"Kamar mama yang mana, Sayang? Mama mau simpan barang-barang," tanya mertuaku."Lihat-lihat saja dulu yang mana yang nyaman. Nanti boleh pakai kamar yang mana saja, terserah mama."Setelah melihat-lihat akhirnya mama memilih kamar yang berada di samping kamar Brama dan Cantika."Gak usah minta izin sama Gina, Ma. Ini kan rumah Mas Ammar, anak mama. Mama jangan sungkan nanti Gina malah gak enak," terangku.Sekarang aku tahu kenapa Mas Ammar begitu sopan dan penuh perasaan ternyata lekakiku itu mewarisi perilaku sang mama yang penuh kelembutan.Sambil membantu mama membereskan pakaian ke lemari aku dan mama mengobrol ditemani anak-anak yang sedang bermain."Mama senang sekali di rumah ada anak-anak jadi gak kesepian ada teman bercanda, kalau mau gak apa-apa mama yang antar Brama sekolah," tawar mama.
Pasca Rena melahirkan aku dan Mas Ammar sempat menjenguk Rena dan bayinya. Perawatan bayi dan ibunya dipisah karena kondisi Rena semakin tidak memungkinkan. Kondisi kejiwaan Rena pasca melahirkan sangat mengkhawatirkan. Jangankan untuk mengurus dan menyusui bayi yang dilahirkannya, mengurus dirinya sendiri saja Rena sudah tidak bisa.Aku tidak mengerti apa yang menyebabkan Rena seperti sekarang. Mungkin karena dia membenciku atau entah apa? yang jelas setiap dia histeris yang diteriakkannya adalah namaku "Gina". Sebaliknya pada Mas Satya, sekarang Rena sama sekali tidak mengenali Mas Satya.Sedih sekali, melihat kondisi Rena yang tak kunjung membaik. Yang dikhawatirka nanti siapa yang mengurus bayi mereka jika terus-terusan begini? Mas Satya juga sudah mengeluhkan perihal keuangan karena biaya perawatan di Rumah sakit selama ini lumayan menguras tabungan mereka.Akibat banyak izin Mas Satya juga
Rumah megah milik suamiku itu sudah tak senyaman dulu, seperti ada dua kubu yang berseteru di sana. Kasihan anak-anak yang harus menjadi korban perubahan sikap mama. Aku kadang bingung, bagaimana harus memberi pengertian pada anak-anak jika neneknya sudah berbeda dan tidak sehangat dulu.Kamar dimana anak-anak biasanya bermain bahkan menginap kini hampir tak pernah terbuka dan selalu tertutup rapat. Bramma mungkin faham, perlahan anak laki-lakiku itu mengaatur jarak dengan mama mertua tapi Cantika terlalu polos untuk memahami semuanya.Menghindari kesalahfahaman yang semakin membuat jemu aku memutuskan untuk setiap hari pergi mengelola online shop seperti dulu. Sambil mengantar Bramma aku lanjut berangkat ke rumah yang kusulap menjadi kantor sekaligus gudang tempat aku mencari rejeki.Cantika selalu kubawa, Bramma sengaja aku suruh pulang ke tempat kerja. Kemanapun aku selalu membawa baju
Takdir dan jalan hidup seseorang adalah sebuah misteri. Sekarang senang besok belum tentu, sekarang sehat besok mungkin sakit. Semua ketentuan Allah kita tak bisa menebak apalagi mengetahui apa yang ditakdirkan untuk kita sekarang ataupun nanti.Seperti takdir bahagia Mas Ammar bertemu dengan abanya setelah dewasa. Kesuksesan karierku setelah bercerai dan perjalanan hidup Mas Satya setelah bercerai denganku kemudian menjalani dunia baru bersama Rena.*******Setelah memberanikan diri untuk melepas kontras*psi dan berniat memberi Mas Ammar keturunan, tak butuh waktu lama, sebulan kemudian aku terlambat datang bulan. Berharap doaku terkabul agar Mas Ammar senang jikalau hasil tes kehamilanku positif.Pagi sebelum Shubuh aku bangun lebih awal, menampung air se*i pagi untuk kemudian dilakukan tes kehamilan. Sambil mengucap bismillah, perlahan aku membuka mata dan m
Yang ku ingat tadi sore pulang belanja bersama anak-anak, entah setelah itu apa yang terjadi. Aku terbangun sudah berbaring di ranjang perawatan rumah sakit. Tak kulihat dimana Cantika dan Bramma, yang kulihat terbaring di sofa adalah Mas Satya, mantan suamiku."Kenapa Mas Satya ada disini?" batinku.Tenggorokan terasa kering aku berusaha meraih gelas yang berada di di atas nakas. Namun, karena tanganku tidak bisa menjangkau gelas tersebut terjatuh sehingga suaranya membangunkan Mas Satya yang tertidur di sofa."Kamu sudah sadar, Gin? Syukurlah aku hawatir sekali kemarin kamu keserempet mobil, untung aku lewat saat kamu dikerumuni orang-orang yang melintas di jalan," jelas Mas Satya."Ketabrak?? Aku tidak ingat sama sekali, yang aku ingat aku sedang menunggu taksi online bersama Bramma dan Cantika di pinggir jalan," jawabku."Iya, kemarin
Drama ibu hamil kembali kualami, jika dulu Rena dibalik semua air mataku kini mama mertuaku yang tiba-tiba berubah bak seorang nen*k sihir. Setelah peristiwa jatuhnya mama, Mas Ammar tidak percaya lagi padaku. Aku tidak diizinkan lagi beraktivitas diluar rumah terkecuali, ke Dokter, berbelanja dan mengantar Bramma ke sekolah.Pergerakanku sangat terbatas, mama sepertinya melaporkan setiap hal yang aku lakukan karena itu meskipun jauh di luar negeri Mas Ammar tetap tahu apapun yang aku lakukan. Setahuku mama mertua hanya diam di rumah tapi banyak mata diluar sana yang beliau bayar untuk memantau seluruh aktivitasku.Aku sama sekali tidak masalah jika harus berdiam diri di rumah, begitupun Bramma, aktivitasnya di sekolah sudah cukup membuatnya senang dan gembira tapi Cantika yang masih kecil mungkin saja merasa jenuh dan bosan tinggal di rumah.Di usianya yang baru saja 3 tahun harusnya Cant
Mas Ammar pulang dijemput Fahad meskipun Ameera dan Almeera masih berada di Saudi. Namun, sebagai adik ipar yang baik Fahad berinisiatif untuk menjemput Mas Ammar.Hari ini begitu indah baik untukku ataupun untuk mama, bahagia rasanya melihat mama kembali ceria. Setelah sekian lama tidak bergelut di dapur hari ini Mama juga kembali ke dapur untuk memasak makanan kesukaan mas Ammar.Seperti hendak mengadakan jamuan pesta, mama memasak beragam menu dan tak lupa pudding mangga spesial favorit Mas Ammar.Selesai beres-beres kamar aku melihat pemandangan begitu indah. Mama sudah memandikan Cantika dan memakaikannya gaun berwarna pink, senada dengan gamis yang mama pakai. Begitupun dengan Bramma, yang sudah tampan dengan kemeja pastel couple yang ia miliki, sama seperti kemeja milik Mas Ammar.Seluruh sudut rumah sudah bersih aroma wewangian sudah tercium sejak aku memasuk
Aku seperti menemukan kembali duniaku yang telah lama hilang aktivitas bekerja sekaligus hobi yang telah lama aku rintis. Menjadi wanita karir bukan mimpiku, tapi jalan yang tidak sengaja aku capai di saat-saat tersulit dalam kehidupanku.Mas Amar kembali mengijinkan aku untuk mengatur toko online sebelum aku melahirkan. Setelah melahirkan rencananya aku akan fokus mengurus anak dan suami di rumah. Dengan kondisi kehamilanku yang lemah Mas Ammar mempermudah pekerjaanku dengan mempekerjakan seorang pekerja paruh waktu untuk beres-beres di rumah.Semua untuk meringankan pekerjaan Mama juga, di usianya sekarang mama lebih mudah lelah sehingga sudah tidak terlalu mampu untuk mengerjakan pekerjaan rumah.Waktu berlalu begitu cepat kontrakan rumah di komplek beberapa hari lagi habis, aku bersama maa Ammar dan seluruh karyawan akan segera pindah ke ruko yang mas Ammar berikan saat ulang tahunku h
Kesulitan telah Mas Satya buat sendiri, meskipun aku tidak benar-benar melarangnya menemui anak-anak dia malu sendiri dengan kelakuannya.Menurut bodyguard yang menjaga Cantika di Sekolah, beberapa kali mas Satya datang ke sekolah, meminta izin untuk bertemu dengan Cantika. Setelah penjaga Cantika meminta izin padaku via telepon mas Satya diizinkan berbicara dan memeluk Cantika beberapa menit sebelum Cantika pulang ke rumah.Sama halnya dengan Cantika, mas Satya juga datang ke sekolah Bramma. Bramma yang sudah SMP dan tidak didampingi bodyguard seperti Cantika, membuat Mas Satya lebih leluasa bertemu, mengobrol bahkan memeluk Bramma lebih lama.Bramma yang beranjak dewasa tak berani jujur padaku jika Mas Satya sering menemuinya di sekolah. Aku mengetahuinya dari orang-orang Mas Ammar. Mungkin Bramma takut aku melarangnya bertemu Mas Satya.Sebagai seorang anak Bramma
Aku berusaha merebut Cantika dari dekapan Mas Satya, sambil menangis aku merebut Cantika ayahnya."Cantika milikku!" Mas Satya mendorongku sampai jatuh kelantai.Mas Amar yang emosi tak kuasa lagi menahan amarahnya. Dia mengambil paksa Cantika lalu menghant*m wajah Mas Satya sekali. Cantika yang ketakutan menangis lalu berlari kearah Bramma, gadis kecilku mendekap tubuh abangnya dengan gemetar.Hampir saja orang-orang suruhan Mas Ammar juga ikut memuk*li Mas Satya tapi aku mencegahnya. Ada orang tua Mas Satya, ada anak-anak juga. Bagaimana psikoligis mereka jika melihat anak dan ayah mereka dipuk*li? Aku tak pernah mau ini terjadi, dari awal perceraian aku selalu menjaga agar semuanya baik-baik saja. Meskipun tersakiti aku tetap memberi maaf tapi jika akhirnya begini aku juga tidak akan diam."Ayo Rama, bawa adiknya ke mobil sebelum ayah kalian tambah emosi!" titah Ibunya Mas Satya."Iya,
Ada kabar dari kepolisian katanya Cantika dibawa keluar kota. CCTV di sebuah statsiun kereta api menunjukan anak berciri-ciri seperti cantika melintas sekitar 3 hari yang lalu.Tangisku pecah, aku takut terjadi sesuatu pada anakku. Bagaimana kalau anakaku diculik dan dijadikan peng*mis seperti yang kulihat di TV atau bahkan lebih buruk ... sekarang kan sedang viral yang jual beli organ tubuh. Semoga Cantika baik-baik saja, semoga Allah selalu melindungi anak-anakku dimanapun mereka berada."Sudahlah jangan menangis, setidaknya kita sudah punya petunjuk untuk mencari Cantika. Terus berdoa, polisi dan orang-orang suruhanku tidak akan berhenti sampai Cantika ditemukan," ujar Mas Ammar."Statsiun itu ... kita bisa berangkat ke kampung Mas Satya menggunakan kereta dari statsiun itu. Mas Satya kemana? Sudah berapa hari aku tidak melihatnya." Tiba-tiba saja aku curiga pada Mas Satya." Kamu curiga pada Satya?" ta
"Cantika ... pulanglah, Nak! Ibu, ayah, kakek, nenek, adik dan semuanya menunggumu. Ibu sangat menyayangimu, ibu tidak bisa jika harus tanpamu," lirihku dalam doa ... Aku benar-benar merasa tidak tenang, setiap beberapa menit aku menelpon Mas Ammar, Mas Galih dan Bramma secara bergiliran untuk menanyakan apakah mereka sudah menemukan Cantika atau belum? Perasaanku benar-benar tak karuan jiwaku terasa melayang entah kemana? Namun, aku tak bisa terus begini ada Gaza yang juga membutuhkanku. Aku menghampiri Gaza yang berada di kamar mama lalu meng-asihi Gaza. Aku terlalu tenggelam meratapi Cantika dan hampir saja mengabaikan si bungsu. "Maafkan ibu ya, Nak. Ibu sedih sekali sampai mengabaikan Gaza, ibu takut kehilangan kakak Cantika," bisikku, sambil menciumi kening Gaza yang sedang meny*su. "Jangan egois, anakmu bukan hanya Cantika. Bramma dan Gaza juga butuh kamu, kamu harus kuat!" ujar Mama.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan follow, subscribe, rate dan tap love. Terima kasih.Hari ini ada meeting dengan beberapa orang reseller di ruko, aku terlambat menjemput Cantika hampir seperempat jam. Di usia Cantika yang ke tiga tahun aku sengaja memasukannya pre-school agar dia banyak teman dan tidak jenuh di rumah terus.Kakiku lemas saat Security penjaga sekolah mengatakan sudah tidak ada lagi siswa di dalam sekolah. Cantika ke mana?"Maaf, Bu Cantika sendiri yang menhampiri orang yang menjemputnya. Dia langsung berlari keluar gerbang lalu memeluk laki-laki bertopi itu," jelas security yang berjaga."Bagaimana ciri-ciri orang itu? Dia bawa mobil atau motor?" selidikku."Aku tidak terlalu memperhatikan, hanya fokus dia bertopi soalnya dia berdiri di seberang sana," tunjuk security.Aku tidak bisa diam saja, diantar security menemui guru dan kepala se
"Kenapa kalian begitu ingin aku bekerja di tempat orang Arab itu? Apa pekerjaanku di toko tidak benar? Aku nyaman disini bersama kalian, teman-teman yang bagiku sudah seperti keluarga," rengek Mas Satya.Jujur sebenarnya aku dan Mas Ammar juga tak tega, semua bukan semata-mata nasihat bapak tapi memang pekerjaaan di tempat Mas Fahad gajinya lumayan."Mas jangan salah faham, aku dan Gina ingin Mas Satya maju. Coba saja dulu, nanti kalau gak lolos seleksi Mas boleh kerja lagi disini," bujuk Mas Ammar."Mas ingat, ada Maryam yang butuh banyak biaya. Di kantor Mas Fahad banyak fasilitas dan tunjangan yang nanti bisa dimanfaatkan, bekerja denganku mau sampai kapan? Aku tidak bisa memberikan banyak, Mas," terangku."Fahad adik iparku, Mas jangan khawatir dia orang baik. Aku akan menitipkan Mas pada Fahad jika memang nanti lolos seleksi," jelas Mas Ammar.Mas Satya termenung, lalu berjalan kearah
Aku tahu sebagai Bapakku, bapak pasti sangat sakit hati dengan apa yang pernah mas Satya lakukan padaku.Aku dan Mas Ammar akhirnya hanya saling melempar pandangan, bingung harus menempatkan mas Satya dimana? Karena hanya dua pekerjaan yang kita miliki di toko dan di gerai parfume milik Mas Ammar.________Pucuk dicinta ulam pun tiba,saat aku dan Mas Ammar bingung untuk mempekerjakan Mas Satya dimana? Mas Fahad datang menengok Gaza. Bukan suatu kebetulan, aku percaya jika semua ini adalah takdir yang sudah diatur oleh Allah.Mas Fahad membutuhkan kan beberapa orang sopir untuk bekerja di kantornya. Kantor tempat mas Fahad bekerja memang bagian dari pemerintahan, tidak mudah orang bisa bekerja di sana.Meskipun melalui beberapa tahapan tes aku dan Mas Ammar akan membujuk mas Satya untuk melamar di tempat Mas Fahad, bukan semata-mata menjauhkannya dari keluarga kami. Nam
PoV SatyaHari dimana saat Maryam dilahirkan adalah saat terberat dihidupku. Rena merasakan mulas begitu hebat tapi tak kunjung melahirkan, sampai akhirnya Dokter memutuskan untuk memilih jalan operasi karena kondisi Rena tidak mungkin untuk melahirkan secara normal. Rena cukup lama tak sadarkan diri hingga tak mungkin bisa mengejan.Tangisan pertama Maryam tidak memberikan sedikitpun senyuman di bibir mungil Rena. Rena seperti lupa segalanya tatapannya kosong, yang ia ingat hanya kebenc*annya pada Gina. Rena hanya mengoceh menyebut nama Gina setelah itu histeris.Sempat terbesit dibenakku, tentang sebuah "karma". Aku pergi menemui Gina, meminta maaf atas nama Rena. Gina memaafkan semuanya dan Alhamdulillah Gina dan Ammar berbaik hati untuk
Aduh maaf sekali, Nak Ammar, jadi ngabring (banyak orang) begini. Tadinya cuma mama sama bapak yang mau pergi tapi ini 2 ponakan Gina maksa ingin ikut, maklum mereka dari kecil belum pernah pergi ke kota," ucap Mama."Tdak apa-apa, Mah. Di sini kan ada banyak kamar lagi pula jarang-jarang kan Cantika dan Bramma bertemu saudara, biar mereka kenal satu sama lain," jawab Mas Ammar."Apa kabar, Ibu besan? Lihat! Cucu kita tampan sekali," ujar Mama mertua."Alhamdulillah kabar kami semua baik, Aduuhh ... cucu nenek kasepnya ( gantengnya) mirip sekali dengan Nak Ammar," puji mama."Ish! Lihat atuh, neneknya juga kan cantik-cantik. Sudah pasti cucunya ganteng," potong mama mertua.Seperti biasa saat berkunjung mama dan bapak pasti membawa hasil panen. Bermacam-macam sayuran dan buah-buahan, satu yang tak pernah Mama lupa adalah lompong atau bata