"Ai, kenapa kamu masih sibuk bekerja padahal sudah di rumah?" Kevin berkata sambil meraih tablet milik Aaira dari gengamannya.Pasalnya wanita itu masih saja sibuk dengan benda pipih itu meskipun dia sedang berada di atas ranjang. Tempat dimana seharusnya suami istri tidur bersama."Sebentar lagi, Vin." Aaira hendak meraih kembali tablet dari tangan suaminya, namun Kevin tidak memberikan malah menaruhnya di meja yang ada di sampingnya. "Berhentilah berkerja jika di rumah. Kulihat kamu bahkan lebih sibuk dari saat bekerja di kantor papa. Itu usaha milikmu sendiri, bukankah kamu seharusnya bekerja lebih santai?" "Mana ada begitu?" sanggah Aaira. "Apa kamu lihat papa bersantai-santai dalam menjalankan perusahaannya?" lanjut Aaira bertanya. Kevin menarik nafas panjang, dia sebenarnya enggan berdebat dengan istrinya. Namun melihat wanita dihadapannya terus saja sibuk dengan pekerjaannya membuatnya jengah juga. "Kamu tahu, aku sudah berusaha berubah demi dirimu, demi anak kita. Aku menj
Perasaan Anin tiba-tiba saja tidak enak, wanita itu mundur perlahan-lahan untuk menghindari suaminya."Mas, kita tidak bisa melakukannya disini," ucap Anin sambil terus berjalan mundur. "Siapa bilang tidak bisa?" sahut Evan. Laki-laki itu dengan santainya tetap mendekati istrinya. "Kamu bilang kita akan pergi keluar, ayo kita pergi sekarang. Kamu mau kemana? ke restoran, ke bioskop atau ke hotel?" ucap Anin menawarkan. "Aku tidak tertarik lagi pergi kemanapun, aku tertarik disini karena ada kamu."Tubuh mereka sudah berhimpitan karena Anin tidak punya tempat lagi untuk mundur, tubuhnya udah berbenturan dengan tembok penggalang."Mas ayo kita pulang," ucap Anin tertahan."Kita akan pulang setelah selesai dengan urusan kita," jawab Evan. Laki-laki itu memeluk pinggang istrinya dan menariknya hingga tubuh mereka semakin tidak berjarak. Hangat nafas Evan terasa menyapu wajah Anin, wanita itu hendak mengatakan sesuatu kembali namun bibir Evan sudah terlebih dahulu melumat bibirnya. M
"Kak, kamu disini yang paling ngerti agama. Ngajar di universitas Islam, itu coba kakak kasih tahu istri-istri itu. Kakak kasih ceramah kek, nasehat kek, biar mereka tidak mengabaikan suaminya!" Kevin berkata dengan kesal. Ucapan tersebut ditujukan pada Fajar, sahabat dari kakaknya. Saat ini, Evan Fajar dan Kevin sedang bersama. Ketiganya tengah duduk bersama di sebuah cafe tidak jauh dari daycare tempat istri-istri mereka bekerja. Sepulang bekerja mereka hendak menjemput istri mereka dan tidak sengaja bertemu di halaman daycare yang ternyata masih ramai menjelang jam pulang. Lalu akhirnya mereka memutuskan untuk nongkrong bareng di cafe yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat itu. "Apa istri kalian tidak pada berubah begitu mereka bekerja di tempat itu? apa hanya istriku saja yang jadi lebih sibuk bahkan di rumah?" ucap Kevin dengan nada menggebu.Kevin menatap kearah Fajar dan Evan secara bergantian dan keduanya hanya menghendikkan bahunya saja. Usia Kevin memang paling muda
"Kamu yakin dengan ucapanmu?" tanya Anin memastikan. Dia paling tahu jika semua usaha ini adalah ide Aaira pada awalnya. Keinginan wanita itu untuk mandiri dalam hal finansial membuatnya berpikir untuk membangun tempat ini. "Suami kalian pada komplain, begitu juga suamiku. Apa kita ini memang tidak bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga?" ucap Aaira bertanya. "Kita tidak perlu melakukan hal itu, kita sudah dengan susah payah membangun dan mengembangkan tempat ini masa tiba-tiba langsung kita tutup begitu saja. Sebaiknya kita coba untuk lebih profesional lagi mengatur tempat ini," sahut Meysha."Maksudnya gimana Mey?" tanya Anin."Pertama-tama kita harus memanage lagi semua, kita cukupkah untuk menerima anak baru. Sepertinya jumlah anak yang masuk juga sudah cukup banyak kan, kalau nanti kita terus-menerus menerima yang masuk malah pengawasan tidak efektif dan tempatnya juga tidak sesuai dengan jumlah anak.""Betul juga katamu," sahut Aaira. "Sepertinya aku harus segera me
"Wooww ... Seorang Nevan Adiguna berbelanja kebutuhan rumah tangga sendirian? sungguh pemandangan yang tidak biasa," sapa seorang wanita dari arah belakang Evan. Secara refleks Evan membalikkan badannya menghadap ke arah suara yang menyapanya barusan. "Bella ...." gumamnya."Apa kamu sudah beralih profesi menjadi bapak rumah tangga?" ejek Bella lagi. "Tidak sopan!" sahut Evan. Bella tertawa melihat Evan tidak suka di ejek olehnya. "Hai jagoan? apa dia papamu?" tanya Bella pada Albanna yang sedang berdiri di samping Evan. "Iya Tante," jawab Albanna sambil tersenyum. "Siapa namamu?" tanya Bella lagi. "Albanna," sahut Albanna."Anak yang manis," ucap Bella sambil mencubit pipi Albanna dengan gemas. "Jangan cubit-cubit tante, Albanna sudah besar!" seru Albanna tidak suka."Wow ... Kamu galak seperti papamu," goda Bella lagi. Kali ini tangannya mengacak-acak rambut bocah itu.Ini adalah kali pertama Bella bertemu dengan putra pertama Evan, jadi wajar saja jika dia bahkan tidak tah
Anin segera membuka pintu apartemennya dan bergegas masuk kedalam. Saat hendak menuju kamarnya, Anin melihat pembantu rumah tangganya sedang merapikan kulkas. Nampak olehnya terdapat beberapa kantong belanjaan. Sepertinya suaminya sudah kembali dari berbelanja seperti perkiraannya. "Mas Evan dimana bik?" tanya Anin."Tadi setelah menemani nak Albanna tidur siang, bapak masuk kamar sepertinya."Anin segera masuk ke kamarnya, terlihat Evan tengah tertidur pulas di atas ranjang. Melihat suaminya masih tertidur, wanita itu pergi ke kamar mandi. Mencuci muka, membersihkan dirinya lalu berganti pakaian dengan baju rumahan. Setelah itu menyusul suaminya naik ke atas tempat tidur. Evan yang tertidur dengan posisi miring, membuat Anin memeluk tubuh suaminya dari belakang. Evan terbangun dan mengeliat merasakan ada seseorang memeluknya."Kamu sudah pulang?" tanya Evan saat menyadari tubuhnya dipeluk oleh istrinya. Lantas dia berbalik menghadap ke arah Anin."Sudah," jawab Anin singkat."Daycar
Evan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh mereka yang terbuka. Dia tidak menyangka jika istrinya akan menggodanya terlebih dahulu. Ditatapnya wajah Anin yang memejamkan mata sambil memeluknya, menggunakan lengannya sebagai bantalnya. Evan tahu jika Anin belum tertidur, tapi dia enggan untuk membuat percakapan dengan istrinya. "Tadi Bella menemuiku di daycare," ucap Anin membuka suara. "Lalu?" tanya Evan. "Dia memperingatkan diriku untuk menjagamu, memperhatikanmu agar kamu tidak berpindah tangan ke wanita lain. Mungkin yang dia maksud wanita lain itu dirinya," ucap Anin menjelaskan. "Oh jadi karena hal ini kamu begitu manis hari ini?" ucap Evan dalam hati. Awalnya tadi dia ingin memberitahu jika Bella sudah menikah, dan pertemuannya tadi di pusat perbelanjaan untuk memperkenalkan suaminya sekaligus berpamitan dengannya. Bella bilang akan tinggal bersama suaminya di luar negeri. Tapi karena Anin begitu berubah karena kedatangan Bella, akhirnya Evan memutuskan untuk tidak
Anin segera membukakan pintu untuk tamunya. Didepan pintu nampak dua orang dewasa dengan satu anak kecil di antara mereka."Maaf menganggu waktunya," ucap Tania."Ah enggak kok mam, silahkan masuk," sahut Anin sopan kemudian mempersilahkan tamunya masuk. Papa Kaira, atau suami Tania ikut masuk dengan membawa tentengan goodie bag di kedua tangannya. Anin sampai memandang tak percaya karena kedua tangan tamunya penuh dengan bawaan. Anin dan Evan mempersilahkan kedua tamunya duduk, sedangkan Kaira langsung akrab dengan Albanna dan bermain bersama dengan adiknya juga, meraka bermain di atas karpet yang sengaja di gelar untuk Albanna dan adiknya bermain. "Maaf kami menganggu waktu bersantai bunda," ucap Tania."Kami datang untuk berterima kasih dan berpamitan, berterima kasih karena bunda sudah menjaga putri kami dengan baik selama ini," lanjutnya."Itu sudah tugas kami mam," sahut Anin. "Lalu kami kesini juga mau berpamitan karena seperti yang bunda tahu jika kami akan berpindah ke lu