"Pagi, Sayang," sapa Alice saat mendapati Kenward tengah bersiap berangkat ke kantor. Kenward memilih diam. Sudah satu bulan berlalu, akan tetapi mereka tidak seperti pengantin baru. Alice terus uring-uringan dengan sikap dingin Kenward. Jangankan mendapatkan haknya, disentuh pun Keward enggang melakukannya. "Berhenti bersikap sok manis, Alice!" Alice yang tadinya memeluk Kenward dari belakang melepasnya dengan perasaan kesal. Sudah berulang kali Kenward terus menolak kontak fisik dengan Alice. Kenward segera bergegas keluar. Dia selalu berasa terkekang oleh keadaan. "Mau ke mana?""Pernikahan kita terjadi atas kesalahan yang sengaja kamu buat. Kamu pikir aku tidak tahu kalau ini semua adalah kesengajaan?""Lalu maumu apa?""Berhenti bersikap seperti istri sungguhan!"Kenward berlalu meninggalkan Alice. Dia melangkah cepat menuruni anak tangga. Di lantai dasar dia bertemu dengan Gio. Gio mencegat langkah Kenward. Mata mereka saling bertemu."Sampai kapan kamu akan bersikap sepe
"Terima kasih, Sayang. Malam ini aku sangat bahagia," ucap Alice saat mereka tengah makan malam romantis di sebuah restoran mewah. Kenward menanggapinya dengan senyum. Malam ini Kenward tampil begitu menawan. Wajahnya yang rupawan seperti pahatan dewa Yunani. Wanita mana yang tidak akan tergila-gila akan pesonanya. Dia calon pewaris tunggal Giunandra Group setelah ayahnya. Laki-laki royal dan memiliki banyak saham di beberapa perusahaan. Itu adalah sebagian kecil alasan Alice terobsesi padanya. "Sebentar!"Alice berhenti mengunyah makanannya. Tangan Kenward terulur perlahan. Wajah Alice memerah saat wajah Kenward begitu dekat dengannya. Wanita itu memejamkan matanya. Dia sangat berharap sesuatu yang romantis terjadi. "Maaf. Ada sisa makanan di bibirmu."Alice spontan membuka mata. Kenward tersenyum. "Aku janji, Ken, akan menjadi istri yang baik."Kenward sama sekali tidak menanggapi. Dia memilih menyibukkan diri dengan memotong steak yang sejak tadi menunggunya.Di dalam hati Al
Shafira bangun dari tidurnya. Dia berusaha untuk bangkit memulai hari yang baru setelah setengah tahun berlalu.Shafira berjalan masuk ke kamar mandi. Ditatapnya wajah yang semakin kurus di dalam pantalan cermin.Rambut tak tersisir rapih, mata sayu dan terdapat lingkaran hitam di bawahnya, kulit pucat dan bibir kering. Dia berbeda dari Shafira yang dulu. "Ken, kamu berhasil menghancurkanku. Menghantam jiwa dan memporak-porandakan hatiku. Sekarang, kamu bahagia di sana. Sedangkan aku?"Air mata mengalir begitu saja. Tangan kurusnya menepis air mata itu. "Aku juga ingin bahagia, Ken. Aku juga ingin sepertimu yang dengan mudahnya mencampakkanku. Aku hancur ...."Kembali Shafira terisak. Dia begitu lemah untuk menanggungnya sendirian.Perlahan dia memutar keran dan menengadahkan tangannya untuk mengambil air. Air matanya masih terus berjatuhan hingga air dingin itu membasuh wajahnya. "Aku harus bangkit demi putraku. Aku akan hilangkan perasaan dan ingatan ini pada mereka," putusnya.
"Eliezer, besok aku akan berangkat menuju Bandung menemui Shafira.""Tuan akan ke sana sendiri?""Iya. Aku ingin menjelaskan semuanya pada Shafira. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman antara Shafira dan Kenward."Eliezer berpikir sejenak. Benar, sudah setengah tahun berlalu, tidak ada satu orang pun dari keluarga Guinandra yang datang menjemput Shafira.Terakhir kabar yang Eliezer dengar bahwa Shafira terganggu batinnya saat mengetahui kabar pernikahan Kenward. "Aku tidak yakin jika Nyonya Shafira tidak tahu, akan tetapi akan ada penolakan tegas darinya nanti. Maafkan jika saya lancang, Tuan. Tapi, akan lebih baik jika Tuan Kenward sendiri yang menjemput mereka." "Aku ragu mengajak Kenward. Dia sepertinya sudah menerima kehadiran Alice di sisinya. Buktinya dia sudah tidak serapuh dulu dan kemanapun dia pergi, Alice pasti di sisinya."Eliezer terdiam. Bukan keinginan Kenward juga bukan karena telah meluoakan Shafira. Dia sedang bersandiwara demi membongkar kedok Alice. Ingin rasanya
"Apa tujuan kamu kembali ke sini?"Giovani terdiam sejenak. Dia berusaha memikirkan jawaban yang tepat untuk Shafira.Shafira sendiri menunggu Gio untuk menjawab pertanyaan yang sebenarnya enggang dia tanyakan. "Aku ....""Apa?""Aku hanya ingin memastikan keadaan kalian."Shafira memilih diam. Dia ingin mendengar penjelasan dari Giovani."Sebelumnya aku ingin minta maaf jika aku lancang dan kehadiranku tidak diinginkan. Jujur, sudah lama aku ingin ke sini, hanya saja waktu yang tidak tepat. Soal Kakek, Paman Albern dan Kenward, bukan mereka ingin menyingkirkanmu. Justru mereka sangat menyayangimu, tapi—""Jangan teruskan! Buktinya sampau detik ini mereka tidak juga datang untuk melihat keadaan kami.""Jangan potong dulu, Shafira, biarkan aku menyelesaikan semuanya biar tidak terjadi kesalahpahaman terus menerus."Shafira diam. Dia sudah jengah dan tidak ingin membahas apapun tentang keluarga Guinandra. "Kamu tahu, keluargaku sendiri yang tega menjadikan aku kambing hitam atas masal
"Shafira, apa kamu tahu? Bukan hanya kamu yang terluka. Ken juga sangat terluka setelah kepergianmu. Dia berubah menjadi sosok yang menyeramkan."Shafira terdiam. Dia memilih sibuk untuk menyuapi bayinya. Gio tidak menyerah untuk membujuk Shafira. "Ken benar-benar mencintaimu. Dia terus menangis sendiri, lebih banyak melamun dan—""Kalau benar dia mencintaiku, dia tidak akan gegabah dan hampir menjatuhkan talak.""Kamu salah menafsirkannya, Shafira.""Salah? Huh, teruskan saja menyalahkan aku. Sekarang, bahkan dia telah menikahi adikmu. Apa itu bukan salahnya lagi?""Itu kecelakaan.""Bahkan datang untuk meminta maaf pun dia tidak melakukannya. Kalian semua menghilang dan tak ada satupun yang datang untuk menemuiku, menjelaskan semua yang terjadi.""Shafira ....""Aku hancur, terluka, dihantam oleh kenyataan pahit, melewati itu semua sendiri dan berusaha bangkit. Lalu, kamu datang dan hanya bisa menyalahkanku saja? Di mana hati nuranimu, Gio?"Shafira menyeka air matanya yang terus
"Ayah merasa sangat tidak adil, Albern.""Maksud, Ayah?"Tuan Abimana mengembuskan napas kasar. Semenjak Giovani mengabarkan kondisi Shafira, Tuan Abimana tidak dapat tidur nyenyak sedikitpun. Hatinya ikut tercabik saat Gio mengatakan bahwa Shafira hancur setelah mengetahui kabar pernikahan Kenward. "Ayah merasa telah berbuat dzalim pada Shafira. Gio bilang, Shafira benar-benar hancur saat tahu kabar pernikahan Ken.""Apa yang harus kita lakukan, Ayah?""Ayah tahu, wanita mana yang bisa bersikap baik-baik saja saat cintanya dibagi? Apa yang dulu ibumu rasakab kini dirasakan juga oleh Shafira. Ibumu dulu juga sama hancurnya saat tahu ayah menikah lagi. Bedanya, Ibumu pandai menyembunyikan lukanya. Akibatnya, istri yang sangat aku sayangi menderita batin hingga akhir hayatnya.""Ayah ....""Ayah menyesal telah berbuat ceroboh, Albern. Ayah sangat menyesal ...."Tuan Abimana menangis. Apa yang dulu terjadi lada mendiang istrinya kini terjadi lagi lada Shafira. Dua wanita yang memiliki
"Kakek, apa yang tengah terjadi?" tanya Alice dengan raut wajah sedih yang dibuat-buat tentunya. Sesuai arahan Tuan Agatha. Dia harus datang dan bersandiwara seolah-olah sedih atas kejadian yang menimpa Tuan Abimana. Alice mendekat dan membungkukkan badannya di atas ranjang pasien. Dia terus berusaha agar terlihat sempurna."Kenapa tidak ada yang mengabariku? Aku juga cucunya.""Semua serba mendadak, Alice," jaeab Kenward. Alice sedikit mengguncang tubuh lemah Tuan Abimana."Bangun, Kek, Alice sudah ada di sini.""Sudahlah, Sayang. Kita doakan saja kakekmu semoga tidak terjadi apa-apa," ucap Nyonya Sonia yang melengkapi sandiwara putrinya. Alice mengangkat tubuhnya dan mencium tangan Tuan Abimana. Dia terus menangis seolah-olah ikut merasa hancur.Nyonya Sonia pun melakukan hal yang sama. Dia juga terduduk di samping ranjang. Kenward dan Albern yang mengetahui sandiwara mereka memilih diam dan mengikuti alurnya. "Ken, kenapa kamu diam saja? Katakan pada dokter, Ken, berapapun aka
"Aku minta maaf, Shafira. Aku tahu ini sangat susah tapi beri aku satu kesempatan. Ini permintaan terakhirku. Aku ingin hidup tenang."Alice hendak bersujud di kakinya akan tetapi Shafira menolak."Jangan pernah merendahkan dirimu pada manusia, Alice. Merendahlah pada Tuhanmu saja."Shafira membantu Alice untuk bangkit dan menatap matanya dalam."Aku memaafkanmu."Alice menangis dan memeluk Shafira. Untuk pertama kalinya mereka melakukan itu. Alice menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Shafira. Dia sekarang tenang. Shafira melepas pelukannya dan menghapus jejak mata Alice. "Kamu adalah adikku, Alice." "Jika aku meminta satu permintaan, apa kamu mau mengabulkannya?""Apa itu?""Aku ingin menghadap pada Tuhanku dengan cara yang baik. Aku ingin shalat, berpakaian muslimah dan makan bersamamu.""Masya Allah, aku akan melakukannya."Shafira kemudian kembali memeluk Alice. Mereka sama-sama menangis saat ini. Dia kemudian menuntun Alice berwudhu kemudian shalat ashar bersama. Berhubung
"Sebenarnya aku merasa takut untuk menghadiri sidang akhir ini, Ken. Aku tidak sanggup mendengar keputusan haki. Itu lah sebabnya selama persidangan aku memilih untuk ridak menghadirinya.""Papa, Mama dan adikku sendiri ada di sana. Aku benar-benar tidak sanggup."Tuan Albern menepuk pelan pundak Gio untuk memberinya kekuatan.Hari ini adalah jadwal pembacaan keputusan sidang. Semua keluarga turut hadir kecuali Keano. Suasana sidang mulai ramai. Saat para terdakwa masuk, suasana jembali gaduh. Kenward terus menggenggam tangan Shafira untuk memberinya kekuatan. "Sidang pembacaan keputusan akan dimulai. Silahkan para hadirin untuk diam sejenak dan kami harapkan tidak ada keributan agar proses sudang berjalan dengan lancar."Suasana kembali hening. Ketua hakim kemudian membagikan tiga rangkap bacaan putusan pengadilan atas hukumannyang akan dijatuhkan pada ketiga terdakwa."Silakan, terdakwa atas nama Agatha Abimana Guinandra untuk berdiri!"Tuan Agataha berdiri menghadap ke arah haki
"Aku ingin bertemu dengan Pak Adam.""Dia sedangan ada rapat, Pak. Apa sudah ada janji sebelumnya?" tanya wanita yang diduga sekretarisnya."Iya," jawab Haris sengaja berbohong. "Baik, Pak. Silahkan menunggu sebentar. Rapat sebentar lagi selesai."Terima kasih."Haris memilih duduk di sofa ruang tunggu sambil memikirkan strategi yang akan digunakan nantinya. Haris sejak dulu membenci Eliezer. Dia adalah dua pengacara hebat yang saling bersaing satu sama lain. "Aku harus bisa mengalahkan Eliezer," gumamnya. Dua puluh menit berlalu. Haris spontan berdiri saat melihat Pak Adam keluar dari ruang rapat. Dia berjakan menghampiri hakim ketua yang diprediksi berusia lima puluh tahun itu."Siang, Pak Adam.""Selamat siang, Pak Haris. Apa kita ada janji temu sebelumnya?"Haris mengurai senyum. "Ada hal penting yang ingin saya sampaikan, Pak.""Soal?""Ah, ini rahasia dan baiknya kita bicara berdua."Pak Adam mulai menaruh curiga. Terlebih dia tahu sosok yang ada di depannya saat ini."Baik
"Bagaimana, Tuan Agatha, hari ini pembacaan tuntutan jaksa. Apa Anda siap?""Bagaimana jika tuntutan itu berat?""Kami mendengar bahwa tuntutan jaksa tentang pembunuhan berencana itu seumur hidup. Bagaimana tanggapan Anda?"Banyak pertanyaan dari awak media yang membuat kepala Tuan Agatha semakin pusing. Dia lebih memilih tertunduk dalam.Hal yang sama ditanyakan saat Alice dan Nyonya Sonia masuk ke ruangan persidangan. Keduanya memilih menunduk dalam. Pembacaan tuntutan jaksa dimulai. Tuan Agatha lebih dulu duduk di kursi terdakwa. "Silahkan saudara Agatha Abimana Giinandra untuk berdiri!"Tuan Agatha yang memakai kemeja putih dan celana kain berwarna hitam berdiri. "Berdasarkan keputusan sesuai dengan isi pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana yang menyebutkan bahwa 'Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencama ( moord ), dengan pidana mati, atau penjara seumur hidup atau selama waktu ter
"Keputusan akan cepat diproses karena mereka tidak ada perlawanan, Tuan.""Baguslah. Kalau begitu tinggal pembacaan tuntutan jaksa lalu akan ada pembacaan pembelaan tersangka ataa tuntutan jaksa atau pledoi jika mereka keberatan."Tuan Albern dan Ken terdiam. Prosesnya dibilang cukup panjang. Di luar sana media seakan berlomba-komba untuk memberitakan ini semua. Bukan karena kasusnya akan tetapi ornag yang saat ini menjadi tersangka utamanya. Keluarga Agatha adalah orang yang cukup terpandang. Melihat keadaan seperti ini tentu saja media mengincar setiap pergerakan yang dilakukan oleh Keluarga Guinnadra. "Awak media masih terus menunggu di luar, Pa.""Kita hadapi saja."Mereka bertiga melangkah keluar. Puluhan awak media langsung mwndatangi mereka."Bagaimana kelanjutannya, Pak?""Pak, apa benar hanya denndam pribadi?""Pak, lalu bagaimana keadaan korban saat ini?""Pak, bagaimana status tersangka Alice saat ini?"Berbagai pertanyaan beruntun datang menghampiri. Mereka sedikit kewa
"Bagaimana keadaan kalian?""Aku baik-baik saja, Gio."Shafira memperhatikan wajah sendu Gio yang tidak peenah ditampakkan selama ini. Matanya beralih pada jendela rumah sakit yang berhadapan langsung dengan taman bermain anak-anak. Raline, Keano dan kedua putrinya bermain di sana sedangkan Shafira dan Gio berada di dalam kamar Keano. "Apa yang kamu pikirkan, Gio?""Mereka sudah membawa papa dan mama. Rasanya menyakitkan ....""Maksudnya?""Polisi sudah menemukan barang bukti kejahatan mereka selama ini yang mereka sembunyikan. Keluargaku dikenakan pasal berlapis atas tindakan kriminal yang dilakukannya."Shafira mengembuskan napas berat. Rasa nyeri dan sesak menjalar ke seluruh rongga dadanya. Ingatannya kembali pada sikap keluarga Agatha padanya dulu. Shafira berasa hidup di penjara. Mereka terus melakukan segala cara untuk melenyapkan Shafira termasuk putranya. "Aku tahu selama ini keluargaku sudah sangat melewati batas. Ingin menghentikan mereka justru aku yang dijadikan kambi
"Ibu ....""Iya, Sayang?""Aku ingin pulang. Aku bosan di sini."Shafira berusaha tersenyum. Dia mengelus pundak putranya. Kenward sudah berpesan untuk tidak membawa putranya kembali ke rumah dulu. Dia takut trauma itu kembali. "Nanti ya, Sayang. Lukamu masih perlu disembuhkan.""Tapi, aku bosan di sini, Ibu," rengeknya.Shafira mencium pucuk kepala putranya. Dia tidak ingin menentang perintah suaminya juga ingin melindungi putranya. Dia bertekad untuk selalu berusaha agar putranya merasa nyaman dan terhindar sesuatu yang bisa membuatnya mengingat kembali kejadian menyakitkan itu. "Ini permintaan ayah, Sayang."****"Halo, Tuan Kenward. Hari ini kami akan melakukan penyelidikan dan pencarian bukti di kediaman Anda.""Silahkan, Pak."Kenward menemui keluarganya yang tengah menikmati makan siang bersama tanpa kehadiran Shafira dan Keano. Sengaja dia melakukan itu atas dasar perintah Komandan Andrew. Tuan Agatha dan Nyonya Sonia tampak menikmati keakraban yang sudah lama hilang. Ked
"Alice sudah keterlaluan, Ma. Dia sudah melalukan tindakan bodoh tanpa diskusi dulu dengan kita. Apa dia tidak memikirkan konsekuensinya?"Tuan Agatha dibuat kesal oleh putrinya. Apa yang dilakukan oleh Alice tidak hanya membahayakan dirinya juga keluarganya sendiri. "Apa dia tidak pernah berfikir? kalau dia melakukan sesuatu yang berbahaya, tentu kita juga akan terseret.""Mungkin putri kita melakukan itu semua karena.sudah jenuh dengan sikap keluarga Albern.""Atau jangan-jangan kamu tahu, Ma, rencana dia?"Nyonya Sonia sedikit tersentak. Tatapan mata Tuan Agatha berubah menjadi tatapan mengintimidasi. Tuan Agatha menghampiri istrinya. Dia merasa ada yang sedang disembunyikannya. "Apa yang kamu sembunyikan dariku, Ma. Jawab!""Ti-tidak, Pa. Aku tidak tahu apa-apa.""Jangan membohongiku, Ma. Aku bisa tahu dari sorot mata dan sikapmu.""Aku serius, Pa.""Ma ...."Nyonya Sonia mengembuskan napas berat. Biar bagaimana pun suaminya pasti tahu apa yang sudah terjadi. "Baiklah, Mama t
"Ada hal yang ingin aku sampaikan pada kalian semua terkait siapa pelaku penculikan putra kami-Keano.""Siapa, Ken?"Semua yang sengaja dihadirkan Ken diam menunggu nama yang akan disebut. Nyonya Sonia berusaha menenangkan diri. Dia belum siap mendengar pengakuan putrinya. "Alice, Pa.""Apa?!"Semua yang hadir terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Kenward. Terkecuali Gio.Shafira menangis. Dia sudah menduga sebelumnya jika ada keterlibatan Alice pada kasus ini. Hanya saja dia berusaha untuk berpikir positif.Tubuhnya terguncang menahan sesak dan tangis yang ingin sekali pecah. Entah kenapa Alice ingin sekali melenyapkannya. Ingin membuktikan secara kuat, Ken memutar rekaman video yang dikirim oleh Nichole dulu. "Aku tidak menyangka putriku akan melakukan hal sekeji itu. Aku sama sekali tahu soal ini.""Saat ini Alice ditahan di Polres Metro Jakarta Selatan. Semua sudah dilakukan tinggal mengumpulkan bukti-bukti yang ada dan aku harap kerjasamanya untuk tidak menemuinya dulu demi