Ketika Nanda tiba di Setiawan Group, kebetulan sekali Andre sedang naik pitam. Suasana hati Andre benar-benar buruk karena berbagai masalah yang terjadi belakangan ini. Begitu melihat Nanda datang mendadak, dia tahu wanita ini memiliki tujuan sendiri."Kenapa kamu datang?" tanya Andre sembari mengernyit. Sikapnya tidak selembut saat berhubungan intim dengan Nanda.Nanda telah menduga situasi seperti ini akan terjadi. Lagi pula, sejak kapan mereka memiliki perasaan untuk satu sama lain? Mereka hanya saling memanfaatkan.Hanya saja, Nanda masih ingin mengambil keuntungan dari Andre, meskipun pria ini terkena masalah. Itu sebabnya, dia berusaha untuk berbicara selembut mungkin, "Andre, perusahaan kosmetikku dalam masalah. Apa kamu ... bisa meminjamku sedikit uang?"Nanda menatap wajah murung Andre dengan gugup. Namun, supaya perusahaan bisa melewati krisis ini, Nanda terpaksa memberanikan diri untuk mengajukan permintaan seperti ini."Kamu nggak tahu kondisi perusahaanku sekarang? Aku ngg
Hari ini, seseorang yang tidak diharapkan oleh Juanita tiba-tiba menjenguknya. Begitu mendengar suara ketukan pintu, Juanita menengadah untuk melihat. Tanpa diduga, dia malah mendapati Serafina berdiri di depan sana."Kak." Meskipun terkejut, Juanita berusaha untuk menutupinya. Kemudian, dia mencoba untuk duduk lebih tegak dengan bantuan tangannya.Serafina maju beberapa langkah sambil buru-buru berkata, "Santai saja, aku cuma datang melihatmu. Aku nggak lama kok."Seusai berbicara, Serafina meletakkan barang bawaannya ke nakas. Melihat ini, Juanita segera berujar dengan sungkan, "Terima kasih, Kak. Lain kali nggak perlu bawa barang sebanyak ini."Serafina hanya menimpali dengan datar, "Nggak apa-apa, sudah seharusnya." Saat berikutnya, kedua wanita ini sama-sama terdiam.Sejak awal, hubungan antara Juanita dengan Serafina memang sangat aneh. Juanita sendiri tidak tahu bagaimana sikap Serafina terhadapnya.Serafina memang kakak Tommy, jadi seharusnya menjenguk Juanita. Namun, berdasark
Santi mendengus dingin, lalu bertanya, "Lalu, bagaimana dengan properti atas namaku?""Apa harta kita ada bedanya? Bukannya milikmu juga milikku?" balas Jerry.Santi menarik napas dalam-dalam, lalu menimpali, "Benar, nggak ada bedanya. Kalau kamu menggadaikan semua properti ini, bagaimana dengan Nanda?"Begitu mendengar nama Nanda dan memikirkan perbuatannya, Jerry sontak kesal. "Itu perbuatannya sendiri. Sekarang keluarga kita bahkan nggak bisa memenuhi kebutuhan hidup. Kita nggak punya uang lagi untuk melunasi utang Nanda.""Ayah!" pekik Nanda sambil mengentakkan kaki. Dia tidak menyangka Jerry akan berkata seperti itu. Mendengar ini, Santi juga merasa kesal. Dia berkata dengan lantang, "Nanda itu putrimu!" "Dia memang putriku, lalu kenapa? Apa dia nggak paham kondisi keluarga kita sekarang? Beraninya dia membuat masalah di luar sana. Nggak masuk akal!" balas Jerry. Jerry membanting meja sembari berdiri dan melanjutkan, "Biar dia yang menyelesaikan masalahnya sendiri. Aku nggak pu
Pelayan bergegas berlari ke kantor Yosef dan berkata, "Pak Yosef, tampaknya terjadi sesuatu dengan Nyonya, tolong Anda segera periksa!"Melihat ekspresi pelayan yang panik, hati Yosef menjadi muram. Dia juga tidak menyangka masih akan terjadi sesuatu pada malam harinya. Dia buru-buru bangkit dari kursinya dan segera pergi ke kamar pasien Juanita bersama pelayan itu.Begitu pelayan pergi mencari Yosef, Juanita sudah mulai memaksa dirinya untuk memuntahkan obat yang diminumnya tadi. Meskipun sudah memuntahkan sebagian pilnya, dia masih merasa khawatir. Dia berpikir apa yang harus dia lakukan.Saat Juanita masih bingung, terjadi hal yang lebih buruk lagi. Dia menyadari tubuhnya mulai terasa sangat sakit. Kali ini, hatinya benar-benar sangat panik. Dia tidak berani membayangkan apa yang harus dia lakukan jika dia kehilangan anaknya karena hal ini. Saat ini, dia tidak berani sembarangan bertindak lagi. Dia hanya bisa menunggu Yosef datang dengan sabar sambil memegang perutnya.Saat Yosef me
Saat kepala rumah sakit memerintahkan orang untuk mengeluarkan rekaman kamera pengawas, Juanita juga akhirnya keluar dari ruangan pertolongan pertama. Setelah kesakitan seperti itu, Juanita sudah dalam keadaan pingsan saat ini. Melihat mata Juanita tertutup dengan rapat, Tommy merasa hatinya sangat sakit.Pada saat ini, Yosef juga ikut keluar di belakang Juanita. Tommy buru-buru mendekat dan bertanya, "Bagaimana dengan Juanita?"Ekspresi Yosef sangat serius. Tatapan Tommy terlihat mulai makin khawatir, karena takut mendengar kabar buruk begitu Yosef berbicara."Untungnya masih sempat diselamatkan, sekarang situasinya sudah tidak berbahaya lagi." Mendengar perkataan Yosef, Tommy akhirnya menghela napas lega.Yosef melirik ekspresi Tommy sebentar, lalu lanjut menjelaskan lagi, "Ya, efek pil itu sangat kuat. Untungnya dosisnya sedikit, kalau tidak ... anak dalam kandungannya mungkin tak akan selamat lagi.""Baiklah, aku tahu," jawab Tommy dengan ekspresi muram.Tommy pasti akan menyelidik
Kabar Nanda yang ditangkap segera tersebar hingga ke telinga Santi dan Jerry. Mereka tidak mungkin tega membiarkan putri kesayangan mereka ditangkap ke kantor polisi, sehingga mereka langsung pergi mencari Juanita.Pada saat ini, Juanita sedang duduk dan makan jeruk. Dia memang terkejut karena tindakan Nanda, tetapi untungnya anaknya baik-baik saja, sehingga dia akhirnya merasa tenang. Tommy juga memperketat keamanan kamar, sehingga dia tidak perlu khawatir apa pun.Pelayannya masuk. "Nyonya, di luar ada sepasang suami istri yang bilang mereka adalah orang tuamu dan ingin menemuimu."Begitu mendengar perkataan itu, Juanita mengernyitkan alisnya. Orang tuanya? Ayahnya adalah Jerry dan ibunya masih berada di rumah sakit, berarti wanita itu adalah Santi. Dia juga tahu masalah Nanda yang ditangkap ke kantor polisi. Tanpa perlu berpikir panjang, dia tahu mereka pasti datang untuk masalah Nanda. Lagi pula, dia tidak akan bisa terus bersembunyi dan memutuskan untuk menemui mereka. "Biarkan me
Ruben juga tidak membenci Juanita, tetapi Tommy sangat memperhatikan Juanita. Mungkin termasuk sebuah siksaan jika bisa mengusir orang yang berarti bagi Tommy. Saat memikirkan hal itu, dia merasa senang. Yang paling penting lagi adalah selama ini dia telah diam-diam mengamati dan menyadari Tanya adalah orang yang selalu mengendalikan situasi. Dia bisa melihat kemampuan Tanya dan membutuhkan seorang rekan yang cerdas seperti Tanya ini. Yolanda dan Nanda tidak terlalu berguna.Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah Tanya, tetapi hatinya sudah mulai merencanakan sesuatu. Lagi pula, sekarang rekan satu timnya juga sering membuat kesalahan. Jika begitu, tidak ada salahnya juga mencoba bekerja sama dengan Ruben, musuh dari musuhnya adalah teman. Apalagi, Ruben juga termasuk tokoh yang hebat."Baiklah, semoga kerja sama kita menyenangkan," kata Tanya sambil mengulurkan satu tangannya.Ruben juga mengulurkan tangannya dan keduanya saling bersalaman sebagai tanda sepakat. Keduanya mengobrol t
Saat turun dari mobil, wajah Tanya terlihat sangat pucat karena masih ketakutan terhadap kejadian barusan. Melihat gaya Shella, Tanya tahu bahwa Shella memang berniat untuk mencelakai Tanya. Namun, untung saja dia memang tidak ada masalah apa pun dengan Ruben. Semua ini hanya kesalahpahaman, jadi dia masih terlihat cukup percaya diri di hadapan Shella.Tadi ... Tanya telah melemparkan semua kesalahan kepada Juanita, tampaknya Shella seharusnya percaya. Entah cara apa yang akan digunakannya untuk menghadapi Juanita kelak. Bagi Tanya, tentu saja akan lebih baik jika Shella menggunakan cara yang keterlaluan.Tanya mengangkat tangannya untuk menepuk dadanya, mencoba untuk menenangkan napasnya sendiri. "Nggak apa-apa, semua baik-baik saja ...," ucap Tanya menghibur diri. Kejadian tadi memang membuatnya ketakutan. Dia adalah seorang nona dari keluarga kaya yang tidak pernah mengalami kejadian seperti itu. Namun, dia sendiri malah telah membuat Juanita mengalami hal yang sama beberapa kali. K