Share

TAK BOSAN

Penulis: Hanin Humayro
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

ANDRA

Sudah berbulan-bukan aku dilarang menemui Affan oleh papa Armila. Kerinduan ini rasanya sudah membuatku hampir sekarat. Bukan rindu hanya pada bayi itu, tapi juga kepada mamanya. Meski suka VC, tetap saja ingin hadir secara nyata. Menyentuh dan bercanda seperti dulu kala.

Aku paham ini adalah hukuman untuk seseorang yang pernah menyakiti teramat dalam. Papa Armila bukan seseorang yang mendahulukan emosi daripada logika. Ia melakukan ini bukan karena benci, tapi tengah mendidikku yang pernah dicintai dulu.

Kurasa pria itu punya rencana menyatukan kami kembali, tapi tidak saat ini. Mungkin nanti ketika sudah memahami arti sebuah tanggung jawab sebagai lelaki. Hingga tak pernah berpikir mengulangi kesalahan yang sama dua kali.

Untunglah bulan depan Affan satu tahun. Momen ini akan kugunakan sebaik mungkin untuk meraih hati semua orang. Pastilah saat ini pandangan keluarga Armila buruk sekali padaku, perlu perjuangan besar untuk memulihkan nama ini.

Tapi, aku takkan berhenti berju
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
udah tau keluarga Resti turunan preman masih saja di nikahi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRIKU MEMBEKU   DEAL

    ANDRAPapa tersenyum dan mengangguk dua kali. Pria itu kemudian mengajakku untuk menemui keluarganya.Aku berusaha bersikap biasa di hadapan keluarga. Begitu pun mereka, berusaha menyembunyikan sisa-sisa kekesalan masa lalu.Melihat kebaikan keluarga ini, aku makin merasa bersalah akan keburukan masa lalu. Bodohnya seorang Andra yang telah menukar berlian dengan kotoran.*Kedatangan Reiga membuat darahku mengalir lebih cepat. Dia merusak suasana yang sudah kubangun susah payah. Mengapa lelaki itu masih saja berharap. Kuat juga mentalnya.Saking ketakutan aku bertindak posesif pada Armila. Tak sejengkalpun kutinggalkan dirinya. Bahkan ketika ngobrol, aku turut mendampingi.Reiga mulai meradang. Nada bicaranya bahkan mulai tinggi padaku. Aku pun sama sudah terbawa emosi. Mungkin karena lelah juga dari pagi."Sudah, sudah kalian itu apa-apaan, sih. Aku masuk sajalah!"Armila meninggalkan aku dan Reiga berdua di beranda. Baguslah jadi bisa bicara sebagai sesama lelaki.Awalnya aku ingin

  • ISTRIKU MEMBEKU   BERTEMU LAGI

    REIGA Aku pulang seperti prajurit kalah perang. Meski sudah sepakat akan berkompertisi secara sehat, tetap saja pesimis dapat memenangkan hati Armila. Andra punya poin lebih, yaitu Affan. Sementara aku tak punya. Ditambah kecenderungan keluarga Armila lebih kuat padanya, terutama papanya.Kesalahan Andra memang besar, tapi itikad baik memperbaiki kesalahan cenderung meluluhkan hati manusia. Jangankan pelaku kesalahan berubah baik , pelaku yang tidak berubah pun kadang ada saja yang rela kembali bersama.Satu hal lagi, aku dapat melihat pada sorot mata Armila masih begitu kuat perasaan pada mantannya. Meski berusaha menyembunyikan, tetap masih mampu teridentifikasi.Dari sini aku mulai paham. Bisa jadi tak mulusnya jalan kami sejak dulu adalah tanda memang tidak berjodoh. Atau ini hanya rasa yang muncul akibat pesimis akan masa depan.*"Sesuai putusan sidang, jika Devan sudah berusia setahun, aku akan menyerahkannya padamu. Ini kuserahkan!" Arin menyodorkan Devan ke pangkuanku. Ana

  • ISTRIKU MEMBEKU   NYAMAN

    REIGAAku memerhatikan gerakan Irna menimang Devan. Lembut dan penuh kasih sayang. Benarlah, bahwa wanita memang ditakdirkan jadi ibu yang memiliki kelebihan dari pria untuk menenangkan anak.Lihatlah, pelan-pelan tangis Devan mengecil, lalu hilang sama sekali. Selepas itu sepertinya mulai tertidur.Ia tetap menimangnya hingga Devan benar-benar lelap. Bagiku ini bantuan sangat berarti. Sepertinya bisa istirahat setelah ini.Bi Neni mendampingi Irna ke kamar Devan. Aku mengikuti keduanya dari belakang. Wanita itu meletakkan anakku dengan kehati-hatian tinggi. Setelah dipastikan aman, barulah kami keluar."Terima kasih atas bantuannya."Irna menyunggingkan senyuman sebagai respon dari ucapan terima kasih. Senyum itu tak jauh beda dengan milik kakaknya. Namanya juga bersaudara."Saya suka anak-anak. Mereka lucu dan menggemaskan. Adanya Affan di rumah mama membuat saya terhibur banget."Sepertinya agendaku istirahat harus ditunda. Tak enak meninggalkan Irna sementara dirinya telah sangat

  • ISTRIKU MEMBEKU   SAMA-SAMA KANGEN

    REIGAAku dan Irna bermain lagi bersama Devan. Anak itu benar-benar lengket dengan tante barunya. Kalau kurayu untuk menggendongnya, ia malah memeluk Irna.Devan seperti lupa pada papinya. Ia benar-benar menikmati kebersamaan dengan Irna. Seperti ibu dan anak.Ada kekhawatiran ketika Irna pulang, ia benar-benar akan kehilangan. Tapi, tak mungkin juga mencegah Irna pulang. Gadis itu punya keluarga dan pekerjaan yang mengharuskan pergi."Ini ada wedang ronde untuk mamih sama papih. Kalau dedek Devan kue enak!"Bi Neni meletakkan kudapan di meja, lepas itu pergi kembali ke dapur. Mendengar kata mamih, geli juga. Ternyata wanita itu punya selera humor yang baik.Irna seperti berusaha menahan malu kalau sebutan mami terlontar. Tapi, pun tak berusaha menyanggah. Aku jadi berpikir ia malah senang dipanggil demikian."Ayo, Mih dimakan wedangnya!" candaku.Irna sampai mendelik dicandai begitu. Aku jadi tertawa melihat mata bulatnya makin bulat."Mimiiih!" teriak Devan saat Irna akan beranjak.

  • ISTRIKU MEMBEKU   AYO

    REIGATak ada balasan hingga bermenit-menit, padahal sudah dibaca. Tunggu sebentar lagi, jika belum dibalas, aku akan kirim serangan lebih kencang.(Devan gimana sekarang?)Hmm, mengalihkan topik. Sepertinya Irna tipe jinak-jinak merpati. Meski terlihat mudah didekati, aslinya sulit. Aku harus lebih gencar lagi berusaha. Jangan kasih kendor.(Suka manggil mih sambil nunjuk rumah seberang. Devan sangat kehilangan mamih)Irna mengirimkan stiker menangis. Aku balas dengan sitker laki-laki memeluk wanita menangis.(Devan pengen punya mamih)Kembali aku harus menunggu balasan cukup lama. Rasanya ingin nembak langsung, tapi ditahan. Khawatir malah kabur.(Pekan depan aku bawa Devan ke rumah mamih Irna, ya. Boleh 'kan?)(Boleh banget, nginep juga boleh)(Nginep sama papihnya, dong)Irna mengirim stiker anak kecil nyubit temannya. Aku balas dengan stiker tertawa lebar.(Papih Devan pulang saja, yang boleh menginap hanya Devan. Nanti bobonya bareng Affan)(Nasibku jelek banget)(Yeee, terima a

  • ISTRIKU MEMBEKU   SIAP BERJUANG

    REIGAAku dan Andra berangkat bersama menuju rumah Armila dengan hati ringan. Di hatiku dan dirinya telah ada kelegaan. Masing-masing kami sudah memiliki tujuan berbeda meski akan ke tempat yang sama.Sisa perjalanan ini menjadi lebih menyenangkan dibanding sebelumnya. Mungkin karena hatiku telah benar-benar ikhlas melepas ganjalan. Kalau misal Andra kembali berjodoh dengan Armila. Sementara aku berjodoh dengan Irna. Artinya kami akan jadi saudara. Maka dari itu harus sudah menjalin hubungan baik dari sekarang.Kami sampai selang beberapa menit di rumah Armila. Yang pertama turun adalah Andra. Ia dengan antusias langsung menuju pintu utama."Jagoan, papaa!"Affan antusias pula menyambut kedatangan papanya. Kelihatan mereka sudah lengket lagi sekarang, tak seperti sebelumnya.Kulihat Armila tegang ketika aku turun dan menghampiri mereka. Tapi, ketika Andra mencandaiku, ketegangan itu berganti keterkejutan."Hai, jagoan, masih ingat tidak padaku?"Affan menatapku lekat, lalu berpaling

  • ISTRIKU MEMBEKU   PERMINTAAN

    REIGA Sepertinya Irna memang kesayangan papanya. Kentara sekali aura kebahagian dari wajah yang masih terlihat tampan itu. Kalau begitu, aku harus bersiap jadi mantu kesayangan. Dan Andra harus bersiap posisinya digeser.Untung masih sadar sedang berhadapan dengan camer, senyumnya jadi ditarik lagi. Tak mungkin 'kan senyum tak jelas begitu."Main catur?" tawar pak Rasyid. "Siap!"*Pagi sekali aku datang kembali ke rumah Irna. Aku dan suami bi Neni, semalam menginap di hotel. Andra pun sama. Kami tak mungkin menginap di rumah mereka. Takut ada fitnah.Untuk Devan dan bi Neni menginap di rumah Irna. Tentu saja aku tak khawatir sebab mereka pasti betah di sana.Kami harus berangkat lepas shubuh agar cepat sampai ke area wisata taman matahari di Cilember, Cisarua, Kabupaten Bogor. Kata Irna di tempat ini banyak wahana bermain dewasa dan anak-anak. Di sana ada paddle Boat, sepeda air, bumper boat, dan perahu naga. Juga waterplay, perahu kayak, mini boat, refleksi terapi ikan, children

  • ISTRIKU MEMBEKU   SEHATI

    ANDRAAku benar-benar lega setelah Reiga menyatakan akan melepas Armila. Artinya tak ada lagi saingan kuat untuk merebut hati mantanku itu. Efeknya keberangkatanku menuju rumahnya saat ini lebih ringan dari sebelumnya.Armila ternganga ketika melihat aku dan Reiga datang hanya selisih dua menit. Mungkin ia takut kami akan berseteru lagi gara-gara memperebutkan dirinya.Ketegangan hilang setelah aku mencandai Reiga. Makin hilang saat Reiga menyapa Irna dengan sapaan mami. Romantis juga lelaki itu. Belum apa-apa sudah punya panggilan istimewa.Dan, Irna pun terlihat beda ketika menyambut Reiga dan putranya. Bahkan, ia menyebut dirinya mamih. Oh, jadi ini toh alasan Reiga melepas Armila. Rupanya sudah bertemu tambatan hati sesungguhnya.Aku membawa Armila dan Affan ke dalam. Ini kesempatan yang hanya datang seminggu sekali. Memang itu jatah pertemuan kami. Seminggu sekali.Hanya saja untuk saat ini, aku minta bonus sebab sedang ambil cuti. Tak apa tak menginap asal pagi sampai malam diiz

Bab terbaru

  • ISTRIKU MEMBEKU   BAHAGIA

    ANDRA. Sangat beruntung lelaki yang memiliki Istri baik. Mereka siap membersamai dalam suka dan duka. Tak menuntut di luar kemampuan suami. Akan selalu berusaha menciptakan kenyamanan di rumahnya. Siap mengingatkan saat lelaki tersesat.Pantaslah menikah disebut sebagai ibadah sepanjang masa. Banyak pengorbanan yang dibutuhkan demi kelanggengannya. Kadang air mata terkuras di dalamnya. Menikah adalah menitipkan hidup pada pasangan. Sekaligus dititipkan kehidupan lain. Harus saling menjaga hingga raga bercerai dari nyawa.Setelah bertukar pendapat, kami sepakat untuk liburan ke Yogyakarta dan beberapa kota lain sekitarnya. Dirasa seminggu cukup menghabiskan waktu di sana. Untuk perjalanan jauh pun tak khawatir sebab anak-anak sudah bisa diajak jauh.Ketika diinfokan akan liburan, mama dan papa antusias untuk ikut. Mereka mengatakan pasti ikut. Baguslah, makin rame, makin seru.Kasihan juga kalau tak diajak. Para orang tua juga butuh hiburan di tengah kesuntukan. Mereka pasti akan se

  • ISTRIKU MEMBEKU   HUKUMAN

    ANDRASebelum Resti menyabetkan pisau, satu tembakan menembus tangannya. Ia histeris hingga seperti orang kesurupan. Pastilah tembusan peluru itu sangat menyakitkan. Aku dan Armila mundur. Dan, polisi pun melaksanakan tugasnya. Jeritan Resti hilang sama sekali setelah kami berhasil keluar dari gudang ini. Mungkin pingsan akibat sakit dahsyat. "Kalian tak apa?" tanya Reiga. Ia bicara berlomba dengan napas tersengal-sengal. "Tidak, kami selamat. Ide dokter Reiga memang top!" pujiku.Kami saling menepukkan tangan, lalu tertawa bersama. Sepertinya kemenangan ini harus dirayakan. Juga disyukuri sebab ini semata-mata berkat pertolongan Allah. *Di tempat persembuyian Rafael dan Resti, ditemukan narkoba. Dari penelusuran polisi mereka diketahui bukan hanya pemakai, tapi pengedar.Lepas dari penjara keduanya tak punya apa-apa. Mereka melakukan apapun demi bertahan hidup hingga bertemu gembong narkoba. Darisanalah berlanjut kejahatannya. Hukuman Rafael dan Resti kali ini takkan sebentar.

  • ISTRIKU MEMBEKU   MASUK PERANGKAP

    ANDRASungguh aku berat melepas Armila sebagai umpan. Tapi, hanya dia yang saat ini bisa menjadi pemancing Resti dan Rafael keluar dari sarang. Kalau tak dihentikan segerq, dua penjahat itu akan terus berkeliaran. Meneror kami kapan dan di mana pun. Orang yang sudah biasa berbuat jahat, sulit diluruskan. Hanya hukuman badan yang bisa menghentikannyq. Kali ini mereka akan lama masuk penjaranya.Dengan sangat terpaksa kuizinkan Armila jadi umpan. Karena tahu keraguanku, Reiga terus meyakinkan bahwa Armila akan baik-baik saja. Ia pun terus bilang bahwa kami harus berani agar masalah selesai. Wanita itu memang pemberani. Tak takut meski nyawa taruhannya. "Resti dan Rafael sudah tak waras. Kalau tak dihentikan mereka bisa membunuh kita semua!" jelas Reiga. Ia pantang menyerah melemoar argumen agar izinku keluar. "Oke, penjagaan pada Armila harus berlapis. Aku tak mau ambik resiko." tekanku pada Reiga. Aku tak mau spekulasi pada keselamatan nyawanya. Bisa merasa bersalah seumur hidup kala

  • ISTRIKU MEMBEKU   PANCINGAN

    ARMILAAku setuju sebab kelakuan sejoli jahat itu sudah keterlaluan. Mereka memang niat balas dendam dengan cara menimpakan keburukan pada kami.Seminggu setelah mas Andra pulang, barulah Reiga mengajak kami diskusi. Katanya dia sudah punya ide untuk menjebak mereka.Reiga juga minta bantuan sepupunya yang memang bekerja sebagai polisi. Ternyata Rafael dan Resti memang sedang dalam incaran. Mereka terindikasi kuat sebagaipemakai sekaligus pengedar narkoba.Baguslah, kalau nanti dipenjara akan lebih lama lagi sebab deliknya bukan hanya penganiayaan pada manusia. Tapi ada juga delik pengedaran narkoba. Pasti hukumannya berlipat-lipat.Aksi akan dimulai. Yang jadi pancingan adalah aku. Awalnya mas Andra tak setuju, tapi Reiga akan menjamin keselamatan. Masalahnya kondisi mas Andra belum mungkin bepergian. Karena tangan dan kakinya masih belum pulih utuh.Hari ini aku mengendarai mobil sendiri. Tapi di radius tertentu sudah ada yang mengawal. Reiga bahkan membayar preman untuk jadi bodyg

  • ISTRIKU MEMBEKU   HAJAR

    ARMILAMendengar itu aku langsung menengok ke belakang. Ternyata benar ada mobil yng mencurigakan.Mobil itu ikut ngebut saat mang Dadang ngebut. Lambat kalau kami melambat. Bahkan ikut berhenti kala berhenti.Irna langsung menghubungi suaminya dan suami bu Erni untuk mengantisipasi kemungkinan buruk. Aku tak mungkin menelpon mas Andra sebab bisa syok berat.Kubilang pada Irna agar Reiga minta bantuan pada orang lain. Aku takut ada sesuatu yang buruk menimpa kami.Karena takut kecelakaan seperti mas Andra, mang Dadang menghentikan mobil. Katanya mereka berusaha menghancurkan konsentrasi hingga nanti gagal fokus dan celaka di jalan.Kami menunggu apa yang akan dilakukan pengemudinya. Kami bertiga sudah siap dengan segala kemungkinan."Semprotannya siapin, kalau emang orang jahat nanti kita kasih cairan ini."Ini adalah cairan berisi merica dan cabe. Lumayan perih kalau disemprotkan pada mata. Mang Dadang juga sudah siap dengan pentungan kayu yang memang dipersiapkan dari rumah.Syukurl

  • ISTRIKU MEMBEKU   WADPADA

    ARMILAAku histeris mendengar mas Andra dan anak-anak kecelakaan. Kanaya yang ada di pangkuan jadi terbawa ibunya. Ia pun menjerit dan menangis.Untung bi Enah cepat tanggap. Wanita paruh baya ini mengambil Kanaya dan berusaha menenangkannya."Ibu jangan panik, ayo siap-siap ke rumah sakit!"Kata-kata bi Enah membuatku sadar bahwa harus segera pergi ke rumah sakit. Tak perlu dandan lama. Cukup baju sopan, tas, dompet plus HP.Aku pergi bersama Irna yang sama syoknya sebab Devan pun ikut dalam kendaraan itu. Di mobil, kami hanya bisa menangis sambil berpelukan. Ketakutan benar-benar mencengkram jiwa.Mobil yang dikemudikan mang Dadang terasa lambat. Padahal katanya sudah ngebut. Mungkin ini karena perasaan tak sabar ingin segera sampai."Mang, cepetan, Mang!""Gak bisa lagi, Bu, Nanti ditilang polisi!"Terpaksa aku dan Irna harus menambah stok sabar. Untunglah Reiga sudah ada di sana. Jadi kami percayakan dulu padanya.Akhirnya kami sampai di rumah sakit tempat mas Andra dan anak-anak

  • ISTRIKU MEMBEKU   MEREKA KEMBALI

    ANDRAUntunglah cepat sadar bahwa di sini sedang bersama dua jagoan. Langsung saja tinggalkan dulu mainan untuk dua putri.Mereka tak ada di tempat mencari mainan awal. Langsung kukitari seluruh sudut toko ini."Mba, lihat anak saya. Dua anak kecil, umur tujuh tahunan. Pakai baju baju kotak-kotak biru!""Oh, tadi lagi di tempat robot! Di sebelah kiri, Pak!"Setelah mengucapkan terima kasih, aku menuju tempat yang ditunjuk. Tak ada ternyata!Aku panik! Bayangan buruk mulai masuk ke otak. Dan itu sukses mengguncang perasaan. Jantung ini mulai bertabuhan kencang."Affan, Devan, kalian di mana?"Aku minta pada penjaga toko untuk bantu mencarikan anak-anak. Mereka bersedia dan mulai berpencarKupanggil berulang dua nama itu. Rasanya benar-benar seperti sedang olahraga jantung. Aku pun tak absen merutuki kecerobohan diri.Di dekat foodcourt aku melihat Devan dan Affan sedang bicara dengan seorang wanita. Dari gayanya aku yakin dia adalah mantan narapidana itu. Meski memyamar, mata tak bisa

  • ISTRIKU MEMBEKU   HARUSNYA

    ANDRA"Jagoan, Papa kangen!"Aku menggendong Affan yang seminggu ini tak bertemu. Rasanya seperti setahun saking rindu.Kebersamaan dengan ratu, pangeran dan putriku serupa candu. Canda tawa Armila, Affan dan Kanaya menjadi mood booster bagi kehidupan Umur Affan sekarang tujuh tahun, sudah masuk sekolah dasar. Adiknya baru dua tahun. Kami memang sepakat untuk memberinya adik di usia lima tahun. Dan alhamdulillah dikabulkan.Reiga pun demikian, seperti kompetisi. Mereka juga telah punya dua. Putri juga adik Devan itu. Namanya Kayyisa.Hidup kami enam tahun ini diliputi ketenangan. Hanya ada riak-riak kecil kalaupun konflik suami istri. Lepas itu kembali damai dengan kualitas hubungan makin rekat."Hmm, sama mama gak kangen, kah?"Armila, wanita sumber ketenangan hidup muncul dari balik pintu. Aku langsung menghampiri dan memasukkan tubuhnya dalam pelukan. Untunglah Affan dan Kanaya sudah lepas dari gendongan. Sekarang sedang sibuk dengan oleh-oleh. "Aku sekarat merinduimu," bisikku m

  • ISTRIKU MEMBEKU   TAK PADAM

    RESTIJujur, aku muak dengan rengekan pria tua ini. Harusnya aku tak bersedia menemuinya agar tak harus mendengar kebaperan lelaki tak berguna ini."Sudahlah, Mas. Kalau mau menceraikan, ceraikan saja. Dan, ingat jangan pernah menemuiku lagi. Aku muak!"Aku tak peduli dengan penderitaannya akibat dikhianati. Salah sendiri dia tua dan lemah. Wajarlah aku cari kesenangan lain sebab tak pernah dipuaskan."Apa kamu tak merasa bersalah sedikit pun, Resti? Sebusuk itukah hatimu?""Kalau tak ada yang ingin di katakan lagi aku mau pergi. Dengar, aku bosan mendengar celotehanmu, jadi aku beri kesempatan terakhir mau bicara apa lagi?"Mas Bima menghela napas berat, kemudian memandangku tajam. Lalu terucap dari mulutnya ucapan cerai, maka resmi sudah aku jadi janda untuk kedua kalinya.Tak masalah karena itu lebih baik. Untuk apa juga masih berstatus istrinya tapi tidak akan lagi diterima. Yang ada hanya akan menerima hinaan kalaupun keluar dari penjara dan kembali ke rumah itu. Lebih baik nanti

DMCA.com Protection Status