POV Risfan🌹🌹🌹Malam ini aku baru pulang lembur. Safira menyambut kepulanganku di kursi ruang tamu dan dengan sigap Safira memijat pundakku. Ah, dia ini memang istriku yang terbaik.Sekarang awal bulan, gaji serta bonus bulan ini sudah masuk. Aku lalu menyerahkan uang nafkah kepada Safira."Dek, uang bulan ini, ya," ucapku sambil memberikan 15 lembar uang merah, yang sengaja kuambil dulu sebelum pulang.Safira menerimanya. "Makasih, Mas," balasnya. Ia kemudian melanjutkan pijatannya."Mas, aku boleh tanya sesuatu?" tanya Safira dengan suara lembutnya."Bolehlah, mau tanya apa, Dek?" jawabku."Pasti uang tabungan, Mas banyak ya?" ucapnya sambil terus memijat. Kini, pijatannya turun ke lengan."Banyak. Memang kenapa? Kamu mau uang bulananmu ditambah?" tuduhku. Tumben sekali ia bertanya hal itu.Pernikahanku dengan Safira sudah berjalan 3 bulan. Selama ini, ia tidak pernah menanyakan uangku.Safira menggeleng cepat. "Enggak, Mas. Ini sudah lebih dari cukup, kok.""Terus, kenapa kamu m
Aku mengerjapkan mata. Di mana ini? Ruangan ini tidak kukenal. Lantas aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Pak RT, Bu RT ada disini."Mas, sudah sadar?" Pak RT menyentuh pundakku."Di mana ini, Pak?" tanyaku dengan suara lemah."Di Klinik Pratama. Mas lagi-lagi pingsan membuat kami khawatir. Jadi kami bawa kemari saja. Takut Mas kenapa-kenapa," jelas Pak RT.Aku kemudian mengingat-ingat kejadian yang kualami. Dimulai dari aku pulang lembur. Lalu memberikan uang bulanan pada Safira.Setelah itu, Safira menanyakan jumlah tabunganku dan aku langsung menunjukkan saldo di m-banking.Selanjutnya aku mandi lalu makan. Menontonn tv dan tidur setelah meminum susu jahe yang diberikan Safira.Aku bangun kesiangan dengan keadaan sakit kepala yang hebat dan Safira sudah tidak ada.Aku kembali memejam. Mengingat selembar kertas yang tadi kubaca. Safira pergi membawa motor dan sejumlah uang."Apa perlu sesuatu, Mas Risfan?" tanya Bu RT kali ini.Aku menggeleng. Aku hanya perlu uangku kembali."M
POV Malik🌹🌹🌹🌹🌹Sore ini aku kebagian pulang lebih awal. Jam 4 sudah keluar pabrik. Hampir setiap sore aku pergi ke kedai Farida.Sore ini, aku ingin mengajak Farida sekadar jalan-jalan. Sekalian malam mingguan. Begitu aku sampai di depan kedainya. Ternyata sudah tutup. Terlihat Farida sedang mengeluarkan motor.Rupanya, Farida mendapat kabar dari Mbak Eka, kalau Risfan sedang sakit dan dirawat. Mbak Eka meminta Farida datang ke klinik tempat Risfan dirawat.Tadinya, Farida akan pergi dengan motornya, tapi aku tidak akan membiarkan Farida pergi sendiri. Aku pun mengantar Farida dengan motorku.Sesampainya di klinik, hanya ada Mbak Eka yang menemani Risfan. Farida lantas duduk di sebelah Mbak Eka. Sementara aku, berdiri di ujung ranjang.Entah sakit apa yang menyerang Risfan, hingga dengan manjanya ia ingin disuapi. Benar-benar tidak tahu diri. Aku yang berdiri di ujung sini, dapat melihat tatapan Risfan pada Farida.Melihat Farida mau menyuapi Risfan, membuat hatiku panas. Kalau
POV Risfan🌹🌹🌹🌹🌹3 bulan terakhir ini, aku menjalani hidup tanpa gairah. Bagaimana tidak? Pekerjaanku sebagai staff administrasi, kini telah berganti menjadi office boy.Aku terkena sanksi, karena tidak disiplin waktu dalam bekerja. Sebagaimana perjanjian yang telah disepakati saat tekan kontrak staff 1 tahun ke belakang.Aku bisa saja keluar dan mencari pekerjaan di tempat lain. Namun, aku harus membayar denda pada pabrik jika aku mengambil opsi ini.Sedangkan, uangku sudah tak bersisa. Motorpun melayang. Tinggal rumah ini yang aku miliki. Darimana jika harus membayar denda?Kedua kakakku hanya kompak memberiku pinjaman uang masing-masing lima ratus ribu. Jadi, aku hanya memiliki uang satu juta. Sementara untuk membayar denda, aku diharuskan membayar 5 juta. Uang dari mana? Mau tidak mau, aku jalani saja.Gaji sebagai office boy, hanya 2 juta tiap bulan. Padahal pekerjaan ini sangat melelahkan. Jika 6 bulan setelah sanksi ini berlaku dan aku bisa kembali disiplin meski sebagai o
Bab.37POV Farida*********Malam ini, aku sedang di dandani oleh Naira. Padahal malam ini hanya opening kafe, tapi Naira bersikeras mau mendandaniku."Selesai," ucapnya. Nada suaranya terdengar sumringah..Aku lalu membuka mata. Melihat pantulan wajahku di depan cermin besar di kamar Naira."Ra, kok menor banget ini? Hapus ajalah.""Dih, ini udah make-up paling soft, Rida. Walau sebenernya, tanpa make-up juga kamu udah cantik, sih," ujarnya terkekeh."Kalau udah cantik mah, gak perlu dandan?""Ya kan malam ini ada acara. Sekali sekali dandan gak papa, biar keliatan uwow gitu.""Tapi ini kemenoran Naira.""Menor gimana ih? Ini udah paling soft, tenang aja. Kamu meragukan kemampuan MUA-ku?""Bukan gitu. Nanti malah kelihatan kayak badut ancol gimana?""Eits, enak aja! Udah ah, jangan protes. Sekarang kita harus segera ke kafe. Ayok!"Naira tak acuh dengan protesku. Ia malah memegang pergelangan tanganku dan menarikku keluar dari kamarnya.Suami Naira belum pulang dari kantornya. Suamin
Istriku Yang Mulai MandiriBab.38******Hatiku terbakar hebat. Di depan sana, Malik berlutut di hadapan Farida dengan kotak kecil di tangannya. Setelah sebelumnya, ia bernyanyi dengan petikan gitarnya.Farida belum bereaksi. Ia masih diam di tempatnya. Aku berharap, dia tidak menerima Malik. Karena aku di sini kembali untuknya.Para tamu undangan bersorak, agar Farida menerima Malik. Hanya aku dan Santo yang masih terkejut dengan semua ini.Terlihat Mila berbisik pada Farida. Namun, untuk beberapa saat, Farida masih terdiam.Aku hendak beranjak. Namun, belum sempat tubuhku tegak, Santo menahan pergerakanku."Lu mau ke mana?" tanyanya pelan."Ke sana, To.""Mau apa? Duduk! Lu jangan coba-coba bikin kacau!" sergahnya.Aku kembali menghempaskan bobotku di kursi. Aku mendengkus. "Ini gak bisa dibiarin, To.""Kenapa gak bisa?""Farida itu mantan istri gue, To. Si Malik itu, temen kita. Temen gue. Walaupun sekarang, sih, emang udah kayak orang asing. Tapi, kita dulu temenan, To. Temen ba i
POV Risfan🌹🌹🌹Pagi ini aku sedang mengepel di pantry area. Sudah 4 bulan aku menjalani pekerjaan ini. Rasanya sudah seperti setahun. Mungkin Tuhan sedang menguji kesabaranku lewat pekerjaan ini.Beberapa orang karyawan yang tengah dalam masa pelatihan, sedang berkumpul dan menikmati sarapan pagi mereka di teras pantry. Karena bagian dalamnya masih aku pel.Melihat mereka dengan seragam pelatihan, membuatku terpaksa mengingat Rindu. Setelah saat itu aku memblok akunnya, aku tidak lagi berinteraksi dengannya.Saat aku mencarinya untuk membuat perhitungan karena dia penyebab keributan rumah tanggaku dulu. Namun, ia sudah tidak lagi nampak di pabrik ini.Kutanyakan pada beberapa karyawan lain, ternyata Rindu keluar tanpa kabar dan tanpa surat pengunduran diri. Mereka tidak tahu alasan Rindu keluar dari pabrik.Lantas aku mencarinya ke rumah yang katanya ditempati oleh Rindu. Nihil, rumah itu juga kosong. Para tetangga bilang, Rindu ditarik paksa oleh seorang lelaki yang mengaku sebaga
Istriku Yang Mulai MandiriBab.40POV Malik*********"Saya terima nikah dan kawinnya Farida Nursyifa Binti Nasir dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 10 gram dibayar tunai.""Bagaimana saksi?""SAH!""Alhamdulillah ….""Barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jama'a bainakuma fii khair …."Aku mengusapkan kedua telapak tangan pada wajah. Resmi sudah aku mengikat Farida dalam ikatan suci dan halal, pernikahan.Selesai berdoa, Farida mencium punggung tanganku. Lantas aku pun mengecup keningnya. Ku kecup dalam sembari membacakan doa.Ini pertama kalinya, aku benar-benar bersentuhan. Membuat jantung rasanya ingin melompat saja, karena berdebar kuat.Ya, hari ini aku dan Farida resmi menikah. Kami menikah di kampung, di rumah Farida. Hanya menggelar syukuran. Tidak ada pesta.Namun, acara tetap terasa begitu khidmat. Teman-teman kerjaku di bagian gudang menyempatkan untuk datang. Juga dengan teman-teman Farida.Selesai ijab qobul dan sungkeman, para tamu lantas dipersilahkan