Awas jangan terlalu tegang bacanya!!!...POV ROSA 2Yoga lekas memegang pergelangan tanganku dan bergegas pergi dari caffe ini.."Kita mau pergi ke mana?" tanyaku menghentikan langkah dan ia segera menoleh ke arahku."Kita akan pergi ke hotel," sahutnya tersenyum miring. Aku kaget mendengar ucapannya."Kok ke hotel sih, aku tidak mau. Ah!""Sudahlah ... Tidak usah munafik!! Aku lihat, kamu bukan wanita baik-baik. Sekarang kamu temani aku, ya! tidak akan lama kok," Lelaki di hadapan aku memegang pergelangan tanganku secara paksa."Aku tidak mau ke hotel," sahutku menolak dengan amarah.Aku kesal mendengar ucapannya akan mengajaku ke hotel, aku sangat tidak sudi kalau tidak di bayar.
Aku sangat menyesal melakukannya, apalagi ia mengeluarkannya di d*lam dan itu beberapa kali. Lantas, kalau terjadi pembuahan dan aku hamil bagaimana? Aku menangis meraung di pojok sudut kamar tanpa memakai busana.Aku beranjak dan lekas memakai pakaian kembali, aku lantas meninggalkan kamar ini dengan hati dongkol.Kini, sekarang aku berjalan menyusuri hotel dengan penuh amarah, aku keluar dari hotel dan lekas ingin pulang menggunakan taksi online saja.Aku berdiam diri di sisi trotoar menunggu taksi lewat sambil berdiri, untung saja sekarang sudah sore jadi tidak ada sinar matahari yang memancar, aku takut kulitku terbakar oleh panasnya terik matahari.Selang beberapa saat kemudian, akhirnya yang 'ku tunggu tiba juga, sebuah mobil taksi. Aku segera melambaikan tangan dan lekas mobil taksi itu berhenti tepat di depanku.Aku lekas ma
Hari yang di tunggu pun sudah tiba, tepatnya seminggu lagi aku akan menikah dengan Mas Tama, perasaan ku sudah tidak karuan lagi, jantungku seakan bergetar mengingat sebentar lagi aku akan resmi menjadi istri Mas Pratama CEO perusahaan Adijaya Gruop.Sebelumnya, aku sudah bertunangan terlebih dahulu dengan Mas Faisal tepat usia anakku menginjak 5 bulan. Dan sekarang tepat anakku berulang tahun yang ke satu tahun, aku akan segera melangsungkan ijab qobul bersama lelaki yang telah mengisi hatiku.Kedua anak kembarku sekarang sudah memasuki usia satu tahun kurang satu minggu, Rasya dan Khaira tumbuh menjadi anak yang sangat lucu dan menggemaskan sekali.Khaira sudah bisa bicara walaupun hanya menyebut Mama atau Nenek, itu membuat aku sangat bahagia sekali.Sedangkan Rasya sudah mulai bisa berjalan walaupun hanya tiga atau empat langkah saja, aku sangat senang dan
Aku berjalan meninggalkan Mas Pratama dengan si kembar, aku ingin tahu siapa yang bertamu mengetuk pintu dengan keras.Aku segera membuka pintu perlahan dan lekas menatap seseorang tamu yang tengah berdiri. Aku begitu kaget ternyata yang mengetuk pintu dari tadi adalah Rosa."Kamu? Mau apa datang ke rumah ini?" ketusku sama sekali tidak suka wanita jalang ini datang ke rumahku."Mbak, aku ke sini ingin meminta maaf. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di kota ini. Mamaku membawa pergi anak aku entah ke mana. Apa aku boleh tinggal di rumah ini?" Rosa memelas memohon ampunan dan berkeinginan ingin tinggal di rumahku."Apa kamu bilang? Kamu ingin tinggal di rumah ini? Ngaca dong! kamu tidak tahu diri sekali, sudah menghancurkan rumah tanggaku dan sekarang malah meminta tinggal di rumah ku," sahutku emosi menatap Rosa yang menangis tersedu-sedu
"Sama-sama, Sayang ... Mama juga sangat bahagia memeliki putri seperti kamu." ucap Mama padaku, aku tersenyum mendengar ucapan Mama.."Dira ... "Terdengar suara dari arah belakang memanggil nama ku, rupa-rupa nya ia adalah Mas Tama"Tadi diluar, aku mendengar suara orang berisik, ada masalah apa?" tanya Mas Tama, aku menatap Mama tapi malah tersenyum."Tadi Rosa kesini meminta untuk tinggal bersama kami, Mas!" ucapku menatap Mas Faisal."Terus?""Ya, aku tidak mengizinkan dan akhirnya sampai berantem, tapi masalahnya sudah kelar kok, Mas!" jawabku, Mas Tama menganggukan kepala."Oh begitu, kirain Mas masalahnya belum kelar," lirik mas tama sambil tersenyum."Rasya sama Khaira mana, Mas?" tanyaku pada Mas Tama sambil menatap kesekeliling ruangan.
Tiba saatnya kesucian cinta akan di mulai, sekarang hari yang paling membahagiakan dalam hidupku. Kini, sebentar lagi aku akan menyandang gelar sebagai seorang istri.Semuanya sudah tertata rapi di dalam gedung yang akan menjadi saksi biksu pernikahan antara aku dan Mas Tama.Para tamu agung sebentar lagi akan segera datang ke gedung ini, menyaksikan acara sakral ikatan cinta pernikahan kami.Sekarang sudah pukul 08:30 WIB, aku sudah selesai merias wajah dengan sangat cantik dan aku juga sudah memakai gaun pengantin yang sudah aku coba sebelumnya bersama Mas Tama.Semua keluarga besarku turut hadir untuk menyaksikan ijab qobul yang akan di selenggarakan pukul 09:00 WIB.Tak henti-hentinya aku mengucap syukur kepada Allah SWT yang telah mempertemukan kami, tidak di sangka-sangka ternyata sekarang aku akan bersanding di pelaminan bers
Part 43Entah siapa dia, aku sama sekali tidak bisa melihatnya lebih jelas karena ia berada di ujung sudut ruangan ini.Tapi, sepertinya ia akan menuju kehadapanku dan Mas Tama, ketika semakin dekat terlihat ternyata yang datang adalah Mas Faisal--mantan suamiku.Aku menatap kedatangan Mas Faisal yang di temani mantan ibu mertua. Ia menatap kearah ku, kami lekas bangun."Dira ... Selamat ya, akhirnya kamu menemukan suami yang lebih baik dari aku," Mas Faisal menatap senyum, ia memberi selamat sembari mengulurkan tangannya, aku meraih uluran tangannya."Terima kasih, Mas." aku tersenyum menatapnya. Ia mengangguk dan segera tangan kami terlepas. Mas Faisal segera menghampiri Mas Pratama."Saya harap, anda bisa menjaga Dira sebaik-baiknya. Jangan pernah mengecewakan apalagi menyakiti hatin
Mas Tama menatap kearahku, aku segera menundukan kepala. Aku telah selesai melepas pakaian, Dan lekas memakai lingerie pemberian Mas Tama. Dan sekarang aku telah memakai pakaian sexy ini. Aku sangat malu tak karuan, hatiku berdebar kencang..Aku masih menundukan kepala menutup bagian tubuhku menggukan kedua tangan, Mas Tama mendekat. Aku sangat refreks tidak karuan sesaat Mas Tama berhasil mendekat ke arahku.Ia mengangkat dagu ku, kami saling bertatap muka dan saling pandang memandang. Jantungku kembali ber-irama dengan cepat, aku memang sudah pernah menikah. Tapi, untuk kesekian kalinya aku merasa sangat canggung di tatap olehnya, apalagi hanya jarak lima senti."Kenapa kamu terlihat canggung? bukankah kamu pernah melakukan dengan suamimu sebelumnya?" tanya Mas Tama menatap tanpa berkedip."Aku sudah lama tidak seperti ini, aku sangat malu," sahutku pelan
part 77''Sudah Nak, biarkan saja Papa sama Mama yang bertugas mengerjakan ini. Kamu istirahat saja jaga anak-anak, nanti pada tidak bisa diam lagi,'' ujar Papa, aku menghela nafas berniat ingin membantu tapi di larang.''Biar Dira saja. Papa dan Mama istirahat, sepertinya lelah sekali. Dira ingin bantu,'' sahutku memegang pergelangan tangan papa.''Ya sudah, jika kamu mau membantu. Silahkan saja, kebetulan Papa dan Mama juga sangat cape sekali ingin istirahat,'' sahut Papa duduk di kursi.''Nah, lebih baik istirahat saja. Aku tidak mau melihat Papa dan Mama kecapekan,'' sahutku tersenyum.''Terima kasih, Dira. Yasudah, Papa dan Mama istirahat dulu ya. Anak-anak biar Papa yang jaga,'' ujar Papa, aku hanya mengangguk saja.Papa pergi dan masuk kedalam ruangan k
Aku segera membaca lembaran kertas yang sudah aku raih.Aku sangat kaget setengah mati membaca lembaran ini. Ternyata sebuah surat warisan."Maksudnya apa, Pah?" tanyaku menatap Papa tak percaya akan isi didalam surat ini."Ini surat warisan dari suamimu, sewaktu Pratama masih hidup ia memberikan surat ini pada Papa. Jadi, almarhum suamimu memberikan semua harta yang ia miliki untuk kamu dan anak-anakmu. Yaitu sebuah perusahaan, apartement dan seratus hektar tanah," sahut Papa memberitahu, aku sangat schok mendengar ucapannya."Tapi, Pah. Dira sudah memeliki rumah makan dan banyak cabang dimana-mana. Dira tidak mau menerima harta ini karena Dira masih mampu membiayai anak-anak, lagi pula Papa dan Mama juga butuh harta ini kenapa merelakkan untukku?" tanyaku dengan perasaan yang sangat sedih.Beta
Part 75"Betul, Dira. Mama dan Papa sangat setuju jika kamu menikah dengan Marcell," ujar Mama yang tiba-tiba datang menghampiri kami."Tapi, Mah. Dira tidak mau," kataku menolak lamaran ini dengan sungguh-sungguh."Kenapa emangnya? Apa ada yang kamu tak sukai dari Marcell?" tanya Pak Bayu menatapku penuh arti."Bukan tak menyukai, Pak. Tapi saya masih ingin menyendiri saja," kataku sembari menunduk.Pak Bayu dan Marcell terdengar menghela nafas kasar, mereka mungkin mengerti tentang kondisiku saat ini."Kalau begitu, saya paham. Mungkin kamu masih terluka karena di tinggal pergi oleh suamimu. Saya dan anak saya hanya bermaksud baik saja, kalau tidak menerima lamaran ini saya dan anak saya mengerti akan keputusanmu. Kalau begitu saya dan
Part 74Aku menghirup udara di taman Rumah sakit, menatap sekeliling dengan perasaan tenang. Sungguh hatiku sedang merasakan kebahagian. Karena mengingat orang tuaku yang tengah berbahagia.Aku pun sebenarnya ingin bahagia, hm ... Kalau saja Mas Pratama masih hidup aku tidak akan merasakan kesepian seperti ini, kamu pasti hidup bahagia selalu dan saling bersama-sama dalam suka maupun duka.Pernah aku berfikir ingin mengakhiri hidup karena telah kehilangan sosok suami yang begitu perhatian, tanggung jawab dan selalu membuat hari-hariku bahagia.Tapi keinginan itu tidak terwujud sebab aku masih punya keluarga yang amat aku cintai.Aku punya kedua orang tua yang baik dan penuh perhatian begitu juga punya buah hati yang begitu menggemaskan. Disisi lain aku sangat bahagia tapi di lain sisi
Part 73"Dira ...."Terdengar suara bariton laki-laki mengagetkanku, seketika aku membuka selimut dan menatapnya."Bikin kaget saja!" kataku kesal."Maaf," sahutnya tanpa merasa bersalah.Aku memalingkan badan tak menatapnya."Maaf aku telat memeriksakan kesehatanmu, hari ini aku sangat sibuk sekali," ujar Dokter Marcell."Iya, tidak apa-apa," ucapku acuh.Ia mendekati dan aku langsung di periksa olehnya."Apa sekarang mau dilepas kain penutup kepalanya?" tawarnya, aku menatapnya."Besok sajalah, sekarang aku mau tidur sudah ngantuk!" kataku sambil memalingkan tubuh membelakanginya.
Part 72Aku membuka mata perlahan menatap sekeliling ruangan yang bernuansa berwarna putih. Terlihat Mama sedang menangis tersedu-sedu memeluk tubuhku.Papa terlihat menundukan kepala sambil terus mengusap air matanya yang mengalir sedih."Pa-pa, Ma-ma ..." kataku bersuara terbata-bata.Kedua orang tuaku menatapku dan mereka menghampiriki."Alhamdulillah ... akhirnya kamu sudah sadarkan diri, Sayang!" ujar Mama menghapus air matanya."Kami dari semalam menghawatirkan kamu tidak sadarkan diri, sekarang bagaimana kondisi kamu? Apa masih sakit?" tanya Papa penuh perhatian."Hanya sedikit pusing saja, Pah!""Kalau ada yang sakit, bilang sama Mama dan Papa biar dipijit," kata Mama tersenyum m
Part 71Tapi sepertinya aku tidak bisa berhenti bekerja di perusahaan PT Atmajaya Gruop. Aku tidak mau mencoreng nama baik dan malah akan di cap sebagai karyawan yang tak bertanggung jawab. Baru bekerja satu hari malah keluar.Aku tidak mau hal itu terjadi."Iya, Pah, Mah. Nanti akan Dira pikirkan. Kalau begitu, aku mau ke kamar dulu ya, udah gerah soalnya," ujarku beranjak pergi."Tunggu dulu, Dira. Papa juga kesini berniat memberikan hasil omset selama satu tahun lamanya. Ini semua dari pusat mau pun cabang," Papa membuka koper lalu membuka resleting dan betapa terkejutnya aku melihat uang sebanyak itu di simpan diatas koper."Banyak sekali, Pah!"Aku kaget sekali. Ternyata Papa menyimpan dan tidak mempergunakannya sama sekali selama Papa menguru
"Dira!''Aku membalikan badan, dokter muda itu menghampiriku."Kenapa kamu pergi?" tanyanya menatap tajam."Aku tidak pergi, hanya ingin duduk di ruang keluarga saja, ada apa emang?" tanyaku menyilangkan kedua tangan di dada."Aku tahu kamu masih sangat terluka, maafkan aku karena sudah lancang bertanya tentang statusmu, aku sama sekali tidak bermaksud ikut campur!" ujarnya merasa bersalah."Tidak apa, aku hanya ingin sendiri saja.'' ucapku tak ingin mengatakan hal yang lebih dari hal itu."Maafkan aku, Dira. Karena telah membuat hatimu terluka," imbuhnya, Dokter Marcell meminta maaf. Padahal aku sama sekali tidak marah, hanya kesal saja.Lantas, ia duduk di sebelahku.Jujur, aku merasa sangat ris
Part 69"Astagfirullahal adzim ..."Aku menatap pria yang tiba-tiba berusaha mengagetkan.Ternyata ia Dokter Marcell."Ini, Dok, ban mobil kempes dan ternyata ada paku di sekeliling jalan," Mama sambil memperlihatkan paku yang tertancap di ban."Biar saya bantu, saya akan panggilkan tukang untuk membereskan semua ini," ujar Dokter Marcell hendak menolong."Lantas, kami 'kan harus pulang ke rumah,""Lebih baik Ibu, Dira dan anak-anak naik mobil saya dulu kebetulan saya juga mau pulang melewati rumah Ibu," ujarnya.Aku menatap Mama, ia langsung meng-iyakan saja."Baiklah kalau begitu, kami mau," Mama segera menyerahkan kunci mobil pada Dokter Marcel dan seketika itu ia langsung menelepon tukang langganannya.