhenti sehingga membuat dokter menyediakan alat kejut jantung diruang perawatan Ridel. Bernad Liu dan sang istri membagi tugas. Kalau Bernad Liu berada di rumah sakit untuk mengawasi setiap perkembangan sang putra, berbeda dengan sang istri. Raya justru di rumah mendampingi si kembar. Meskipun Raya ingin menemani sang putra, tapi dia juga tak mau egois, si kembar membutuhkannya. Jadi Raya dan putrinya secara bergiliran menjaga si kembar dan mengunjungi Ridel di rumah sakit. Penjagaan pada anggota keluarga Liu di perketat. Sedangkan Perusahaan RnB untuk sementara waktu dikendalikan oleh Alex Smith. Meskipun tidak sadarkan diri, tapi setiap hari Alex mampir walau hanya sekedar mengomel agar Ridel segera bangun. Dia yakin m
---“Haha … itu bukan anakku, Brengsek! Kau ingin aku membunuhmu? Begitu? Kau benar-benar gila, mendoakan putraku bernasib naas seperti itu! Sekali lagi aku mendengar kau mengatakan hal tragis seperti itu tentang putraku, akan ku habisi nyawanmu dengan tanganku sendiri!” ketus istri Bernad Liu tertawa, sekaligus emosi. Dia pikir apa yang didengarnya hanya suatu candaan semata dan baginya itu sudah melewati batas.Dokter yang diutus untuk pemberitahuan resmi itu kebingungan dan berguman dalam hati, 'Bagaimana ini? Ibu Raya sama sekali tidak percaya!'Setelah mempertimbangkan akibatnya maka dokter itu memilih jalan aman, "Aku juga tidak terlalu yakin, tapi sebaiknya ibu Raya memastikan sendiri yang sedang terbaring itu Ridel atau bukan, bagaimana? Aku seorang dokter, ini Id.card dan KTP aku sebagai bukti kalau aku orang baik dan bukan berniat jahat kepada ibu."Setelah melihat identitas sang dokter, akhirnya Raya memilih mengukuti dokter dengan perasaan tak menentu. Tidak! Itu pasti buk